PIJAR PARA PENCARI BAHAGIA

 

Apa yang bisa membuatku kuat dan tegar saat ini  adalah karena Banyu menginginkanku menjadi perempuan yang tegar, tidak pantang menyerah. Sehingga dalam keadaan apa pun aku bisa mengatasi persoalan-persoalan hidup.  Meski hidup terkadang penuh kepedihan dan kesedihan. Banyu akan bersedih jika melihatku menangis. Aku ingin Banyu melihatku tersenyum. Meski tak pernah kata sayang terucap, meski tak sering kata love keluar dari bibirnya. Karena ia tak suka mengatakan kata kata itu. Tetapi cinta adalah konsep yang hanya dirasakan kebahagiaan itu di hati.

Ketika Subuh menjelma. Ayat-ayat Tuhan telah berbicara lewat gerimis  tipis di pagi  buta. Sesaat  terhenti di  depan pintu  kesadaran  langit bersih.

Begitu putih jangan bersedih, ada Allah di sana  bersama kakimu pejalan bersama, para  pejalan  sunyi  yang  mencari surga. Sejati kampung akhirat nan penuh  bahagia. Hamba lautkan segala sedih dalam telaga zikir. Yang teramat  dalam karena, tangan-Mu tak boleh lepas lagi. Menggenggam menyentuh dan memeluk hamba para pencari kebahagiaan  sejati. Hanya Engkau Mahabah Cerita  kisah yang terulang dan  terulang kisah dalam kebinasaan dunia dan dunia hanya tipuan yang penuh kemaksiatan hamba lafazkan zikir  sepenuh  istigfar  kuikuti  jalan  cahaya-Mu hati menuju-Mu satu. Aku  tak bisa berlari kemana pun setelah dunia runtuh dalam  kepung matahari enggan bersinar dan telah tertelan awan  hitam kucari Engkau wahai Rabbi-ku hangatkan aku dalam  gigil musim dingin.

Januari ini sungguh aku lara di padang  gersang, jiwaku kehausan memelukmu dalam butiran air mata yang  tak  pernah mengering ini. Menemui cahaya dalam kegelapan warna. Sewaktu malam resah kibarkan sayapnya. Puisi cinta bersumpah cinta berdarah.

Bercumbu khayal tiada menentu. Bagaikan pelangi di simpang selempang cakrawala. Di atas kertas tertulis sebuah nama. Dengan dingin yang menggigil. Menulis kata di lautan beku.

Barisan tentara semut yang tak bergenderang. Menyerbu!. Menembak mati isi hati. Aku bagaikan kapas putih. Yang tak menentu, tertiup angin tanpa arah tujuan! Aku bagaikan mawar yang telah lalu. Sebelum mawar hilang harumnya! Biarkan amnesia. Melumpuhkan ingatanku! Dan aku telah mati sendiri dalam manisnya madu cinta.

Aku terjatuh dan tertawan dalam pekatnya embun asmara! Kakiku putus satu, tak bisa berjalan. Tangan lepas satu. Angin membisu. Terdiam tanpa mata. Rindu cinta. Gelap mencari. Hatiku ditinggal bahagia. Berjalan sendiri. Berjalan sendiri. Tak ada lagi tanganmu.

Selanjutnya? Klik Daftar Isi atau Bagian Selanjutnya, yakni Langgar 


0 comments: