Tuesday, March 3, 2020

Ibu dan Anak dari Etnis Uighur Dijatuhi Hukuman Penjara (yang Lama) hanya karena Kaya dan Berkomunikasi dengan Keluarga Mereka di Luar Negeri

Sumber RFA

Begitu berat hidup sebagai muslim Uighur di wilayah Otonomi Xinjiang Uighur (XUAR). Sebagian besar kebebasan mereka dirampas, terutama jika terkait dengan Islam dan hubungan luar negeri.

Baru-baru ini, seperti terlansir RFA, Selasa (3/3/2020), seorang ibu dan putrinya dari keluarga Uighur yang kaya di wilayah Otonomi Xinjiang Uighur (XUAR) barat laut China telah dijatuhi hukuman penjara yang lama terkait dengan koneksi/hubungan luar negeri mereka. Hal ini sesuai informasi dari anggota keluarga yang tinggal di luar negeri dan juga dari pejabat lokal.

Salah seorang anggota keluarga mereka tersebut adalah seorang pengasingan Uighur di Turki bernama Zohre Abduhemit.  Awal tahun ini ia memublikasikan kesaksian dalam video sebagai bagian dari proyek “Uighur Pulse” yang mendokumentasikan kerabat yang hilang di XUAR. Dalam kesaksiannya, Abdulhemit mengatakan bahwa sepupunya yang bernama Nigare Abdushukur (25) dan ibunya yang berusia 52 tahun, Merhaba, telah dijatuhi hukuman hampir dua dekade penjara oleh Pemerintah RRC.

"Mereka ditahan di kamp interniran dan pada akhir 2018 dijatuhi hukuman penjara 19 tahun," kata Abduhemit dalam video itu.

Ia melanjutkan, “Hei, Komunis China, apa kejahatan mereka? Anda telah mengunci lebih dari 3 juta orang kami di kamp. Apa kejahatan mereka? Saya meminta bantuan untuk Turkestan Timur dari PBB dan negara-negara Muslim."

Nama Turkestan Timur memang sering digunakan orang Uighur untuk merujuk ke XUAR.

Sementara kamp yang dimaksud berdasarkan  pelaporan oleh Layanan Uighur RFA dan outlet media lainnya menunjukkan bahwa mereka yang berada di kamp sebenarnya ditahan sebagai sasaran indoktrinasi politik yang secara rutin menghadapi perlakuan kasar di tangan pengawas mereka, dan menjalani diet yang buruk, serta kondisi yang tidak higienis di fasilitas yang sering penuh sesak.

Masih dari sumber yang sama, setelah Abduhemit merekam dan memublikasikan kesaksian di videonya, seorang wanita Uighur di Jerman bernama Gulzire Taschmemet, yang akrab dengan Abdushukur dan kerabatnya, memposting informasi di media sosial mengatakan bahwa ia yakin Abdushukur dihukum karena dia berkomunikasi dengan saudara lelakinya, yang juga tinggal di Jerman, sementara Merhaba mungkin menjadi sasaran karena melakukan perjalanan dua minggu ke Turki pada 2015.

Layanan Uighur RFA berbicara dengan seorang pegawai pemerintah kabupaten yang mengatakan bahwa Abdushukur telah dikirim ke kamp magang pada bulan November 2017 karena memberi tahu saudara lelakinya tentang penahanan ibu mereka melalui telepon.

Pegawai itu menambahkan, "Ibunya, Merhaba, ditahan di sebuah kamp karena pergi ke Turki, tetapi saya tidak tahu masalah apa yang mungkin muncul selama interogasinya yang menyebabkan ia dipenjara."

Khusus mengenai status keduanya dari kalangan orang kaya, pihak berwenang di XUAR secara teratur menargetkan orang Uighur kaya yang mereka pandang sebagai ancaman terhadap kekuasaan Partai Komunis di wilayah tersebut.

Contoh lain, pada bulan Desember, RFA mengetahui bahwa Eli Abdulla, CEO Xinjiang Yu Cheng (Kota Giok) Pengembangan Real Estat Ltd. dan salah satu orang Uighur terkaya di Distrik Hotan (Hetian), dipenjara seumur hidup pada tahun 2017 setelah ia hilang setahun sebelumnya. Puluhan kerabat serta karyawannya juga telah dijatuhi hukuman penjara.

Seorang pejabat mengatakan dia diberitahu bahwa Abdulla dihukum karena dia telah menyumbangkan sejumlah besar uang untuk sebuah masjid lokal.

0 comments: