Wednesday, January 23, 2019

Devilish Joy : Sebuah Contoh Kecil Mengakrabkan Puisi dan Masyarakat Melalui Drama Televisi




Sejak Korean wave melanda sebagian besar wilayah dunia, produk-produk hiburan mereka terus merebak  bak jamur yang tumbuh subur dan ditonton banyak mata. Industri perfilman Hong Kong yang sempat menjadi kiblat dunia hiburan Asia tahun 1980—1990-an pun seperti dibungkam. Seakan-akan benar anggapan bahwa hanya film-film Hong Kong yang dibintangi aktor kelas dunia semisal Jet lee dan Jacky Chan  saja yang mampu mengimbangi derasnya gelombang industri perfilman Negeri Ginseng dewasa ini.

Dan, salah satu produk dunia hiburan Korea Selatan yang terbaru adalah drama televisi berjudul Devilish Joy. Drama ini menceritakan kisah romansa seorang pria  yang mengalami hilang ingatan jangka pendek. Pria  bernama Gong Mas Sung itu hanya mampu mengingat satu hari saja. Pada hari berikutjnya ingatan satu hari itu pun terlupakan olehnya.  Sedang tokoh wanitanya bernama Joo Gi Bbeum yang mantan aktrispopuler di sana.

Yang menarik dari drama satu ini pada tokoh ayah sang wanita, yakni Joo Man SIk.  Dia dikenal sebagai pujangga yang ramah lingkungan. Pria paruh baya dengan penampilan yang sangat sederhana tersebut kesehariannya sangat gemar menulis puisi di samping pfrofesinya sebagai  pengurus taman. Puisi-puisi yang ditulisnya dia kirmkan di media massa setempat. Dalam drama ini ada beberapa puisi yang dia lisankan. Contohnya penggalan puisi yang dia tulis dengan terjemahan lebih kurang seperti berikut.

Karena aku miskin
Apa aku tak ‘kan mengenal kesepian?

Dalam perjalanan pulang
Setelah kita berpisah
Aku berjalan di jalan yang berselimut salju
Sinar bulan bersinar terang
Langsung menyinariku
….

Kemudian yang paling seru saat dia melisankan sebuah puisi untuk menghadapi hinaan seorang wanita konglomerat dari sebuah perusahaan besar. Puisi dimaksud lebih kurang terjemahannya ditulis di bawah ini.

Hidup Miskin

Kemiskinan tak membuat seseorang menangis
Hidup miskin berarti
membandingkan diri dengan yang tak miskin
dan itu merupakan satu kekurangan kita dalam hidup

Sudut hatimu selau kosong
Karena itulah menjadi ruangan yang harus diisi oleh cinta
Mereka yang mecintai
Tak takut pada kemiskinan


Dalam hal ini kita tidak perlu membahas apakah memang benar kehidupan pujangga di sana (baca: Korea Selatan) di bawah standar. Akan tetapi, kita bisa menyaksikan melalui drama televisi, puisi dapat diperkenalkan secara luas. Masyarakat menjadi lebih mengenal pujangga dan puisi-puisinya. Berarti juga merupakan sebuah upaya mulia dalam mengakrabkan puisi dan masyarakat melalui sajian drama televisi  yang apik. Bagaimana menurut Anda? 

0 comments: