Friday, March 19, 2021

Puisi-Puisi Wayan Jengki Sunarta dalam Puisi-Puisi MUNSI


DI WISMA CAKRAWALA, RAWAMANGUN,
JAKARTA TIMUR

subuh hampir rekah
aku kehilangan cara
untuk berpisah

kutinggalkan serpih-serpih rambutku
yang ranggas di sprei biru
suatu saat mereka menjelma kata-kata puisi
mengembara ke lubuk-lubuk
terdalam jiwa manusia

pepohonan depan beranda
seakan menahan langkahku
kenangan begitu melekat
seperti debu di kaca jendela

azan subuh menggema
menggetarkan pepucuk daun
kutinggalkan Wisma Cakrawala
meski langkah begitu ragu
menjauh dari kotamu...

(2016)


MENATAP HAMPARAN KOTA JAKARTA

mungkin gedung-gedung itu
menyembunyikanmu
saat aku berbaring
di gedung yang lain
seorang diri

langit Jakarta berkabut asap
kelabu serupa pembungkus kasur
atau mungkin agak seputih pupur
yang menyegarkan wajahmu

sialan! mengapa aku tak boleh
merokok di kamar ini?

malam perlahan membuka diri
aku terkenang Jane dan Manhattan
yang dikepung seribu kunang-kunang
dalam kisah Umar Kayam

sialan! mengapa aku
tak boleh merokok?

di kaca jendela kamarku
wajahmu tampak memucat
seekor kekunang raib
dari jiwamu

tak ada martini
atau scotch
arak pun tandas

(2016)


SUATU MALAM DI ALUN-ALUN
PUPUTAN BADUNG

sembari kau menikmati jagung bakar
izinkan aku berceloteh sisi lain hidupku
sebab di rumah aku tak punya pendengar
senyum saja pada setiap ocehanku
seperti ibu yang meneduhi
seperti pepohonan yang memberi nyaman

kau tentu paham, dalam jiwa lelaki
terselip masa kanak yang belum tuntas
yang selalu ingin tahu banyak hal
meski terkadang ragu pada diri sendiri

lihatlah, di alun-alun ini
orang-orang keluar dari tempurungnya
mereka menghirup udara malam
seperti menikmati kelahiran kembali

sembari kau mengunyah jagung bakar
dengarlah ocehanku
tentang sepasang burung
berbagi mimpi di sebatang pohon
di tengah Kota Denpasar
yang makin riuh,
makin kehilangan ruh

jangan peduli pada malam
dengar saja ocehanku
tentang lelaki dikoyak cinta
atau tentang perempuan
pasrah dirajam kehidupan

sembari kau menikmati jagung bakar
biarkan aku membaca cahaya matamu
agar aku makin yakin
betapa hidupku begitu bermakna
bersamamu...

(2016)


Tentang Wayan Jengki Sunarta 

Lahir di Denpasar. Lulusan Antropologi Budaya, Fakultas Sastra, Universitas Udayana. Pernah kuliah Seni Lukis di ISI Denpasar. Mencipta puisi sejak awal 1990-an, kemudian merambah ke penulisan prosa liris, cerpen, feature, esai/artikel seni budaya, kritik/ulasan seni rupa, dan novel. 

Tulisan-tulisannya tersebar di berbagai media massa, baik lokal, maupun nasional. Buku kumpulan cerpennya antara lain, "Cakra Punarbhawa" (Gramedia, 2005) dan "Purnama di Atas Pura" (Grasindo, 2005). Buku kumpulan puisinya antara lain, "Impian Usai" (Kubu Sastra, 2007) dan "Montase" (Pustaka Ekspresi, 2016). Buku novelnya adalah "Magening" (Kakilangit Kencana, 2015).

------------------------------------------------------------

Sumber tulisan: buku "Puisi-Puisi MUNSI"
Sumber ilustrasi: Pixabay


0 comments: