Saturday, June 26, 2021

Dua Sajak Muhammad Zuhri dalam Qasidah Cinta


Munajad 1

Kalau ada sesuatu di antara kita
Engkau jualah Wujudnya

Kalau tiada sesuatu di antara kita
Akulah orangnya

Maka ikatlah hubungan kita dengan Wujud-Mu
Karena tiada tali sekukuh Diri-Mu

Dan kekalkanlah diriku di dalam Diri-Mu
Karena hanya Engkaulah rumahku

Dan kekalkanlah Diri-Mu di dalam diriku
Karena betapa pun aku kebun-Mu

Tuhan!
Sungguh aku tidak tahu
Bagaimana mungkin aku bisa meninggalkan rumahku
Dan bagaimana mungkin Engkau tega meninggalkan kebun-Mu.

Sekarjalak, 7-6-'88


Munajad 11

Wahai yang Ada sejak sebelum sampai sesudah
segala-galanya
Tuangkan kekinian-Mu ke dalam kesadaranku

Wahai yang tiada pada-Nya kedzaliman
Tuangkan keadilan-Mu ke dalam perbuatanku

Wahai yang
 tiada pada-Nya kebatilan
Tuangkan kebenaran-Mu ke dalam kenyataanku

Terhadap yang berlimpah pada-Mu aku miskin
Terhadap yang berlimpah padaku jelas Kau tak ingin
Maka tutuplah kelimpahanku dengan kelimpahan-Mu.

Sekarjalak, 7-6-'88


Riwayat Hidup Penulis

Muhammad Zuhri, lahir di Kudus pada tahun 1939. Menyelesaikan pendidikannya di SGB Negeri Pati. Selama beberapa tahun, ia mengikuti pendidikan agama di Pondok Pesantren milik KH. Fachrur Rozi, di Kajen-Margoyoso-Pati. Antara tahun 1957--1964, ia sempat menjadi guru SD di wilayah Kabupaten Pati, sekaligus menjadi da'i Muhammadiyah di daerahnya.

Sementara perkenalannya dengan sufisme di mulai dari pengembaraannya sebagai pelukis di Jakarta, setelah melepaskan jabatannya sebagai guru SD. Di sinilah ia mengalami pengalaman mistisnya yang pertama, karena pengaruh sihir yang menyerangnya. Sejak itu, sedikit demi sedikit ia mendalami sufisme. 

Perjumpaannya dengan Habib Saleh Tanggul-
Banyuwangi, KH. Abdul Hamid-Pasuruan dan Habib Achmad Balfaqih-Sleman; tampaknya semakin mengukuhkan kecenderungan sufistiknya. 

Selain itu, wawasan-wawasan dan kearifannya tentang kehidupan, yang ditunjang dengan penguasaannya yang memadai terhadap materi-materi filsafat Ibnu Arabi, Al-Ghazali, Suhrawardi, Athaillah As-Sakandari, dan
Shadruddin Al-Syirazi; telah menarik perhatian beberapa kalangan aktivis mahasiswa di Yogyakarta, Surabaya, dan Bandung. 

Acapkali mereka datang ke rumahnya, atau ia yang di undang untuk berdialog dalam pertemuan-pertemuan mahasiswa di Yogyakarta, Surabaya, Semarang, maupun Bandung. Bagi kalangan ini, yang secara simbolis acap ia juluki "anak-anak yatim" dari sejarah, kehadirannya lebih sebagai sosok seorang Bapak tempat mereka memuntahkan isi hati dan meminta bimbingan. Di rumahnya sendiri, Sekarjalak-Margoyoso-Pati, ia memiliki "halaqah" kecil dengan beberapa sahabat yang dengan setia mengikuti wejangan-wejangannya tentang tasawwuf.

----------------------------------------------------------------
Sumber tulisan: Qasidah Cinta
Sumber ilustrasi: Pixabay

0 comments: