SIRATHALMUSTAQIM

 

Ya aku bertemu disini. Di jalan lurus sirathalmustaqim. Setelah jalan patah daun-daun. Gugur tiba satu tempat pelabuhan terakhir. kisah perjalanan di  jalan Tuhan. Jalan cahaya para pencariMu. yang terang dan penuh ketundukan iman. Yang terpancar dari cahaya qolbu. Jalan cahaya itu begitu bening menuntun sudut. Sudut jalan kalbu, yang telah tertutup keindahan. dan dardaah (kebahagiaan) duniawi yang menipu. Tiupan angin semata. Aku bergegas menuju cahaya itu. Tanpa nanti-nanti, meski sepi-sepi. Perih dan pedih merajam ulu hati.

Tapi aku bergegas pergi jauh, karena di sini rumah Allah!. Aku bertemu. Singgah di kalbu kebeningan air wudlu,Pada perutku yang selalu, lapar dan tak pernah kuuji dan kumanja dengan makan,Pergilah, pergi sebelum,cahaya maha itu pergi,hijrah dari taman-taman keindahan

Cinta dunia aku,menuju taman Firdaus,di alam surga yang kucari. Ketika kehilangan. Jalan ini sunyi dan sepi, hanya para pejalan yang teguh. dan benar-benar saja yang akan sampai surga-Mu.

Dari derita dan ketidakbahagiaan dunia. Tak ada yang lebih menenangkan. kecuali zikir-zikir semua hanya untuk Allah, tidak ada yang lebih indah dari Allah itu sendiri. Jangan ya Allah. Jangan sibukkan aku. dengan urusan-urusan dunia. yang tak ada berhentinya. Jangan murkai aku ya Allah. Dengan memberi kesibukan-kesibukan urusan dunia. Yang membuatku lupa pada-Mu, jangan kau giatkan dalam,hal keduniaan ya Allah, aku takut penghuni neraka. Ya Allah jalan cahaya itu hanya satu, Allah yang maha kasih. Dia lah pemberi bahagia sejati yang kucari. Wahai para pencari bahagia. Jangan tertipu oleh kesesatan bahagia dunia hingga lupa pada bahagia yang kekal dan abadi di kampung akhirat nanti. Aku menemukan Allah disini, dihatiku yang dilumuri cahaya jernih tanpa dosa tanpa noda-noda! Yang selalu menjaga terjaga tubuhnya dari noda, membersihkan diri dan hatinya, mensucikan pikirannya yangbening dan jernih  dan hasrat dan najis. Maka larut-larutkan aku dalam setiap dekap langkahMu, aku telah hijabkan diri terhapus dalam lautan zikir-Mu. Yang maha dahsyat.

Hanya Allah Swt pemberi gembira yang nyata, penyejuk iman di tengah kegersangan hidup yang berantakan dan kacau balau. Pada Allah lah segala tunduk, keberkahan hidup kuraih. Maka sawah, ladang, puisi, pujangga,harus kutinggalkan jua,sekarang berlari dalam zuhudku pada-Mu, kusucikan segala noda ditubuhku pada-Mu

Saat aku labuh dalam terpaan angin yang cukup kencang, aku meninggalkan-Mu, melenyapkan apa saja yang telah menipu hawa nafsu. Kubasuh dengan linangan air mata! Telah kuletakkan cinta diatas ayat-ayat-Mu. nan agung, dalam lautan zikir. Saat aku kembali pada tempat yang sejati

Engkau yang kucari, kutemui di dalam mahligai suci tanpa noda, putihnya, dalam kebeningan wudhuku. Telah kuserahkan.

Inilah titik nadhir (puncak) segala kesombongan dan keserakahan. Pada bacaan subhanallah, pada jumuud (cetek) dan dangkalnya pikiranku. Hanya pada-Mu.

Kuberserahkan cahaya yang terpancar di titik 33 cahaya, subhanallah, la illa ha illah, Alhamdulillah dan astaghfirullah.

Selama ini telah alpa, dialpa kau, tertutup kabut kebiadaban dan keindahan dunia. Sampai kapankah semua ayat-ayat-Mu berlaku diatasku. Sampai kapankah ayat-ayat-Mu kuarungi bersama para pemimpi-Mu surga-Mu nan agung. Pejalan sunyi, para pencari surga-Mu yang abadi tak berdaya di dalam dentuman ayat-ayat-Mu. Telah kuserahkan cinta diatas cinta tiada rasa sepiku untuk-Mu, segala mengabdi memohon jalan ridho-Mu!

Sungguh berat-Nya, aku harus tahan untuk sampai di rumah-Mu, ya Allah segala perjalanan kembali kemuara-Mu jua. Telah kukunci sebagian hati, telinga dan mata untuk melihat dunia hanya helaan napas, tipuan fatamorgana, jangan terus berangan-angan dalam duka, abadilah aku nanti di neraka.

Kau telah kutuju segala damai dan bahagia. Kutelan seluruh lautan air mata, agar menjadi tabah dan sabar menghadapi segala kekurangan dan kehinaan ini. Oh ya Allah semua tentang-Mu, semua hanya untuk-Mu. Napas, kaki, tangan hidupku abdikan hanya di jalan-Mu, jalan cahaya. Bersama para pencari-Mu, pencari dan yang ingin bertemu dengan-Mu ya Allah. Mata ini berbinar karena cahayaMu, mata ini berbinar karena melihatMu, jalan cahaya yang kutemu di jalan sepi, para perinduMu, para takziyah yang mengagungkan asmaul husnaMu! Kutenggelamkan dalam zikir, lalu hatiku seperti kunang-kunang bercahaya di gelap malam maupun di terang benderang.

Selanjutnya? Klik Daftar Isi atau Bagian Selanjutnya, yakni Wahai Jiwa yang Kehilangan.

0 comments: