Friday, November 29, 2019

Sastrawan, FPI, Banser, Mahasiswa, Siswa, dan Masyarakat


Wah judulnya panjang sekali! Berjejer pula. Seperti jalan raya dan para penggunanya.

Meski tanpa disengaja, agaknya hal tersebut sangat masuk akal jika harus dikaitkan dengan isi artikel yang singkat ini.

Baiklah, kita tinggalkan dulu soal judul.

Tepatnya sore tadi, tidak seperti kaum sastrawan yang biasa pentas di atas panggung--membacakan puisi atau karya lainnya--pihak FPI (Front Pembela Islam), Banser, mahasiswa, dan siswa saya lihat menggelar aksi di pinggir jalan raya.

Keberadaan mereka tentu bukan tanpa alasan. Dengan jarak antara satu dan lainnya yang lebih kurang dua puluh meter, mereka berdiri memegang kotak uang. Ya, saya sebut demikian karena memang kotak tersebut untuk tempat uang sumbangan.

Dengan jumlah peserta dan jarak antarmereka itu, aksi mengumpulkan uang bantuan ini tergolong panjang. Ya, uang yang terkumpul memang akan disumbangkan kepada korban kebakaran hebat di Desa Sungai Bali.

Kebakaran itu sendiri terjadi pada Sabtu (23/11/2019) malam lalu. Ada ratusan rumah di tiga RT dalam desa yang termasuk wilayah Kecamatan Bumi Sari Natar, Pulau Sebuku tersebut tinggal tersisa puing-puingnya saja.

Wajar seperti itu karena kebakaran hebat di Kabupaten Kotabaru, Kalsel, ini berlangsung lama, yakni delapan jam.

Kembali ke kaum sastrawan, pentas di atas panggung juga dapat dilakukan dalam rangka pengumpulan dana bantuan. Termasuk juga bantuan untuk korban kebakaran.

Nah, yang ingin saya katakan di sini ialah, apa pun wujudnya, rasa empati terhadap sesama selalu ada selama kita masih menjadi manusia. Benar, bisa lewat pembacaan karya sastra di atas panggung hingga aksi di jalan raya.

0 comments: