Sumber Arab News |
Kondisi memprihatinkan di Xinjiang menyita perhatian dunia. Salah satunya Amerika serikat.
Seperti terlansir Arab News, Rabu (11/3/2020), seorang senator senior AS pada hari Selasa menuduh perusahaan-perusahaan AS sengaja mengabaikan kondisi kerja paksa "mengerikan" di wilayah Xinjiang, China, dan meminta Departemen Perdagangan untuk menghentikan perusahaan-perusahaan dan konsumen Amerika membeli barang-barang yang dihasilkan oleh tenaga kerja tersebut.
Dalam sepucuk surat kepada Sekretaris Perdagangan Wilbur Ross, Senator Demokrat--Bob Menendez--mengatakan laporan baru-baru ini mengindikasikan sejumlah besar perusahaan AS, termasuk Apple, Kraft Heinz, Coca-Cola, dan Gap, telah mengambil, atau terus mencari, barang-barang dari Xinjiang
"Selain itu, ada laporan yang konsisten bahwa perusahaan-perusahaan AS gagal melakukan penilaian buruh dasar dan hak asasi manusia di Xinjiang, pada dasarnya sengaja mengabaikan kondisi mengerikan kerja paksa di Xinjiang," kata Menendez, Anggota Peringkat Komite Senat untuk Hubungan Luar Negeri, dalam surat itu.
"Dalam kegagalan menegakkan tanggung jawab mereka untuk memeriksa rantai pasokan (mereka), perusahaan-perusahaan ini mungkin terlibat dalam penindasan massal orang-orang Uighur, etnis Kazakh, Kyrgyzstan, dan anggota kelompok minoritas Muslim lainnya," katanya.
Masih dari sumber yang sama, Menendez, yang telah menyerukan sanksi terhadap China atas masalah ini, juga meminta informasi tentang kontraktor pemerintah AS yang mendapatkan kapas dari China, yang memproduksi 84% kapasnya di Xinjiang.
"Penggunaan bahan yang diproduksi menggunakan kerja paksa tidak dapat diterima untuk produk-produk di pasar AS," katanya dalam surat itu.
Sementara itu, Lembaga think tank Australia mengatakan dalam sebuah laporan awal bulan ini bahwa puluhan ribu etnis Uighur telah dipindahkan untuk bekerja di pabrik-pabrik di seluruh China memasok 83 merek global dalam kondisi "yang sangat memberikan kesan kerja paksa."
0 comments:
Post a Comment