Wednesday, November 27, 2019

Sastra dan Wisata


Sekilas dua kata itu mirip. Sastra dan (wi)sata. Terdengar serasi. Meski demikian, jelas keduanya berbeda.

Jika bicara sastra, terkadang pikiran tertuju pada hal-hal yang sifatnya serius. Bukan hanya tema yang diangkat dalam karya sastra, tetapi juga tentang analisis, polemik, atau diskusi hingga terkadang berujung pada perdebatan sengit. Sebutlah isu hangat terkait revitalisasi Taman Ismail Marzuki (TIM). Sejumlah sastrawan dan seniman lainnya secara tegas menolak rencana pendirian Wisma TIM oleh Pemrov DKI Jakarta.

Nah, beda lagi ceritanya kalau sudah menyangkut wisata. Membayangkannya saja hati sudah riang gembira. Apalagi saat sedang berwisata. Ya, semisal di pantai, gunung, danau, atau kebun buah-buahan. Terasa begitu menggembirakan. Ada canda dan tawa dalam wisata.

Lalu, bagaimana jika keduanya digabung?

Kegiatan berwisata yang saya tuliskan di atas agaknya merupakan konsep awal yang terkandung dalam kata "wisata" itu sendiri. Lama-kelamaan, kata inj tidak hanya dimaknai sebagai kegiatan seperti itu. Tetapi juga bisa merujuk pada aktivitas memperluas wawasan, mengasah kecerdasan spritual, atau pembelajaran lainnya di tempat-tempat tertentu.

Hal terakhir itulah yang paling ideal jika wisata digabung dengan sastra. Sebutlah contohnya wisata di makam sastrawan Hamzah Fansuri dan Raja Ali Haji. Ini termasuk wisata edukasi sekaligus rohani.

Nah, penggabungan tersebut jika dipikirkan, mungkin tidak harus melulu di tempat khusus pada contoh di atas.

Maksudnya, bisa saja di tempat wisata umum, seperti pantai dan gunung. Bagaimana bisa?

Saya pernah membayangkan ada batu alam yang besar di tepi pantai bertuliskan sebuah puisi bertema laut. Para wisatawan pun membacanya saat embusan angin pantai memanjakan mereka. Terbayang pula beberapa puisi bertema hutan terpampang pada papan besar sekitar shelter di jalur-jalur pendakian gunung.

Sayangnya, itu baru berupa bayangan. Setahu saya, belum ada tempat wisata umum yang demikian asyiknya. Dan, kalau diprediksi, apakah suatu ketika kelak akan terwujud? InsyaAllah.

0 comments: