Thursday, July 1, 2021

ELANG LAUT


Karya Asrul Sani

Ada elang laut terbang
senja hari
antara jingga dan merah
surya hendak turun
pergi ke sarangnya.
Apakah ia tahu juga
bahwa panggilan cinta
tiada ditahan kabut
yang menguap pagi hari?
Bunyinya menguak suram
lambat-lambat
mendekat, ke atas runjam
karang putih
makin nyata.
Sekali ini jemu dan keringat
tiada akan punya daya
tapi topan tiada mau
dan mengembus ke alam luas.
Jatuh elang laut
ke air biru, tenggelam
dan tiada timbul lagi.
Rumahnya di gunung kelabu
akan terus sunyi.
Satu-satu akan jatuh membangkai
ke bumi, bayi-bayi kecil tiada
bersuara.
Hanya anjing,
malam hari meraung menyalak bulan
yang melengkung sunyi.
Suaranya melandai
turun ke pantai.
Jika segala
senyap pula,
berkata pemukat tua:
"Anjing meratapi orang mati!”
Elang laut telah
hilang ke lunas kelam
topan tiada bertanya
hendak ke mana dia.
Dan makhluk kecil
yang membangkai di bawah
pohon eru, tiada pula akan
berkata:
"Ibu kami tiada pulang."

Jakarta, 4 Mei 1948

Gelanggang/Siasat (1948)


ASRUL SANI lahir di Rao, Sumatra Barat, 10 Juni 1926. Di dunia sastra Asrul dikenal sebagai pelopor Angkatan '45. Kariernya sebagai sastrawan mulai menanjak ketika bersama Chairil Anwar dan Rivai Apin menggebrak dunia sastra dengan memproklamirkan Surat Kepercayaan Gelanggang sebagai manifestasi sikap budaya mereka.

Karyanya antara lain, Tiga Menguak Takdir (kumpulan sajak bersama Chairil Anwar dan Rivai Avin, 1950), "Dari Suatu Masa dari Suatu Tempat" (kumpulan cerpen, 1972), Mahkamah (drama, 1988), "Jenderal Nagabonar (skenario film, 1988), dan "Surat-Surat Kepercayaan" (kumpulan esai, 1997). 


-----------------------------------------------------------------
Sumber puisi: Puisi Indonesia Modern
Sumber biodata: Wartamantra
Sumber ilustrasi: Pixabay

0 comments: