Sumber RFA |
Asosiasi Jurnalis Hong Kong (HKJA) mengatakan bahwa intervensi oleh Pemerintah Hong Kong "sangat disesalkan."
"Jika hal itu tabu untuk ditanyakan, yakni tentang kemungkinan keanggotaan Taiwan di WHO sekarang, maka ini merepotkan wartawan untuk menjalankan tugas mereka," kata kelompok itu dalam sebuah pernyataan di situs webnya yang dikutip RFA (3/4/2020).
Seperti terlansir RFA, penyiar pemerintah Hong Kong, RTHK, berada di bawah tekanan dari pejabat pemerintah setelah menyiarkan wawancara dengan seorang pejabat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Pewawancara itu menanyakan secara berulang-ulang tentang kemungkinan Taiwan yang demokratis diperbolehkan bergabung sebagai anggota di WHO.
Setelah siaran itu, sebuah pernyataan pemerintah Hong Kong mengatakan bahwa sebagai salah satu departemennya, RTHK tidak boleh menyimpang dari pemahaman bahwa keanggotaan WHO didasarkan pada negara berdaulat, dan Direktur Penyiaran "harus bertanggung jawab untuk ini."
Menanggapi pernyataan tersebut, RTHK pada hari Kamis menolak kritik bahwa mereka telah melanggar ketentuan misinya selama wawancara.
Pihak RTHK menjelaskan bahwa episode itu berdasarkan berbagai tanggapan di seluruh dunia terhadap keadaan darurat virus corona baru (COVID-19). Taiwan hanya menjadi fokus sebagai bagian dari program dan wartawan tidak pernah menyebutnya (Taiwan) sebagai negara (Taiwan menjadi negara merupakan kutukan bagi Beijing).
Sebagaimana sudah menjadi rahasia umum, Beijing telah meningkatkan upaya melemahkan upaya Taiwan untuk mendapatkan pengakuan dari komunitas internasional sejak saat itu.
Masih dari sumber yang sama, Anggota Parlemen Pro-demokrasi, Claudia Mo, menanyakan apakah wartawan Hong Kong sekarang tidak lagi diizinkan untuk meliput Taiwan sama sekali.
Sementara itu, Taiwan mengumumkan akan menyumbangkan 10 juta masker bedah untuk staf layanan kesehatan di negara-negara yang paling parah dilanda epidemi virus corona baru (COVID-19).
Hwang Kui-po, profesor hubungan luar negeri di Universitas Nasional Cheng-chi Taiwan, mengatakan sumbangan masker itu jelas merupakan bentuk diplomasi pada saat pulau tersebut telah dibekukan oleh organisasi internasional oleh Beijing.
"Tentu saja Taiwan melakukan ini karena alasan diplomasi," kata Hwang kepada RFA. "Taiwan selalu berbicara tentang apa yang dapat dilakukan untuk membantu, dan itu adalah para penerima yang hampir tidak ada bantuan dari asing."
WHO sendiri telah banyak dikritik karena penghormatannya kepada Partai Komunis China yang berkuasa di Beijing, dan juga karena organisasi internasional itu menutupi upaya awal terkait keseriusan China terhadap epidemi yang muncul pada akhir Desember dan awal Januari, termasuk WHO ikut menggemakan klaim oleh pejabat kesehatan China bahwa tidak ada bukti penularan dari manusia ke manusia.
0 comments:
Post a Comment