Bagian Keempat

 

SELAMAT PAGI

Burung-burung mencicitkan pagi
iringi embun membasah di daun
berkawan derai awan nan rupawan
bertasbih menyambut kuncupnya hari

Buka jendela dunia
hirup semerbak wanginya
lepas seluruh beban di dada
biarkan ringan menari kaki-kaki hati

Jika mentari pagi ini bersembunyi
tak usah cemas sayang
karena dia tak pernah pergi
dia menunggu di ujung hari
saat hujan berhenti membasuh hati

Mari bernyanyi bersama pagi
menjemput asa yang semalam singgah dalam mimpi
dengarkan sapa dunia
tak henti mengucap selamat pagi

Semarang, 22 januari 2015

  

MENYAMBUT PAGI*)

Ingin kusemaikan rindu pada pagi
saat mentari begitu hangat menyinari
bersama kepulan aroma kopi
yang hangat dan terangkan hati

Masihkah kau dengar symphoni merdu
yang setia kulagukan untukmu
menemani sepanjang harimu
bersama doa yang tersemat di kalbu

Lihatlah awan putih berarak melukisi langit biru
berceritakah dia tentang rindumu
yang pernah kau titipkan padaku
dan kudekap dalam setiap tarikan nafasku

Pagi terus saja menyapa dengan sejuta warna
tak lupa memberi tengara
dia hanya melintas sekejap saja
sampai esok takdir membuatnya kembali tiba

: seperti asa yang tak boleh sirna
meski topan badai menerpa

*)pernah dimuat dalam buku Negeri Laut (2015)

Semarang, 24 Januari 2015

 

MERENDA MIMPI YANG TERTUNDA*)

Kau boleh putuskan segala cerita yang pernah kau mulai
bahkan kau boleh merobek semua catatan biru tentang janji-janji palsu
musnahkan saja segala rencana yang ternyata mangkrak di laci meja
tancapkan juga belati yang kau sembunyikan di balik diri ke ulu hati
untuk sudahi segala pedih nyeri yang tak terperi

Burung-burung kecil masih berbondong berarak pulang
berkejaran dengan senja yang segera menjelang
masihkah kau berharap senja menghadang
meratapi masa lalu yang telah nyata kaubuang

Jangan lagi bicara tentang janji
semua telah terkubur bersama dusta dan iri dengki
jika senyatanya cinta tak pernah bersemi
kenapakah kau paksakan menyirami

Kini di hamparan jalan lengang dan sunyi
biarkan aku sendiri
merawat luka-luka yang telah lama bersarang dan meradang
merajut kembali mimpi yang pernah kau rampas dan terhempas
semoga usiaku masih memberiku nafas
mengeja mimpi yang pernah tertunda

*)pernah dimuat dalam buku Untuk Jantung Perempuan (2015)

Semarang, 24 Januari 2015

 

ANGIN MALAM

Berdesau lirih menyapa dedaunan
yang tenggelam dalam remang kesunyian
mengajak bercengkrama di tengah kepedihan
selagi bulan separuh tersenyum muram di balik awan

Alam mulai mendendang tembang sunyi
saat angin menyibak kelamnya laksana mantra-mantra
menyembul menggapai angkasa
bersama wanginya bunga aneka rupa

Angin masih menyusup menghampiri celah jendela
tersenyum melihat pulas tidurmu
tak tega menyibak rindu yang menghangat dalam selimutmu
melambai dalam bisik nan lirih

: Selamat tidur sayang...

Semarang, 27 Januari 2015

  

KAU DAN AKU

Di tengah hamparan masa
ketika semua mimpi memenuhi angkasa
berbaur indahnya semesta
kita pernah jumpa

Melagukan symphoni merdu
menguntai benang-benang rindu
pada awan yang setia menunggu
di taman kehidupan yang tak tentu

Dan ketika angin menerpa
membadai dan memporak poranda
kau dan aku terhempas entah ke mana
tak tampak lagi tangan-tangan untuk saling menyangga

Tapi waktu laksana putaran roda
perpisahan dan perjumpaan bukanlah kehendak kita
kuyakin akan keajaiban yang kan tiba
ketika hati kita tak beranjak dari setia

Mungkinkah suatu masa
melagukan lagi tembang-tembang kita
berpegang tangan menghalau rintangan
berjalan berdampingan
merenda mimpi-mimpi yang tertunda
meski waktu sudah menjelang senja

Semarang, 29 Januari 2015

 

KENANGAN JANUARI

Ketika hujan melebat
Ribuan rindu mendekap
Pada waktu yang telah lama tersekap
Dan bayangmu perlahan menyelinap

Mengisi kisi-kisi hati
Mengalunkan symphoni
Sayup namun terdengar pasti
Melambai harapan bersemi

Hujan terus bernyanyi merdu
Seirama rinduku dan rindumu
Di januari yang pernah bernuansa kelabu
Catatkan mimpi-mimpi pada derasnya waktu

Januari hampir pergi
Untuk tepati janji bersua lagi
Entah kini atau nanti
Hingga sang waktu menepati janji

Sragen, 31 Januari 2015

  

MALAM MINGGU DI AKHIR JANUARI

Ingin kucatatkan lagi
puzzle kenangan
yang pernah terangkai di suatu malam minggu
saat gerimis di akhir Januari
di suatu masa nun di suatu kota
di mana jantung pernah kencang berpacu

Seraut wajah berbinar
membawa debar seharum mawar
mengetuk pintu hati
yang telah begitu lama menanti
 

Malam minggu menjadi saksi
saat dua hati saling mengerti
ada yang terjalin tanpa permisi
menguntai indah senada pelangi

Terlukis senyum manis yang tak kan pernah terkikis
meski waktu dengan kejam menggilas habis
melarutkan semua jalinan manis
saat genggam tangan tak mampu lagi menepis
iringan badai yang tiba-tiba mendesis
 

Ke manakah angin mengaburkan cerita
saat mimpi tak kuasa lagi menjilma
meninggalkan luka yang melelahkan jiwa
menapak lelah lanjutkan cerita
 

Januari selalu tepati janji
datang dalam rintik hujan meredam nyeri
entah sudah berapa tahun terlewati
hingga tak pernah terasa lagi luka di hati
 

: Jika diijinkan sekali lagi bermimpi
Bolehkah Januari kukenang lagi
 

Yogya, 31 Januari 2015

 

AWAN PUTIH

Mengambang di birunya langit laksana buih
kembang-kembang kapas yang terkulum manis
Sekejap menawarkan pahit
yang pernah menahun tergurit

Angin sekejap mengusirmu pergi
Membawa perihnya hati
Mengenangkan luka tak terperi
Dalam gelapnya mimpi-mimpi

Awan putih tak peduli
Berarak tebarkan janji
Bagi hati yang setia menanti
Di ujung waktu senja berseri

Bilakah kau tahu
Dalam senyapnya terselip tembang rindu
Untukmu yang setia menunggu
Meski waktu telah jauh berlalu

Semarang, 03 Februari 2015

 

FEBRUARI

Lembar waktu berganti
Melukiskan detak-detak hari
Goresan-goresan janji
Pernah terpatri menghias pagi

Pernahkah sekali saja kautengok kembali
Catatan februari yang pernah kau tulisi
Dengan segenap jalinan kasih suci
Merakit dua mimpi menjadi satu janji

Rintik hujan sesekali bercanda
Riciknya tak berhenti menyela
Mencoba melongok di kedalaman asa
Masih adakah sketsa tua menyimpan cinta

Bukankah februari pernah menjadi saksi
Membisikan mantra sakti pembius hati
Ketika hatimu tak mampu lagi bersembunyi
Pada senyatanya ada hati yang tengah menanti

Waktu seperti anak panah melaju
Tak pernah lagi menoleh ke masa lalu
Dan Februari selalu datang seperti dulu
Bilakah langkahmu kan menujuku?

Semarang, 04 Februari 2015

 

DI SUATU MUSIM*)

Pada suatu musim di mana pernah kau catatkan rindu paling biru aku menunggu
di bawah derai hujan di taman impian
untuk kau jemput dengan sebuah payung di tangan

Di tempat yang sama di mana pernah kau tinggalkan aku
dalam rintik hujan yang selebat itu
dengan langkah panjang tanpa ragu
bahkan tak sekejapun kau menoleh padaku

Masih adakah derai tangis di balik rinai gerimis
berbaur dengan luka yang selalu terasa mengiris
melukis semua impian manis yang pernah habis terkikis
derunya angin kehidupan yang tak jua berhenti menebar giris

Sekali lagi kusampaikan pesan
pada musim yang penuh rinai hujan
bisakah sekali lagi kau bawakan
sebuah payung untuk menjemputku di taman impian

*)pernah dimuat dalam buku Negeri Laut (2015)

Semarang, 8 Februari 2015


MENCINTAIMU

Berlayar di samudra luas tanpa batas
dalam hempasan topan badai
terombang-ambing dalam alun gelombang
terdampar jua di dermagamu

Berjalan jauh menyusuri padang ilalang
terik mentari serasa hanguskan hati
tapak kaki lelah lecet bernanah
bertemu jua di gerbang hatimu

Dalam hujan menderas
berbasah kuyup berlari
di bawah naungan daun talas
terhenti jua dalam peluk hangatmu

Adakah jalan untuk berpaling
berlayar menjauh
berlari meneduh

Semarang, 17 Februari 2015

  

TIAP KALI INGIN KUTULIS

Lembar demi lembar kubuka
Terpampang bilur-bilur luka lama
Yang membiru dimakan usia
Anehnya...aku lupa bagaimanakah rasanya

Ingin kutulis ribuan kata pedih
Yang pernah melukiskan laranya hati teriris
Yang mengaburkan pandang karena tangis
Anehnya...kata-kata itu semua sudah membatu
Tak mampu lagi kucongkel untuk sekedar kutata lagi menjadi satu puisi

Ingin lagi kurangkai cerita lama
Yang pernah berkubang air mata
Semua fakta masih rapi tercatat di sana
Anehnya...aku tak punya lagi logika
agar cerita itu mampu menguak lagi lara yang nyata pernah terjadi di sana

Tiap kali ingin kutulis
Sebaris senyum menatap manis
Hanya itu yang terlukis

: adakah lagi yang masih bisa kutulis

Semarang, 22 Maret 2015

 

MALAM HUJAN

Pada denting hujan yang merintik merdu pecahkan senyapnya malam
Aku ingin titipkan pesan
Larutkanlah ribuan titik debu yang sempat kotori dedaunan
Ditiup angin musim hujan yang kadang tak mau diajak berkawan

Pada dinginnya malam dalam pelukan hujan yang tak henti menerpa
Kuhiaskan sepucuk rindu pada mimpi-mimpi yang setia berlagu
Selimutkan jiwa ringkih yang letih dengan selimut kasih
Membuai tidurmu dalam indahnya mimpi tentang esok pagi

Berceritalah rintik hujan pada dinginnya malam
Tentang selaksa rindu yang telah berwindu menunggu
Bertemu di ujung pagi bersama hangat mentari
Terbias senyum berseri sebening embun pagi

Semarang, 15 Maret 2015

  

GALAU

Ribuan aksara berdesakan di kepala
Melompat, merayap, mendesis, meraung
Tak sabar menunggu giliran ditebar
serupa benih yang telah terpilih di tangan petani terlatih

Aneka tanya beserakan
huruf-huruf berhamburan
kenapakah kau sia-siakan
bukankah telah lama kau kumpulkan

Aku duduk di tepi malam
mencoba bicara padanya
apa coba yang harus kutuliskan
malam hanya diam
tersenyum melambaikan tangan

Semarang, 9 Maret 2015

  

DI SUATU SORE

Masih saja terdengar
denting gitarmu meski samar
juga bias mata nanar
saat kau tercekat pada satu kunci nada

Melemah jarimu
terhenti pula laguku
pada sebaris kata
selamat jalan kekasih

Daun-daun berguguran
satu salam perpisahan
kita relakan semua berbingkai kenangan
ketika sore mulai beranjak malam

Tak usah kau urai rasa sakit
bunga-bunga di taman telah lama merakit
sebait ceritamu telah terbersit
sepucuk cinta yang seharusnya tak terbit

Semarang, 1 Maret 2015

 

SEPAGI INI

Senyummu menyapaku lewat emoticon rindu
menyusup melesap ke seluruh segi jiwaku
senandungkan simfoni mendayu
membelai sukma melaras rasa
melayang ke langit biru

Nun jauh di relung hati
suaramu tak asing berdenting merdu
sentuhan penuh kasih seirama nyanyian surga
lenakan hatiku membelah angkasa
terbawa alunan jiwa semakin membara

Sepagi ini terdengar cericit burung menari
ingatkan indahnya hari yang tak pernah sepi
di antara redupnya mentari pagi
hadirmu selalu hangatkan hati
semaikan semangat arungi hari

: Yang maha pengasih dan penyayang...
Izinkan rasa ini selalu kumiliki....

Semarang, 27 April 2015

  

SEPASANG KUPU-KUPU*)

Kita dulu adalah sepasang angsa putih
berenang di ketenangan danau biru
tak pernah terucap janji untuk saling setia
seiya sekata dalam suka dan air mata
tapi dari tatap mata senantiasa terbaca
besarnya kasih yang tak terkira

Dulu tak pernah terlintas sebuah kata pisah
jalinan hati terpatri selaras harmoni alam yang penuh misteri
hingga petaka merusak segala yang ada
danau biru kehilangan riaknya
kau dan aku terhempas entah ke mana

Waktu melaju bak anak panah lepas dari busurnya
melesat jauh ke jaman yang serba riuh
sepasang kupu-kupu beterbangan di taman
mengitari bunga-bunga bermekaran
aku duduk di tepian rindu
menunggumu yang telah berjanji untuk menjemputku
berkali kulongok perputaran waktu

: tiba-tiba kuberharap kitalah sepasang kupu-kupu itu

*)pernah dimuat dalam buku Untuk Jantung Perempuan (2015)

Semarang, 26 April 2015


KETULUSAN

Pada lipatan waktu entah berapa windu
ingin aku memprasastikan di taman itu
tautan hati yang tak pernah mati
menjadi nektar di bebungaan yang berbunga di sepanjang musim
agar kautahu sejauh mana angin membawa
hati kita tetap tertinggal di sana

Pada catatan hari yang melusuh dilarut waktu
ingin aku tuliskan dengan tinta paling berharga
yang tak terhapus meski hujan tiba
pelangi hati yang rapat terpatri
hingga tak memudar meski windu abad tahun mengelana

Tapi bisakah semua terlaksana
karena sejatinya yang kupunya hanya sekeping hati
yang tulus mencintai
sejak pagi meranum di ujung timur
hingga rembang petang menjelang

:semua hanya tersimpan dalam kenang

Yogyakarta, 14 April 2015

  

MENYAPA PAGI

Senyummu merekah di ujung angan
menyemai rindu yang pernah hampir karam
berdenting bagai melodi pagi
selaras harmoni membuka hari

Entah berapa ribu kali kan terlampaui
jalan ini selalu menyejukkan hati
membubung harap tak bertepi
meski batu karang menghadang
badai topan menerjang

Pagi tak pernah berhenti membuka pintu hati
di mana mimpi saatnya terpeta nyata
dalam gairah yang tak pernah sirna
bersama genggam cinta yang selalu setia

Semarang,5 April 2015

  

TENTANG RINDUKU PADA KALIAN

Pernahkah kau mengingat
saat kaki telanjangmu berkecipak
di lumpur kedokan sawah
saat musim tanam hampir tiba
bersenda gurau berlari berkejaran
saling melempar gumpal-gumpal lumpur nan subur
hingga wajahmu tak berupa

Pernahkah kau mengenang
saat berlarian di pematang basah
mengejar layang-layang jatuh
saling tarik saling tubruk
hingga jatuh terjerembab
namun tawa tetap gegap menyahut

Pernahkah kau bermimpi
sawah-sawah itu suatu waktu
hanya diam membisu
tak kudengar lagi canda tawamu
derap kaki-kaki menjauh
pada usia yang semakin rapuh

Kini saat kupandang jauh
kedokan sawah itu masih utuh
namun kelengangan merambat sepi
yang kutemui hanya upacara kematian

: di manakah kalian?

Sragen, 28 Maret 2015

 

0 comments: