Thursday, March 12, 2020

Puisi-Puisi Rusdi Fauzi


AKU TETAP MENUNGGUMU

Senja semakin memudarkan harapan
kala kerikil tajam yang menghantam
lekuk berliku jalanan kian mencuram
di saat menyendiri dalam kegelapan

Saat aku bertanya ke manakah tujuan
di manakah sinar yang pernah tercipta
mengapa ini pudar tak tahu tempatnya
menyebar gelombang yang membawa

Gelap tak terlihat akan cahaya lentera
kerlingan mata makin pudar warnanya
hingga hanya terlihat samar tak terbaca
namun adanya sungguh terlihat nyata

Di manakah sekarang dirimu berada
di manakah tempatmu bersinggasana
menggapa kau menjerat aku selamanya
aku tak mampu menjauh sejengkal saja

Barabai,12-03-2020


CINTA TAK PERNAH PUDAR

Masihkah ingat riuh burung berkicau
di pohon rindang dua hati berdendang
yang terlihat basah di dalam pandang
terik di padangan hayat melatari hijau

Penuntas benih dalam sumpahan rindu
segumpal harap tak juga pudar pada janji
terpisah pada jarak bergulir masa cemburu
terpasung pada kata terukir di dalam diri

Jernih di lembah pikir tiada pernah mungkir
lambaian akhir serak salam tersenyum bibir
engkau selalu ada di dalam napas mengukir
rinai di mata hadir, engkaukah yang terakhir.

Barabai, 11-03-2020


Biodata Rusdi Fauzi


Rusdi Fauzi adalah penulis kelahiran Barabai pada tanggal 11 Agustus 1971, yang dari dulu hingga sekarang bertempat tinggal di Jalan Perintis Kemerdekaan RT.007/RW.003 No.97, Kelurahan Barabai Darat, Kecamatan Barabai, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Provinsi Kalimantan Selatan, Kode Pos 71315. Mulai bergiat Seni dan Budaya sejak duduk di bangku sekolah dasar. Hingga kini tercatat sebagai pengurus dan anggota berbagai Sanggar Seni dan Budaya. Di antaranya sebagai Pengurus Dewan Kesenian Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Pengurus Sanggar Sastra LALAYA, dan tercatat sebagai pendiri cikal bakal Lapak Seni dan Sastra Dwi Warna Kabupaten Hulu Sungai Tengah.

Karya-karyanya yang pernah dimuat pada antologi puisi bersama antara lain berjudul, Nyanyian Kacincirak, Jejak Arus Tanah Banyu, Ije Jela, Maumang Makna di Huma Aksara, Membaca Sastra Membangun Literasi, Membuka Cakrawala Menyentuh Fitrah Manusia, Menolak Untuk Menyerah, Ada Malam Bertabur Bintang, Kepak Sayap Sastra Banua Untuk Kemanusiaan, Menembus Kegelapan Menggapai Kerinduan, Tadarus Rembulan, Surak Sumampai, Melepas Tubuh Dalam Cahaya, Suara 5 Negara, Ibuku Mendaki Badai, Arus Puisi Sungai, dan antologi Puisi Peduli Hutan.

0 comments: