Friday, February 8, 2019

Puisi-Puisi Fajar Alayubi





Menyalalah, wahai api
Jadikan lidahmu kembang atas hujan
Bakarlah daundaun
sampai kekam dibawa angin

Dari pucuk kudengar lenung
Ranting menunjuk awan bermain
Candatawa burungburung pada dahan,
Kepompong berayun-ayun

Dengarlah genta kabut ini malam
Di antara genggang pohon bergenjang
Angin datang tak bergenting
Semak tersigi siursiur


Simfoni Pagi

Lalu pagi
kau pun beranjak
membuka jendela, melepas saujana
segeliat mata kendana

ke tengah lembah, bukit berkaki salju
menapak jejak burung sehangat kuku
sebelum cair, seratnya jingga cahaya

memukau

di pucuk cemara, kini ia berlagu
sebait jatuh, seputik salju
diriuh edelweise menari kaku


Hujan di Awan, Mendung di Tanah

Musim bersilih selisih
di air kulihat wajah awan mengapung
rumbai rambutnya putih tertambat karang
pikirku sedang digelung
; ombak kian pecah
cakrawala berbelah
matahari tumpahkan air bah

riaknya kabut fatamorgana
napas dihempas keruh debu

liku jalan sedepa
membalik arah ke gurun sahara
menyeka keringat basa leluhur
batin embun ditusuk pucuk cemara
angin lautan mengayuh dedaun selara

24 November 2009


Tentang Penulis


Fajar Alayubi. Pria yang pernah bergabung di Komunitas Sastra Bogor ini selain gemar menulis, juga peminat fotografi, musik, psikologi, ilmu pengetahuan, dan catur. Khusus di dunia tulis, selain puisi, dia juga menulis prosa. Tak banyak biodatanya yang dapat dinarasikan. Agakya dia setipe dengan Ilana Tan yang memilih tidak memublikasikan biodatanya ke hadapan publik.


0 comments: