Wednesday, November 26, 2025

Doa Koruptor Karya Abdul Rahim Hasibuan

Ilustrasi: Pixabay

       Tuhan, tujuh bulan di bilik penjara, yang jauh lebih sempit, dan lebih jelek dari toilet rumah mewahku dulu itu, aku benar-benar sangat menderita. Padahal masa hukumanku masih tujuh tahun lagi, atas korupsi tujuh milyar rupiah. Jauh lebih berat dari hukuman Gayus Tambunan, yang diduga koruptor di ratusan kasus dan merampok duit negara ratusan milyar rupiah.
       Istri pertamaku yang dulu kumanjakan dengan shopping barang-barang mewah di berbagai plaza minta cerai. Sedangkan istri keduaku yang dulu kumanjakan dengan berbagai wisata ke manca negara, sudah duluan diwarisi orang.
       Selusin gendak yang kudapatkan di berbagai: bar, diskotik, panti pijat, hotel-hotel dan rumah-rumah karaoke, termasuk teman-temanku ke dunia itu, tak satu pun yang membesukku. Malah sobat kentalku yang dulu sering kulupakan dan kulecehkan, kini sering membesukku, bahkan ikut memelihara putra-putriku.
       Hari ini ia memberi kabar:
       Putraku yang sejak kelas satu SMA sudah sering gonta-ganti mobil, dan sering dipanggil bos oleh teman-temannya barusan ditangkap Polisi gara-gara terlibat penyalahgunaan narkoba. Sedangkan putriku yang cantik dan tinggi semampai itu, astagfirullah sudah dua bulan ini jadi pelacur kelas tinggi, lantaran tak sudi hidup miskin.
       Ya, Tuhan, mendengar semua ini spontan nafsu makanku hilang. Nasi dengan lauk pauk, tumis kangkung dengan tumis teri yang minggu ini sudah mulai kuakrabi itu, terasa bagai batu. Aku tersedak-sedak, kala teringat: jenis makanan ini, dulu cuma makanan anjing dan kucingku. Telinga dan hatiku terasa ingin pecah ketika teringat sebagian besar teman-teman seblok di sel penjara mencaci makiku dengan kalimat: koruptor, koruptor itu binatang paling buas dan paling menjijikkan. Makanannya darah dan keringat rakyat.
       "Ingatlah Tuhan bertaubatlah, alhamdulillah jika kau mau tekun berguru pada Tuhan. Karena Tuhan adalah mahagurunya para mahaguru sedunia. Ia ultra Maha dalam segala-galanya," bisik lirih dan lembut sahabatku itu tapi itu sangat mengguncang jantungku. Karena aku jadi teringat akan siksa neraka yang amat menyakitkan. Kata petugas penjara, tadi aku sempat pingsan satu jam. Tanpa basabasi lagi, aku langsung bersujud, sambil berterima kasih pada Tuhan, yang belum mencabut nyawaku, lalu aku bertekad, setiap saat akan berdoa dan bertaubat. Tapi apakah rakyat mau mengampuni dosa-dosaku?
                              ✿✿✿
                         Samarinda, 3 Februari 2011


ABDUL RAHIM HASIBUAN DILAHIRKAN di Surabaya, 25 Agustus 1956. Mantan pemimpin redaksi Tabloid Pelopor dan Mahakam Pers serta Daya Televisi (1999--2004) ini pernah menjabat sebagai Redaktur Seni-Sastra-Budaya di mingguan BS Jaya (1980--1984), juga sebagai wartawan harian Manuntung (1991). 

Berikut menjadi koresponden berbagai majalah, seperti Detektif Romantika, Detik, Kriminalitas dan Pencegahan terbitan Jakarta, juga Majalah Fakta Surabaya (1991--1993). la pernah menjadi Ketua Umum Ikatan Pencinta Sastra. 

Ia mengawali karir jurnalistik sebagai penulis lepas bidang seni di beberapa surat kabar terbitan Kaltim maupun harian Merdeka Jakarta, Surabaya Post, Banjarmasin Post, dan Detektif Romantika. la menulis puisi, cerpen, esai, artikel, dan novelet. Beberapa karyanya dimuat di beberapa surat kabar dan majalah terbitan Kaltim maupun Jakarta. Karya-karya puisinya bersama Emha Dhanyswara/Hamdani (tanpa judul) pernah diterbitkan Dewan Kesenian Samarinda/DKS (1980). 

Beberapa puisinya dapat dijumpai dalam antologi Merobek Sepi terbitan DKS (1978) dan antologi Secuil Bulan di Atas Mahakam terbitan Dewan Kesenian Daerah Kaltim (2000). Puisinya yang berjudul "Wasiat dan "Demokrasi" dimuat pada antologi Medan Puisi (Medan Internasional Poetry Gathering) tahun 2007. Selain aktivitas sastra tersebut, ia sangat aktif sebagai project officer kursus teater Dewan Kesenian Samarinda, bekerjasama dengan Bengkel Teater Rendra (1978, 1979, 1980) di Samarinda. 

Selain itu, ia pernah membacakan puisi-puisinya pada berbagai acara kesenian, yaitu Musyawarah Dewan Kesenian se-Indonesia di Ujung Pandang (1992), TV Jerman Channel II (1992), serta Pertemuan Teater Indonesia di Surakarta (1993). Pun pada Jambore Teater Nasional (1994--1995) dan Renungan Proklamasi di Taman Ismail Marzuki/TIM Jakarta (19931. Mengamati Lomba Baca Puisi Piala HB. Yasin di Jakarta (1993--1995). 

Puluhan karyanya, baik berupa berita, esai, profil, kritik, puisi, cerpen, novelet, dan naskah drama Islami telah diterbitkan berbagai media massa. Puisinya berjudul "Main-Main" ditanyangkan TVRI Pusat. Cerpennya "Investor" dan "Mesin Sex" mendapat Surat Penghargaan sebagai Peserta Sayembara Australia Broadcasting Coorporation dan Voice of Amerika (1987). Cerpen lainnya. "Wartawan Cap Gadis dan "Kembalinya Orang Hukuman sekaligus menjuarai Peringkat I dan II. Puisinya berjudul "Iklan" sebagai Pemenang Juara Harapan I untuk Lomba Penulisan Puisi dalam Lomba Penulisan HUT X SKM Sampe. 

la juga seorang dramawan. Aktivitas berteaternya cukup banyak, di antaranya pernah mentas di acara kesenian Musyawarah Dewan Kesenian se-indonesia di Makassar (1979). la juga menjadi official artistic tim Kaltim pada Pekan Drama Tari dan Teater Daerah tingkat nasional di TIM Jakarta (1984). la juga mengikuti diskusi Puisi Amerika Abad XX di Surabaya yang diselenggarakan oleh Lembaga Indonesia Amerika; Mengikuti seminar Internasional Sastra Indonesia-Melayu (2007), yang diselenggarakan Pusat Bahasa RI di Samarinda. Menjadi narasumber Bengkel Sastra di Berau, yang diselenggarakan Kantor Bahasa Kaltim, dan di Samarinda (2006 dan 2007). la pernah menggagas Pekan Teater Kalimantan di Kabupaten Kutai Kartanegara sekaligus sebagai tim perumus rekomendasinya. Sedangkan pada acara Jambore Teater Nasional di Jakarta (1994--1995) ia berperan sebagai pembicara, moderator, sekretaris merangkap anggota dewan juri pada acara lomba akting 

Berikut ia anggota dewan juri Cipta Puisi POSPENAS se-Kaltim tahun 2007. Peserta Kongres Cerita Pendek ke-V di Banjarmasin (2007). Ia pernah duduk sebagai Anggota Komite Litbang Dewan Kesenian Provinsi Kaltim periode 2007--2012 . 

Sumber: Buku "Kalimantan dalam Puisi Indonesia"

Tuesday, November 25, 2025

Ketika Asing Menyelamatkan Keduanya

Ilustrasi: Pixabay


Kedua orang jahat itu terus saja menjadi target penangkapan oleh masyarakat pembela kebenaran di negara Irung. Sudah sejak lama kebohongan mereka diendus banyak orang. Mulai dari bangun tidur hingga menjelang tidur kembali. Semua perkataan keduanya adalah kebohongan. Dan, suatu waktu mereka terpojok karena sama-sama tidak bisa menunjukkan sabuk hitam beladiri Aidua. 

Alhasil, orang asing yang menyuruh mereka berdua membohongi masyarakat tersebut bereaksi. Tidak tanggung-tanggung, keduanya dicitrakan baik di luar negeri. Ya, pencitraan di luar negara calon negeri jajahan itu. 

Apa pencitraan yang diviralkan? Mereka dicitrakan pandai meninju sapi di forum internasional. Media-media pun diperintahkan mewartakan hal tersebut terus-menerus. 

Meski demikian, tetap saja pencitraan itu tidak membuat masyarakat percaya bahwa keduanya memiliki sabuk hitam. 

Sebenarnya cerita di atas hanyalah fiksi. Tetapi, bisa ditarik kesimpulan bahwasannya ketika pihak asing menempatkan agen lapangan mereka di sebuah negara mana pun, orang-orang asing itu akan melindungi mati-matian agen tersebut. 

Pernah melihat kejadian serupa? 


Friday, November 21, 2025

Mobil Dinas dan Sok Tahu

Ilustrasi: Pixabay

Judulnya terkesan aneh? Ya, agaknya seperti itu. Ini terkait ramainya komentar netizen tentang sebuah video di instagram pada Jumat, 14 November 2025 di Kalimantan Selatan. Dalam video terlihat ada sebuah mobil dinas warna putih yang disertai suara seorang bapak paruh baya. Perkataannya lebih kurang bahwa mobilnya diserempet pengemudi mobil dinas tersebut yang ugal-ugalan di jalan raya. 

Setelah dicek di lapangan, mobil dinas tersebut bagian dari rombongan Prof. Dr. Abdul Mu'ti, M.Ed. yang merupakan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah. Artinya, sopir dan orang-orang di dalamnya sedang tugas luar. 

Dan, setelah pihak kepolisian melakukan pengecekan badan kedua mobil, ternyata tidak ada bukti gesekan apa pun. Bapak pembuat video itu juga sudah mengakui hal yang sebenarnya, yakni mobil dinas dimaksud hanya terlihat melaju di sisi mobilnya. Tingkat kecepatan itu pun karena sopir mobil dinas berusaha masuk kembali di barisan rombongan sang menteri setelah terpisah beberapa waktu sebelumnya. 

Yang disayangkan, sebagian besar netizen sudah beramai-ramai menghujat pengemudi dan orang-orang di dalam mobil dinas itu tanpa mengecek kebenarannya terlebih dahulu. Banyak masyarakat belum tahu mengenai tugas luar. Mereka yang awam hanya mengetahui bahwa semua pekerjaan abdi negara hanya dilakukan pada jam kerja (pagi sampai sore) dan di dalam kantor saja. 

Semoga kejadian ini menjadi pelajaran agar tidak ada pihak yang dirugikan. 


Tuesday, November 18, 2025

Tanah Airku Menjelang Tidur, Puisi Karya ZULHAMDANI AS

Ilustrasi: Pixabay


Aku menangis hutanku terbakar dan dibakar
Aku menangis jiwaku terbakar dan membakar
Aku menangis pikiranku terbakar
Aku menangis rumahku dibakar
Aku menangis suku dan suku membakar
Aku menangis sang saka merah putih tak berkibar
Aku menangis bangsaku adalah barbar

Negeriku hanya sehelai sutra putih di awan-awan
Tak melihat lagi nyiur melambai di tepi pantai
Negeriku hanya seuntai benang merah
yang putus dibawa layang-layang
terbang menuju sirna

Perahu-perahu layar kegelapan
membawa rakyat negeri ini semakin berdarah
luka-luka bumi menganga
roh-roh berterbangan
memeluk jasad membusuk
Angin melukis tebing dan ngarai
Gelombang menghempas zaman
Langit tergores oleh kuku garuda
Tak mendengar lagi nyanyian rayuan kelapa
Bangsa ini setetes air di atas daun keladi
Para hantu sedang di pucuk bertengger
menggoyang kursi-kursi pemimpin bercula
Tiada keramahan melukis wajah-wajah
Tiada keiklasan membaca selembar sumpah
Tiada kepastian membawa langkah
Tiada kearifan menebar sukma
Tiada merasa bersalah oleh ulah
Aku terjebak dalam kelahiran dini
Jiwaku terkupas berbaring disuatu ketika
Langkahku membayang dan tergantung di pojok dinding malam
Warisan apa yang harus keberikan anak cucuku nanti
✿✿✿

Taman Anggrek, Jakarta, 29 Januari 2000


Tentang Penyair

ZULHAMDANI AS
lahir di sebuah kota kecil, kota perjuangan Sanga-sanga, 13 Mei 1958. Belajar teater dan film di ASDRAFI (Akademi Seni Drama dan Film Indonesia) di Yogyakarta. Lulus dari ASDRAFI pada tahun 1982. Dan pernah mengajar pelatihan pantomim di ASDRAFI selama 2 tahun.

Pada tahun 1980--1986 berkeliling di beberapa daerah di tanah air termasuk Kaltim untuk pentas teater, pantomim, dan memberikan Workshop Teater. Sebagai seorang sastrawan dan seniman senior Kaltim, karya-karyanya berupa cerpen, puisi, karya tulis, dan lain-lain sudah banyak dimuat di media lokal, nasional dan internet. 

Salah satu cerpennya termuat dalam buku kumpulan cerpen "Bingkisan Petir'. Juga sudah menulis 100 puisi lebih. Dia juga
seorang penulis skenario TV. Karya tulis skenario TV sudah ditulisnya sebanyak 73 judul, antara lain "Anak Sepanjang Sungai" (50 episode), "Hantu Banyu" (20 episode), "Mandau" (FTV), dan lain-lain. Salah satu episode "Anak Sepanjang Sungai" mewakili Indonesia dalam Festival Sinetron Anak-anak Antarnegara Asia Pasific di Jepang. Begitu pula film televisi (FTV) yang berjudul "Mandau" sudah pernah ditayangkan TVRI Jakarta, TPI Jakarta, TVRI Balikpapan, TVRI Samarinda, dan TV3 Malaysia. 

Murid-murid akting binaannya sudah pernah dua kali sebagai juara umum nasional di Jakarta dalam audisi bintang sinetron. Alhasil sudah banyak dipakai dalam pembuatan sinetron di Jakarta sebagai peran pembantu utama. Dan dia pernah juga membintangi FTV "Mandau" sebagai peran utama (antagonis), film semi dokumenter "Dibalik Penobatan Sultan Salahuddin" di Tenggarong, dan "Apa-apanya Dong" sebagai peran pengganti Titiek Puspa, juga film sejarah "Janur Kuning", "Serangan Fajar", dan "Asal di Fajar
Merah", sebagai peran pembantu dan peran figuran. 

Pada tahun 2002 mendapatkan juara II nasional penulisan buku cerita dengan judul "Dayak-Dayak" di Jakarta yang diselenggarakan oleh Depag RI di Jakarta. Dan mendapatkan DKB Award pada tahun 2002 di bidang teater. Juga pernah menerima 3 kali berturut-turut penghargaan tertinggi dari Pemkot Balikpapan di bidang pembinaan teater dan pemerhati seni pada tahun 2003, penghargaan tertinggi
Walikota Tanjung Pinang, penghargaan Persatuan Penulis Nasional Malaysia, penghargaan Persatuan Penulis di Kerajaan Brunei Darussalam. 

Hingga 2011 masih aktif di organisasi PARFI (Persatuan Artis Film Indonesia) Kaltim dan DKB (Dewan Kesenian Balikpapan), juga masih mengajar di SMA Negeri 1 Balikpapan, SMP Negeri 1 Balikpapan, MTS Negeri 1 Balikpapan, SMP Negeri 3 Balikpapan, dan SMP PD 2 Pertamina Balikpapan dan Dewan Kesenian Balikpapan (DKB). 

Sumber: Buku "Kalimantan Timur dalam Sastra Indonesia

Saturday, November 15, 2025

Tidak Membaca Adalah Cara Memberikan Negaramu kepada Asing

 

Ilustrasi: Pixabay

"Buatlah rakyat yang kamu pimpin tidak gemar membaca!"

"Mengapa demikian, Tuan Xi?"

"Agar aku bisa menguasai negara tersebut selamanya."

Presiden boneka itu pun mengangguk tanpa meneruskan pembicaraan. 

Begitulah yang terjadi tiga ribu silam dalam legenda bumi miring. Ketika seseorang tidak lagi gemar membaca, maka ia akan ketinggalan dalam segala hal. Dirinya otomatis menjadi orang bodoh dan mudah sekali dikalahkan untuk dikuasai sepenuhnya. 

Gerakan-gerakan antimembaca sebenarnya sudah terasa jelas pada zaman itu dengan dihadirkannya beragam permainan. Mulai dari boneka, robot-robotan, gambar-gambar, video dan aneka wujud menarik selain teks bacaan. Aplikasi-aplikasi judi juga disemarakkan tiada henti. 

Dengan semangat yang tinggi sekali, rakyat negara yang dipimpin boneka milik Tuan Xi itu pun kian bodoh dan sangat terkebelakang. Alhasil, selama ribuan tahun rakyat di sana terus-menerus menjadi budak hina di kancah internasional. 

Dari legenda di atas, bisa kita ambil pelajaran bahwasannya membaca sangatlah penting bagi manusia. Membaca merupakan langkah strategis menuju kedewasaan dan kecerdasan di semua lini kehidupan. Membaca sebenarnya juga sebuah aktivitas yang menyenangkan jiwa. Dengan membaca, kita bisa mengetahui sejarah, cerita-cerita menarik, aneka hiburan, dan banyak lagi. 

Maka, biasakanlah membaca sejak dini. Jangan menunggu usia tua baru niat belajar membaca. Ajaklah anak-anak belajar membaca dengan menyenangkan. Komik yang berupa gambar disertai teks bacaan bisa menjadi pembuka kegembiraan dalam membaca awal bagi mereka. 

Guru-guru di sekolah perlu turut menjadi contoh pembaca dalam kehidupan. Pamerkanlah aktivitas membaca kepada peserta didik. Jangan hanya bisa menyuruh membaca. Akan tetapi, juga baca dan bacalah buku atau bahan bacaan lainnya di lingkungan sekolah. Hidupkanlah pula perpustakaan dengan semaksimal mungkin. 

Ini tugas bersama. Baca, baca, dan bacalah dengan bahagia. 

Tuesday, November 11, 2025

Pahlawan Nasional Soeharto, Pengalihan Isu?

Ilustrasi: Pixabay

Sebuah fakta dalam realitas yang nyata berbunyi bahwa hampir semua pihak membicarakan gelar nasional yang dianugerahkan kepada orang nomor satu era Orde Baru tersebut 

Itu tak bisa dibantah. Tak ada dalil mana pun yang bisa membatalkannya. Nah di dalamnya ada penolakan, ada pengiyaan. Publik dibuat heboh. Dan, hal ini melahirkan fakta baru berupa tertutupnya isu dari kasus-kasus lainnya semisal pagar laut yang kehilangan daya dengungnya. 

Pertanyaannya, apakah semua ini bergerak secara alami? Ataukah memang sudah dikonsep sejak awal oleh pihak yang berkepentingan untuk menutupi kasus-kasus besar di Indonesia? 

Ah, tampaknya sangatlah berat menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas. Perlu waktu, tenaga, dan biaya yang tidak sedikit untuk menemukan kebenarannya. Maka, terlepas dari apakah alami ataukah rekadaya semata, terpenting adalah adanya penanganan kasus-kasus lain secara maksimal. 

Sebutlah kasus tata Niaga timah Rp300 trilyun, tata kelola minyak Pertamina  Rp193,7 trilyun, kasus BLBI Rp138 trilyun, kasus Duta Palma Rp78 trilyun, kasus pengadaan pesawat di Garuda Indonesia, kasus pagar laut yang telah menjadi beton, kasus kereta cepat Whoosh Jakarta-Bandung, kasus ijazah palsu Jokowi dan Gibran, kasus emas ilegal oleh perusahaan China daratan, dan lainnya. 

Jika memang menginginkan Indonesia emas, semua kasus besar di negeri ini harus tuntas diatasi secara baik dan benar. 


Friday, November 7, 2025

Buah Catur Kedua Tuan Xi

Ilustrasi: Pixabay

Siapa yang pertama? Agaknya pertanyaan itu yang muncul setelah membaca judul di atas. Ya, jika ada yang kedua, pastilah ada pendahulunya. 

Sebelum menjawab pertanyaan itu, sebaiknya perlu diketahui dulu siapakah Tuan Xi itu. Dia merupakan seorang pemimpin dari sebuah negara purba bernama Republik Utara Raya. Letaknya tak jauh dari pulau kecil yang sangat fenomenal dan dikenal juga sebagai Pulau Bunun pada masa tersebut. 

Ambisi pria bertubuh tinggi besar ini sungguh di luar pikiran sehat. Segala cara untuk menguasai dunia dilakukannya meski harus membunuh banyak manusia.  Nah, salah satu negara yang hendak ditundukkannya adalah Republik Serikat Selatan. 

Negara incarannya itu berpenduduk padat. Dari sisi ekonomi, kepadatannya saja sudah dapat memenuhi kantong ekonomi Tuan Xi. Dan, yang paling menggiurkan terletak pada sumber daya alamnya yang melimpah ruah. 

Maka, diutuslah seorang agen intelijen lapangan senior kepercayaan Tuan Xi ke negara incarannya dengan segera. Setibanya di sana, pria bernama Jaman Lidi yang ahli memata-matai ini bergegas menghubungi intel pengkhianat bernama Hand Panjang. Mereka menjalankan misi penguasaan dengan menempatkan buah catur pertama sebagai presiden sah di negara incaran. Ini guna  menguasai negara tersebut oleh Tuan Xi tanpa menggunakan kekuatan militernya. 

Selama sepuluh tahun, segala yang diinginkan Tuan Xi dari negara yang telah dikuasainya secara diam-diam itu terwujud. Mulai dari pengerukan sumber daya alam hingga pemiskinan rakyat jajahan. Sungguh akal yang sangat cerdas. Dia tinggal menyuruh buah caturnya begini dan begitu sesuai keinginannya dan semua dapat diwujudkan dengan luar biasa. 

Meskipun demikian, dia belum bisa terang-terangan menyatakan bahwa negara incarannya sudah di bawah kekuasaannya. Pasalnya, masih ada tokoh dan masyarakat yang kritis di sana. Itulah sebabnya, Tuan Xi masih mengikuti agenda politik yang ada, seperti adanya pemilihan presiden lewat jalur resmi. 

Lantaran jabatan presiden di negara incarannya hanya boleh diemban selama dua periode (lima tahun pertama dan lima tahun kedua), maka perlu buah catur berikutnya atau yang kedua Tuan Xi. 

Singkat cerita, yang kedua pun jadi presiden boneka. Semua bisa dikendalikan dan dia berharap di periode ini dirinya benar-benar dapat menguasai negara tersebut sepenuhnya. 

Jika tokoh dan rakyat protes, cara memberangusnya sangat mudah, yakni tembak di tempat. Beres! 

Begitulah legenda Tuan Xi terkait buah catur keduanya di negara yang dia incar.