Saturday, March 20, 2021

Puisi-Puisi Tarman Effendi Tarsyad dalam "Segalanya Tetap Memberi Makna"


KAU ENTAH DI MANA

kau entah di mana waktu kutatap langit
seseorang datang menyeru sehabis mengarungi laut
kemudian bercerita tentang pelayarannya mencarimu
tapi selalu saja terasa buntu

kau entah di mana waktu kutatap awan
seseorang datang mengadu sehabis menembus hutan
kemudian bercerita tentang pengembaraannya mengejarmu
tapi selalu saja terasa semu

kau entah di mana waktu kutatap kabut
seseorang datang menggerutu sehabis menuruni bukit
kemudian bercerita tentang pendakiannya menjangkaumu
tapi selalu saja terasa silau

kau entah di mana waktu kutatap rumput
seseorang datang membisu sehabis tafakur tanpa tempat
kemudian tak ingin bercerita tentang taharahnya mencapaimu
sebab hal itu baginya wahyu


MALAM GERHANA

meskipun pohon tak bergerak
sepotong awan perak terus berarak
bulan tak tampak
kami bertiga memandang tegak

anakku bertanya: mana bulan
istriku mejawab: bulan ada yang menelan
anakku diam (mungkin sedang berpikir)
tapi matanya terus menatap langit berukir

istriku berkata: goyang pohon, nanti buahnya akan lebat
(aku terbayang sesuatu sedang berkelebat)
di langit terlihat putih sebesar telur angsa
kami terus memandang hingga malam semakin sempurna


Tentang Penyair



Tarman Effendi Tarsyad, lahir di Banjarmasin. Tulisannya berupa puisi, cerpen, dan esai sastra dimuat di beberapa media seperti Horison, Berita Buana, Suara Karya, Pelita, Merdeka, Media Indonesia, Republika, Pikiran Rakyat, Jawa Pos, Surabaya Pos, Banjarmasin Post, Dinamika Berita, dan Radar Banjarmasin. 

Selain itu, puisinya juga dimuat dalam beberapa antologi bersama seperti, Siklus 5 Penyair Muda (1983), Puisi Indonesia 87 (1987), Jendela Tanah Air (1995), Perkawinan Batu (2005), Seribu Sungai Paris Barantai (2006), Tarian Cahaya di Bumi Sanggam (2008), Kambang Rampai Puisi Anak Banua (Banjarmasin dalam Puisi) (2010), Kalimantan dalam Puisi Indonesia (2011), dan Seloka Bisu Batu Benawa (2011).

Adapun bukunya yang sudah terbit antara lain: Bahasa dan Gaya Puisi Sapardi Djoko Damono (Analisis Stilistika) (Tahura Media Banjarmasin, 2009), Pengkajian Puisi: Teori dan Aplikasi (Tahura Media Banjarmasin, Cetakan Pertama September 2009, Cetakan Kedua Oktober 2010, bersama Endang Sulistyowati), Bahasa Indonesia (Buku Ajar untuk Mahasiswa) (Tahura Media Banjarmasin, Cetakan Pertama Oktober 2010, Cetakan Kedua Juli 2011, bersama M. Syarkawi), Aneka Kajian Prosa Fiksi (Tahura Media Banjarmasin, 2011, bersama Endang Sulistyowati), Kajian Stilistika Puisi Sapardi Djoko Damono (Tahura Media Banjarmasin, 2011), Teori dan Sejarah Puisi Indonesia (Scripta Cendekia Banjarbaru, 2011, bersama Endang Sulistyowati), dan Warna Lokal Banjar dalam Puisi (Tahura Media Banjarmasin, 2011).

Forum sastra yang pernah ia ikuti (beberapa contoh nyatanya) adalah, Forum Penyair Muda Delapan Kota Kalsel (Banjarmasin, 1982), Puisi Indonesia 87 (Taman Ismail Marzuki, Jakarta, 1987), Festival Puisi XIII Perhimpunan Persahabatan Indonesia Amerika (Surabaya, 1992), Simposium Antarbangsa Hari Raja Ali Haji (Pulau Penyengat, Riau, 1996), Baca Puisi 4 Kota: Ujung Pandang, Banjarmasin, Lampung, dan Pekanbaru (Pekanbaru, 1996), Cakrawala Sastra Indonesia (Taman Ismail Marzuki, Jakarta, 2005), dan Dialog Borneo-Kalimantan XI (Samarinda, 2011).

Dan, tahun 1999 ia menerima penghargaan dan hadiah seni dari Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Kalimantan Selatan.
--------------------------------------------------------------------

Sumber tulisan dan foto: buku "Segalanya Tetap Memberi Makna" (Kumpulan Puisi karya Tarman Effendi Tarsyad)

Sumber ilustrasi: Pixabay


0 comments: