Sunday, December 29, 2019

Mengapa Jarang Ada Artikel Kebahasaan di Surat Kabar?


Apa yang Anda ketahui tentang informasi kebahasaan di Indonesia dan luar negeri terkini? Jumlah bahasa daerah di kota Anda? Kekerabatan bahasa-bahasa di negara kita? Manfaat bahasa terhadap gangguan kejiwaan? Atau yang lainnya?

Bagi siapa saja yang bergelut di dunia bahasa, sangat mungkin hal-hal kebahasaan seperti itu sudah di "luar kepala" mereka. Tapi, bagaimana dengan masyarakat luas? Contohnya saya pribadi yang berada di luar jalur bahasa.

Idealnya, informasi kebahasaan, terutama yang berdasarkan hasil penelitian, disebarluaskan kepada khalayak ramai.

Melalui apa?

Agaknya pertanyaan terakhir di atas dapat mengantarkan kita pada media mana paling cocok untuk penyebarluasan informasi kebahasaan ini.

Jurnal? Hasil penelitian yang berkualitas memang dimuat dalam jurnal-jurnal ilmiah. Termasuk pula perihal bahasa. Tercatat ada banyak jurnal di Indonesia. Pertanyaannya, di mana saja area persebaran jurnal-jurnal tersebut? Di lapak-lapak media massa yang mudah dibeli masyarakat? Yang kemudian sampai di tangan pedagang, penarik becak, dan lainya di semua lapisan masyarakat? Atau sekadar di perpustakaan kantor kebahasaan yang pembacanya sebatas dalam lingkaran "orang bahasa" saja?

Makalah? Dalam seminar, misalnya, narasumber atau pembicara menyajikan makalah terkait tema yang ditentukan pihak panitia. Sebutlah tentang eksistensi bahasa-bahasa di daerah pesisir dan pedalaman. Ada banyak makalah dalam acara semacam itu. Bahkan, ada yang digabung menjadi sebuah prosiding yang tebal. Lantas, apakah dengan kegiatan ini masyarakat luas mengetahuinya? Bukankah hanya narasumber, pantia, dan peserta yang tahu?

Lalu, media mana yang paling cocok? Tampaknya bukan kedua contoh di atas. Dan, sudah menjadi pemahaman bersama bahwa untuk dekat dengan seseorang, misalnya, adalah dengan sesuatu yang paling sering bersentuhan dengannya.

Nah, bagaimana dengan masyarakat luas? Media apa yang paling dekat dan sering bersentuhan dengan masyarakat?

Surat kabar? Selain murah, juga mudah didapatkan karena persebarannya yang luas. Permasalahannya, apakah di surat kabar sering dimuat informasi kebahasaan, melalui artikel di kolom opini, misalnya?

Sepengetahuan saya masih jarang ada artikel semacam itu. Dalam setahun, kalau ada juga, paling hanya satu atau dua artikel kebahasaan di surat kabar nasional. Jika ditanya mengapa bisa seperti itu, saya pun belum bisa menjawabnya.

Harapan kita bersama, orang-orang bahasa, terutama yang bekerja di lembaga kebahasaan, sering-seringlah menuliskan artikel kebahasaan mereka di surat kabar selain jurnal dan lainnya.


0 comments: