Tuesday, January 22, 2019

5 Puisi Yanti S Sastro Prayitno dalam Buku Antologi Puisinya Ketika Cinta Menunjukkan Wajahnya



“Jika kau yakini itu sebuah cinta, maka genggamlah, perjuangkan dan pertahankan....karena boleh jadi hanya sekali dalam hidupmu kau miliki”

Demikianlah sepotong perkataan indah dari pengantar yang ditulis Yanti S Sastro Prayitno dalam bukunya Ketika Cinta Menunjukkan Wajahnya. Nah, berikut adlima puisinya dalam buku tersebut.


DALAM HUJAN

Saat memandang rintik hujan
siapakah yang terlintas dalam ingatan
mengisi bilik-bilik kenangan
menghantar sekilas senyuman
menyemai sepercik harapan

Hujan terus merintik riang
berirama menghias malam
rasakan merdunya
resapkan indahnya
biarlah meluruhkan luka
hingga tandas tak bersisa

Bukankah hujan begitu indah
saat berlari di bawah payung merekah
serasa menjemput harapan yang meruah
menuju istana megah
di sanalah kasih sayang kita tertumpah

Semarang, 22 Juni 2014


HURUF-HURUF

Kuwakilkan pada rangkaian huruf
segenap rasa dan rindu yang bergayut
saat ruang dan waktu tak bisa merajut
dua hati yang bertaut


Pada huruf yang berjajar
tak ada lagi ungkapan hati yang tersamar
semua secerlang bintang di langit
meski mendung kadang membuatnya berkelit


Jangan lagi ragukan itu
terus melaju bersama tarian waktu
usah menduga di manakah kan bertemu dermaga
di mana sepasang hati kan bersandar dan berlabuh


karena hidup adalah langkah
berlalu setapak demi setapak
menuju satu titik
tersenyumlah agar langkah selalu terasa indah
seindah huruf-huruf
yang selalu mengeja cinta


Semarang, 24 Maret 2016


DI UJUNG SELASAR LANTAI TIGA

Pada suatu waktu aku berdiri di situ
di selasar panjang lantai tiga yang lengang
di siang yang panas dan garang
Kelengangan mengajak angan bertualang


Di selasar itu aku selalu terbayang
perempuan muda dengan semangat menggelora
mendekap buku-buku dan lembar transparansi
meski wajah letih senyum tetap berseri
keluar dari ruang kuliah dan laboratorium


Di selasar ujung lantai tiga itu dia berdiri
menatap dan menerawang jauh ke depan
lapangan sepak bola desa grumbul-grumbul kecil yang menghijau
hingga deretan pohon jambu mete yang menyembul
hingga sayup suara koes plus singgah di telinga
"Padang luas rumput hijau....
...berlari-larian anak kijang liar..."
Senyumnya akan mengembang
apalagi jika cuaca cerah pelabuhan tanjung emas dan biru lautnya ikut melintas


Siang ini begitu panas
ujung selasar lantai tiga masih tetap lengang
perempuan paruh baya berdiri
ujung kerudungnya menari ditiup angin
betapa ingin aku melihatnya tersenyum
tapi matanya terpejam
lapangan bola dan grumbul berderet pohon jambu mete begitu menari di bola mata
namun semuanya sirna
barisan gedung kini berdiri mengepung


Perempuan yang berdiri di ujung selasar lantai tiga
kehilangan sebagian mimpinya
berbalik menatap pintu ruang di belakangnya
tersadar semua tak akan pernah lagi sama
bagian mimpi yang hilang biarlah sirna
tetaplah melangkah meski kaki telah lelah
karena waktu masih mengijinkanmu singgah


Semarang,25 Mei 2015


SEPEREMPAT ABAD

Seperempat abad pastilah bukan waktu yang singkat
dalam penantian yang penuh harap
dalam doa mengalun setiap senyap


seperempat abad bukanlah waktu yang layu
jika itu untuk menimbun rindu
terenda dalam semerbaknya doa mendayu
mengendap dalam lekukan dasar kalbu


seperempat abad bukan saat yang sepi
jika itu terkait pedihnya dua hati
ketika bulan purnama puluhan kali berlalu
tak jua mengubur harapan biru


: dan saat merapat meski sudah seperempat abad dua hati tak bersekat

Semarang, 20 Desember 2014


KAUKAH ITU

Kaukah itu yang membangkitkan kenangan saat hujan menjelang
mengulum senyum pada mata sesejuk embun
membias tawa pada malam penuh canda


Kaukah itu yang menarikan tinta pada diary lama
mewarnai senja dengan senyum lara
tak mampu memegang cita saat ego melanda
mendekap luka dalam retasan masa


Kaukah itu yang berlagu di setiap malam minggu
mengibaskan rintik hujan yang membasah di rambutmu
berurai senyum di depan pintu
pada sekian windu yang lalu


Semarang, 22 November 2014

BIOGRAFI PENULIS



Yanti S Sastro Prayitno terlahir dengan nama Sriyanti di Sragen, 5 Februari 1969. Masa kanak-kanak hingga tamat SMA dilalui di kampung halamannya, Dukuh Ngampunan, Kebonromo, Ngrampal, Sragen. Menamatkan sekolah dasar di SDN Kebonromo II pada tahun 1981, sekolah menengah pertama di SMPN Ngrampal tahun 1984, dan sekolah menengah atas di SMAN I Sragen pada tahun 1987. Ia menyelesaikan pendidikan S1di Jurusan Kimia FMIPA, UGM, Yogyakarta pada tahun 1993, dan melanjutkan di S2 di tempat yang sama pada tahun 2001. Sekarang mengajar di Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro, Semarang (1994-sekarang).

Pertama kali menulis di media berbahasa Jawa Panjebar Semangat pada hari Kartini tahun 2005 dengan judul, Kepriye Kabare Wanita Indonesia (Panjebar Semangat-18/2005). Selama menulis ia pernah memenangkan lomba menulis esai untuk cerita bersambung di majalah berbahasa Jawa, Panjebar Semangat th 2006, menulis artikel kesehatan dan wanita, cerpen dalam media berbahasa Jawa Panjebar Semangat, Jayabaya dan Djagat Jawa Solopos, juga media berbahasa Indonesia Majalah Paras.

Puisi-puisinya dimuat dalam antologi puisi bersama, antara lain, Sang Peneroka (2014), Cinta Magenta (2015), Untuk Jantung Perempuan (2015), 1000 NewHaiku Indonesia (2015), Kitab Karmina Indonesia (2015), Puisi Menolak Korupsi Jilid 5 (2015), Memo Anti Terorisme (2015), Dari Negri Poci 6(2015), Arus Puisi Sungai (2016), Puisi Peduli Hutan (2016) dan Dari Negeri Poci 7 (2017).

Berminat membaca puisi-puisi lainnya karya Yanti S Sastro Prayitno dalam buku Ketika Cinta Menunjukkan Wajahnya? Silakan membacanya di buku tersebut. Pembelian buku bisa melalui facebook Yanti S Sastro Prayitno.

0 comments: