Monday, February 18, 2019

Puisi-Puisi Arsyad Indradi dalam Ibuku Mendaki Badai




Dalam Kamar 149
: Tatik

Seperti harikehari
Kali Brantas mengaruskan seribu rahasia kehidupan
Menghanyutkan ke palinghilir
Membayangkan ruang kamar sebuah muara
Seperti halnya semesta dalam galau cuaca

Setelah tercebur dan hanyut
Tak tahu lagi entah berapa senja sudah ada disini
Di batubatu kali bayang fatamorgana
Di kaca jendela seperti tangis dalam gerimis
Kehabisan airmata kehabisan katakata

Di atas  ranjang waktu masih terdengar kesumat rindu sampai dipalingalir lalu gerimis itu sampai memburamkan kaca jendela sampai mencair butiran duka basah di wajahmu basah dalam pelukanku
Jangan biarkan tubuhmu jadi arca gelisah lukaluka jangan biarkan perih jadi abadi di batinku

Setelah Kali Brantas menutup gorden jendela
Matamu kau jadikan gemintang di langitlangit kamar
Lalu menghapus beberapa nama dan menulis nama aslinya di dinding kamar :
Aku ingin pulang kehakikat perempuanku

Malang, 2012

Dalam Kamar 06

Bagaimana tidak Puncak Cisarua menjadikan aku bergegas mencari persembunyian
dalam kamar meluput dari sembilu dingin
Kaca jendela bukan lagi kaca sehingga kebun teh gumpalan uap putih puncak gemunung
Aku gelisah mencarimu tempat berdiang
Di bawah merkuri semacam ada lampu mengerdip
Tapi aku tak sudi membeli api neraka

Di ruang gedung kongres masih berlanjut
Seminar atau pun diskusi menjadi tungku mereka membakar dirinya sampai jadi arang bahkan jadi abu
Kembang api melontarkan puisi sampai ke puncak Puncak

Gorden jendela seusai itu
Mencatat peristiwa itu dalam kitab khazanah kesastraan Indonesia

Cisarua Bogor, 2012

Catatan : Impresi Kongres KSI II, 23-25 Maret 2012,Wisma Argamulia

Suara Jiwa Kami Rohingya

Rohingya Rohingya
Mengapa tak ada peduli kemanusiaan di sana
Karena anggapan dusta semata
Mengapa dunia mengunci mulut di sana
Karena Rohingya tiada penting buat mereka

Kucatat namanya
Kamal bocah Rohingya
Dalam debur obak dalam gemuruh angin
Tapi sampai di pantai cuma hujan airmata
Perahu pengungsi itu telah bertolak

Hanya tangis mengapa orangorang Rohingya dibantai
Di setiap puing dan reruntuhan Rohinggya
Ia memanggilmanggil nama ayahbundanya
Ia berharap ayahbundanya ada di sana

Adakah kau tahu pada jam malam itu
Bocah itu berkeping-keping dicencang peluru
Aku bertanya
Adakah serpihan tulangbelulangnya di lubuk hatinuranimu

Apa yang kau cari dalam sengketa manusia
Tragedi kemanusian berulangkali terjadi tak pernah berhenti

Perjalanan Usia

Rambutku kubiarkan panjang
Tapi kurawat seperti merawat nyawaku
Walau tulang rusukku
Tak serupa istri Rasulullah yang setia dan kasih
menyisir rambut suaminya
Aku selalu mengumpulkan bahasa cinta
Aku tahu yang maha memberi nikmat lain lebih dari itu

Suatu malam penuh bulan
Kau tersenyum dalam sembilanpuluhsembilan senyuman
Aku mengangguk di atas sajadah aminku

kssb, 2012


Sampan Cinta di Sungai Musi

Kita tampung airmata rindu kita
Jadi sampan kasih sayang
Dialir musi dilabuhkan
Kayuh batin ke palingmuara

Sekali pun ajal tiba
Tak mampu menenggelamkan
Cinta yang telah dilabuhkan
Disini, di ruh kita

Palembang, 2011

Tentang Arsyad Indradi


Lahir di Barabai, 31 Desember 1949. Menyenangi sastra khususnya puisi sejak duduk di SMP dan SMA. Pada tahun 1970 ketika menjadi mahasiswa Fakultas Hukum Unlam Banjarmasin mulai menulis puisi. Puisi-puisinya banyak diterbitkan di berbagai media cetak di Banjarmasin seperti Banjarmasin Post, Dinamika Berita, Gawi Manuntung, Bandarmasih dan lain-lain. Sejak di SMA dan di Fakultas Hukum ikut bergabung di Lesbumi Banjarmasin dan Sanggar Budaya Kalimantan Selatan. Tahun 1972 keluar dari Lesbumi dan mengaktifkan diri di Sanggar Budaya Kalimantan Selatan. Tahun 1972 bersama Bachtiar Sanderta,Ajamuddin Tifani, Abdullah SP dan lain–lain ( mantan anggota Lesbumi) mendirikan Teater Banjarmasin khusus menggeluti teater tradisional Mamanda.

Tanggal 5 Juli 1972 Untaian Mutiara Sekitar Ilmu dan Seni RRI Banjarmasin mengadakan diskusi puisi dipimpin oleh Bachtiar Sanderta. Puisi yang didiskusikan adalah “ Dunia” karya Arsyad Indradi. Yang hadir dalam diskusi itu antara lain Yustan Azidin, Hijaz Yamani, Ajim Ariyadi, Samsul Suhud, Ajamuddin Tifani dan penyair muda Banjarmasin lainnya. Berita diskusi diexpos oleh Lembaran Kebudayaan Perspektif Banjarmasin Post tanggal 17 April 1972. Sejak tahun 1970—1990 tergabung di Perpekindo ( Perintis Peradaban dan Kebudayaan ) Kalimantan Selatan yang berkedudukam di Banjarmasin.Tanggal 8—9 Februari 1972, bersama 15 seniman Banjarmasin mengadakan Aksi Solidaritas turun ke jalan menyuarakan hatinurani karena ketidak pastian hukum di Indonesia, dikenakan pasal 510 KUHP, dijebloskan ke penjara dan dikenakan tahanan luar 3 bulan. Laksus Kopkamtibda Kalimantan Selatan melarang pemeberitaan ini di semua media cetak Banjarmasin. Namun Harian KAMI Jakarta mengexpos berita ini Selasa 15 Februari 1972.Tahun 1992 menggagas dan mendirikan Dewan Kesenian Banjarbaru bersama seniman – seniman Banjarbaru. Sejak 1980 an—1990 an tidak begitu produktif lagi menulis puisi.

Aktif menjadi juri lomba baca puisi, juri festival lagu dan menggeluti dunia tari di Balahindang Dance Group Banjarbaru. Pada tahun 2000 mendirikan Galuh Marikit Dance Group Banjarbaru. Tahun 2004 diundang Majelis Bandaraya Melaka Bersejarah pada acara Pesta Rampak Gendang Nusantara 7 Malaysia, Pesta Gendang Nusantara XII,2009 . Mendapat Penghargaan Seni Tari dari Walikota Banjarbaru (2004), Penghargaan Seni Sastra dari Walikota Banjarbaru dan Gubernur prov.Kalsel (2010).Tahun 1996 – 2004 bergabung pada Komunitas Kilang Sastra Batu Karaha Banjarbaru. Tahun 2004 mendirikan Kelompok Studi Sastra Banjarbaru (KSSB), sebagai ketua.Selalu aktif menghadiri acara diskusi sastra di Banjarbaru maupun di Banjarmasin, acara tadarus puisi yang rutin tiap tahun di adakan di Banjarbaru, Aruh sastra 1 di Kandangan (2004 ), aruh sastra III di Kotabaru (2006), aruh sastra V di Paringin Balangan (2008), dan aruh sastra VI di Marabahan Barito Kuala (2009), Dalam catatan Data-data Kesenian Daerah Kalimantan Selatan yang diterbitkan Proyek Pengembangan Kesenian Kalimantan Selatan 1975/1976 digolongkan Penyair/Sastrawan dalam periode menjelang/sesudah tahun 70-an.

Di dalam Sketsa sastrawan Kalimantan Selatan yang diterbitkan Departemen Pendidikan Nasional, Pusat Bahasa Balai Bahasa Banjarmasin 2001, oleh Jarkasi dan Tajuddin Nooor Ganie (Tim Penyusun) digolongkan Sastrawan generasi penerus Zaman Orde Baru (1970-1979). Dan termuat dalam dalam Leksikon Susastra Indonesia (LSI) yang disusun oleh Korrie Layun Rampan Penerbit PT Balai Pustaka Jakarta. Antologi Puisi bersama antara lain :Jejak Berlari (Sanggar Budaya, 1970 ), Edisi Puisi Bandarmasih, 1972, Panorana ( Bandarmasih, 1972), Tamu Malam ( Dewan Kesenian Kalsel, 1992), Jendela Tanah Air (Taman Budaya /DK Kalsel, 1995), Rumah Hutan Pinus ( Kilang Sastra, 1996), Gerbang Pemukiman (Kilang Sastra, 1997), Bentang Bianglala ( Kilang Sastra, 1998), Cakrawala (Kilang Sastra, 2000), Bahana (Kilang Sastra, 2001), Tiga Kutub Senja (Kilang Sastra, 2001), Bumi Ditelan Kutu ( Kilang Sastra, 2004), Baturai Sanja (Kilang Sastra, 2004), Anak Jaman (KSSB, 2004), Dimensi (KSSB, 2005).

Awal tahun 2006 mendirikan percetakan KALALATU Press Banjarbaru Kalimantan Selatan dan penerbitan.Semua puisi – puisi yang belum terdokumentasikan sejak tahun 1970 – 2006, dicetak dan diterbitkan berupa antologi tunggal secara swadana dan disebarluaskan ke seluruh Nusantara. Antologi Puisi sendiri itu , yaitu :Nyanyian Seribu Burung (KSSB, 2006), Kalalatu Puisi Bahasa Banjar dan Terjemahan dlm.Bhs.Indonesia (KSSB, 2006), Romansa Setangkai Bunga (KSSB, 2006), Narasi Musafir Gila (KSSB, 2006), Burinik Puisi Bahasa Banjar dan Terjemahan Bhs.Indonesia (KSSB.2009) dan Kumpulan Esai-Artikel " Risalah Penyair Gila " (KSSB,2009). Semua antologi Puisi yang diterbitkan itu telah ber-ISBN dari Perpustakaan Nasional RI Jakarta.Empat Antologi Puisi mendapat tanggapan berupa esai, dari :1. Dr. Sudaryono M.Pd (Staf Pengajar FKIP Universitas Jambi) “ Narasi Penyair Gila “Arsyad Indradi, terbit di Cakrawala Seni dan Budaya Radar Banjarmasin, minggu 28 Januari 2007.2. Dr. Sudaryono M.Pd (Staf Pengajar FKIP Universitas Jambi)“ Kalalatu “ Balada atau Mantra ? terbit di Cakrawala Seni dan Budaya RadarBanjarmasin, Minggu 25 Februari 2007.3. Diah Hadaning (Pengelola Warung Sastra DIHA, Depok Bogor) “ Setangkai Bunga dalam Seribu Aroma Ekspresi Cinta Lelaki Banjar “, terbit di Cakrawala Seni dan Budaya Radar Banjarmasin, Minggu18 Maret 2007.4. Yusri Fajar ( Penyair dan Staf Pengajar Program Bahasa dan Sastra Universitas Brawijaya Malang ) “ Nyanyian Seribu Burung : Dari Relasi Manusia Hingga Narasi Indonesia “, terbit di Cakrawala Seni dan Budaya Radar Banjarmasin, Minggu 29 April 2007.

Dari bulan Oktober 2005 sampai akhir tahun 2005 menghimpun 142 Penyair se-Nusantara (hasil Seleksi dari 186 penyair) dan jumlah puisi 426 puisi, dihimpun dalam Antologi Puisi Penyair Nusantara : “142 Penyair Menuju Bulan“, 728 halaman, dicetak oleh Kalaltu Press Bjb Kalimantan Selatan dan diterbitkan oleh Kelompok Studi Sastra Banjarbaru (KSSB) dengan biaya swadana, untuk cetakan pertama.Pada cetakan kedua akhir tahun 2007, ada perbaikan dan suplemen berupa epilog – epilog, juga dengan swadana.Tanggal 7 Desember 2006 duet baca puisi dengan Martin Jankowski pada acara Baca dan Diskusi Puisi “Detik – Detik Indonesia di Mata Penyair Jerman“, yang diselemggarakan Unlam Banjarmasin Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra FKIP Indonesian Arts and Cultural.Tanggal 8 – 9 Mei 2006 silaturrahmi, baca dan diskusi puisi di Komunitas ASAS Universitas Pendidikan Indonesia Bandung, Komunitas Sastra Ganesa ITB, Komunitas Sastra Pojok Bandung dan Komunitas Rumah Sastra Bandung.Tanggal 17—19 Juli 2007 baca puisi dan mengikuti seminar sastra internasional di TIM Jakarta.

Pada tahun 2007 mengikuti Kongres Cerpen Indonesia V di Banjarmasin dan th. 2008 mengikuti Kongres Sastra Indonesia di Kudus (Jateng).Hari/Tanggal: Senin, 13 Agustus 2007 pembacaan puisi “ Riverside Poetry “ di Tepi Sungai Martapura depan Kantor Gubernur Kalsel menyambut harijadi yang ke-57 Provensi Kalimantan Selatan dan HUT Proklamasi yang ke-62 yang diselenggarakan oleh Panitia harijadi/HUT Proklamasi dan Dewan Kesenian Kalsel.Th.2009 menerima penghargaan dan hadiah Umroh juara Terbaik Pengawas Pendidikan Mata Pelajaran Seni Budaya SMP/SMA/SMK, dari Bupati Kabupaten Banjar.

0 comments: