Monday, March 23, 2020

Menepi, Sebuah Pentigraf (Cerpen Tiga Paragraf) COVID-19 Karya Iwan Fauzi

Penulis dan putrinya - Iwan Fauzi

Ada banyak cara bagi orang untuk menghindar; bisa dengan menjaga jarak, mengunci diri, bahkan pergi jauh menepi bila dianggap lebih aman. Mari bersama-sama memerangi wabah ini dengan cara masing-masing. Jangan melewatinya dengan berkeliaran di jalan-jalan, nongkrong di cafe-cafe, berhaha-hihi kumpul di komunitas, atau apa sajalah yang bisa memungkinkan terjadinya penularan masif. Saya yakin kita sama-sama ingin aman dari virus durjana ini dan tak terjamah lewat kontaminasi kontak fisik.

Saya memilih "menepi" ke sebuah kampung tepi sungai yang memang sangat jauh dari episentrum. Tempat ini memang tempat saya ber-solitude untuk bertenang diri. Jauh dari keramaian vehikel, dan masih asri dengan angin petangnya yang segar. Dari villa tepi pantai inilah (baca: huma saran tewang) saya masih bisa menjalankan tugas rutinitas sambil sesekali menikmati ramainya anak-anak kampung mandi (balumba) di sungai. It reminds me when i was a kid. Meski sinyal data bukan 4G, tapi tak menghambat saya memberi kuliah virtual & membimbing mahasiswa; karena dengan jaringan tiga-ge pun amanah sudah bisa ditunaikan dari rumah ulin di tepi sungai ini.

Bila pagi mulai mengeluarkan cahaya magentanya, suara kicau burung pun ramai bersahutan sambil menemani saya dan istri menikmati singkong rebus dengan menyeruput kopi tak bergula. Alangkah indahnya sebuah kesederhanaan. Pun kala petang beranjak senja, sesekali terdengar teriakan burung enggang di ujung kampung yang terbang pulang ke punggung hutan. Ini menandakan sebentar lagi hari mulai malam. Begitulah seterusnya beberapa hari ke depan hingga wabah ini segera cepat berlalu. Yakinlah, tak ada badai pun yang tak kan berlalu. Mari sama-sama kita berdoa dengan cara kita masing-masing semoga Tuhan mengambil kembali pandemi ini dan menghapusnya dari muka bumi.


Penulis: Iwan Fauzi. Penyuka sastra, alumnus Radboud University Nijmegen, Holland.

0 comments: