Wednesday, January 1, 2020

Banjir adalah Kenangan yang Melahirkan Impian


Malam itu, sehabis membaca sebuah buku, mata saya terasa berat sekali. Tanpa pikir panjang, saya rebahan di atas tikar. Ya, tikar di atas lantai kamar saya.

Mungkin Anda heran mengapa saya tidak tidur di ranjang. Alasannya sederhana, saat itu, untuk sementara waktu ranjang saya menjadi tempat meletakkan buku-buku bacaan yang lumayan jumlahnya. 

Entah berapa lama saya bertahan dengan kantuk yang luar biasa tersebut. Tiba-tiba saja ada air di rambut saya. Lalu tangan saya juga terasa basah. Kaki, dan lainnya pun sama. Benar, sebagian tubuh saya sudah terendam air. Kamar saya kebanjiran.

Saya keluar kamar dan ternyata air telah menggenangi seluruh ruangan di dalam rumah. Paginya saya baru tahu bahwa satu kelurahan mengalami kebanjiran.

Itu adalah pengalaman saya pribadi saat masih remaja dulu. Sungguh kenangan yang masih kuat dalam ingatan saya. Tentunya, waktu berikutnya ada impian, yakni tidur bebas banjir.

Maka, untuk mewujudkan hal itu, ayah saya membuat semacam penahan banjir di dekat pintu depan rumah.

Begitulah kenangan dan impian. Dan banjir benar-benar kenangan yang melahirkan impian. Saya yakin, semua orang tak ada yang mau kebanjiran. Itulah sebabnya, jika terjadi banjir, banyak orang sibuk berupaya mengatasinya. Salah satunya dengan membuat sumur resapan agar air segera diserap tanah dan banjir pun reda.

Akan tetapi, pastinya akan lebih ideal lagi jika kata "mengatasi" diganti dengan "mencegah". Suka tidak suka, banjir juga karena ulah tangan manusia. Sebutlah karena adanya penebangan hutan dan pembuangan sampah di sungai.

Nah, untuk mencegah banjir, selamatkan hutan dan sungai dari tangan-tangan jahat sebagian manusia.

Meskipun demikian, jika memang sudah terjadi banjir, idealnya ya terus berusaha dan berdoa dengan rasa takut dan penuh harap kepada Allah swt.

Terakhir, semoga daerah-daerah yang saat ini sedang mengalami banjir, semisal DKI Jakarta dan sekitarnya segera dapat mengatasinya.


0 comments: