Saturday, November 30, 2019

Apa yang Membuatmu Jatuh Hati kepada Penyair?



Waw! Judul di atas lebay banget ya...? Ha ha ha....

Ini sebenarnya terinspirasi dari pertanyaan salah seorang penyair wanita (teman saya). Sebutlah namanya Anggrek. Lebih kurang ia menanyakan apa yang dinilai dari penyair? Dirinya sedikit bertanya-tanya apakah bobot tubuh penyair, wajah, prestasi, jumlah puisi yang masuk di koran, dan lainnya yang didapatkan penyair seperti honorarium dan penghargaan.

Dari situlah saya terseret oleh sebuah pertanyaan yang tertera pada judul di atas. Saya pikir ini lumayan mengasyikkan. Selama ini, kaum sastrawan pada umumnya dan penyair khususnya mendapatkan predikat buruk oleh sebagian masyarakat kita. Apakah itu? Sastrawan dicap sebagai makhluk penebar rayuan gombal.

Alhasil, dikabarkan banyak menelan korban perasaan. Tapi, benarkah demikian?

Memang sudah ada contohnya yang tersiar ramai di media. Bahkan, korbannya sampai mengandung buah kegombalan penyair yang bersangkutan. Meski begitu, apakah hal tersebut memang benar dapat dikenakan pada semua sastrawan?

Celakanya, sebelum terbukti kebenarannya, dengan predikat seburuk itulah, lahir kalimat semisal, "Dasar sastrawan!" atau "Hati-hati jika berteman dengan sastrawan!"

Jujur saja, ini sangat memprihatinkan. Betapa tidak? Itu jelas tindakan menandai kaum sastrawan dengan stigma yang dapat menjadi bahan olok-olokkan.

Lantas, sebenarnya apa yang membuat seseorang  jatuh hati kepada penyair atau sastrawan secara umum? Apakah benar karena wajahnya yang rupawan sebagai nilai plus? Prestasinya? Atau?

Jika Anda pernah mengalaminya, simpan saja jawaban atas pertanyaan itu.


0 comments: