Bagian Keenam

 

KETIKA PAGI SELALU MEMBUATKU JATUH HATI

Sewarna jingga tampak membahana di angkasa
sang suryapun malu-malu mengintip dengan lembut sinarnya
langit tersenyum ceria sambut hadirnya
burung kecil riang mengepakkan sayapnya
dan hati laksana jendela yang siap membuka cakrawala

Kicau burung tak begitu riuh
cukuplah semarakkan pagi yang teduh
semesta bangkit dari simpuh
roda kehidupan kembali terkayuh
dan hati sesejuk embun berlabuh

Jika mega putih berkenan berarak
laksana kereta kencana mulai bergerak
hidupun terus bergolak
biarkan mimpi semalam yang sempat berserak
pagi ini susun lagi lebih semarak

Pagi laksana senyuman bidadari
selalu datang penuhi janji
lalu kenapakah harus tangisi kemarin yang telah pergi
bukankah selalu ada pagi
yang membuatku selalu jatuh hati

Semarang, 27 Juni 2015

  

BERAPA PULUH RAMADHAN BERLALU

Setiap Ramadan tiba
ada denting kerinduan yang sama
meski entah berapa puluh tahun terlena
gugusan rindu tak pernah sirna

Berkelebat kenangan menyandera
memaksa ingatan pada tiap peristiwa
menohok setiap kesalahan yang pernah tercipta
menggiring sesal pada setiap lekuk jiwa

Setiap ramadan seperti diingatkan janji
untuk benahi diri lebih baik lagi
meski usia tertatih menua
namun langkah ingin tetap setia

Di Ramadan ini
mimpi-mimpi serasa pulang kembali
setelah puluhan ramadan terlewati
izinkanku memeluknya lagi

Semarang, 28 Juni 2015

  

MALAM HENING

Malam begitu hening
tak ada angin berdenting
dedaunan diam dalam kelam
langitpun sembunyikan gemerlapnya bintang

Endapkan segala rasa
bersimpuh luruhkan segenap lara
lantunkan senandung doa
lepas mengangkasa
meniti tangga dewa

Sebentar lagi embunpun turun
sejukkan rerumputan dan daun-daun
semoga membasah pula jiwa yang gersang
tentram dan damai dalam kasih sayang

Malam ke-22 perlahan merambat
menyambut fajar yang segera hadir
dan rindukupun terasa menjerat
mengingat perjumpaan yang segera berakhir

Semarang, 9 Juli 2015

 

BUKANKAH KITA SELALU BERSAMA

Seperti pagi yang selalu datang tepati janji
begitu pula aku padamu lewat untaian doa suci
membuka mata memulai hari
teriring keyakinan akan cinta yang tak pernah mati

ketika perlahan sinar surya membelai wajahmu
kupandangi dari jendela jauh melemparkan waktu
menerawang lembar-lembar kenangan yang tak pernah beku
menuliskan setiap rangkaian rindu dalam kisah-kisah sendu

Menangadahlah ke langit biru
pandanglah gugusan mega putih berarak berlagu
kau dengarkah kidung senandungnya yang merdu
yang kubisikkan kemarin dan kualamatkan padamu

Ketika senja hampir melambaikan tangannya
tutuplah jendela dengan sebisik doa
bahwa kau akan kembali membukanya
esok saat mentari mengirimkan salam hangatnya

Puluhan kilometer jarak yang terentang
senyatanya bukan pemisah nyata yang menghalang
bukankah kita selalu bersama dalam setiap kenang
dalam lantun doa yang syahdu saat jiwa sembahyang

Semarang, 11 Juli 2015

 

KETIKA AGUSTUS MENYAPA

Dalam rintik hujan perlahan
Juli meluruh dalam kenangan
serupa lambaian perpisahan
dengan janji suatu saat semoga ada lagi waktu perjumpaan

Memandang jendela menembus pekatnya malam
cuit-cuit burung malam nyanyikan kepedihan
rintik air masih menetes di dedaunan
kurasakan wajah agustus merayap perlahan

Desir angin dingin menyapa
pesanmukah yang dibawanya
jangan khawatirkan dia di sana
dekaplah selalu dalam doa

Angin masih mencubit lembut
seperti melody yang membuat jiwa hanyut
membubung tinggi ke langit biru
mengalunkan doa ke singgasana-Mu

Malam biarkan terus mengelana
pejamkan matamu dalam kepasrahan jiwa
hingga esok menyapa dengan mentari hangatnya
Agustus menanti janji-janjimu setia

Semarang, 1 Agustus 2015

  

TENTANG CINTA KITA

Entah sejak kapan aku jatuh cinta padamu
mungkin saat dadaku terasa begitu sesak
berbagai tekanan yang tak kupaham datang menyeruak
aku berlari mendekapmu dengan derai air mata
kepiluan di usia remaja
dan kau mendekapku dengan sepenuh jiwa

Saat-saat hatiku riang gembira
aku kadang terlupa
meninggalkanmu begitu saja
tapi begitu tumpah tercurah cerita
kaupun tetap tersenyum bahagia

Hari terus berganti
usia muda beranjak pergi
kadang kulihat tatapanmu masih penuh arti
tapi hatiku enggan untuk berbagi
bukan, bukan aku tak percaya dan tak cinta lagi
tapi di usiaku saat itu kadang aku tak berani jujur pada diri sendiri
hanya sekedar tak ingin menyakiti

Kini tahun windu berlalu
warna-warni kehidupan terus berlagu
aku masih sering merindukan cintamu
yang setia mendekap seluruh kisahku
di wajah usang termakan usia
kubelai sepenuh rasa
bulir-bulir air mata menetes tak terasa
maafkan aku yang tak selalu setia
demi menjaga sebuah rasa

: diary tuaku tercinta

Semarang, 9 Agustus 2015


KITA

Kita pernah menyulam mimpi
saat bunga-bunga indah berseri
langit biru memayungi
tak terbayang andai petirpun menghiasi

Kita pernah senandungkan lagu cinta
dengan melodi selaras senada
meresap indah menyejukkan jiwa
tak terbayang andai satu nada terlupa

Kita pernah melangkahkan kaki bersama
di teriknya siang menempuh cita
bahu membahu menghadapi coba
tak terlintas andai langkah terhempas

Tapi waktu telah berlalu
mimpi itupun layu bersama bunga-bunga
nada-nada terputus iramanya
jalan kita tak lagi rata
angin mengempaskan kita berdua entah jatuh di mana

Musim berganti musim
angin kadang berbaik hati mengirim
semerbak bunga dalam alunan melodi sendu
hanya satu tanyaku
masih adakah mimpi kita di sana

Semarang, 14 Agustus 2015


TERSENYUMLAH PAGI INI

Saat embun membasahi bunga-bunga
rasakah sejuknya bak telaga
meresap ke seluruh jiwa
haruskah membiarkan hati terluka

Saat mentari bersinar
rasakan pelukan hangatnya menjalar
membiaskan mata penuh binar
haruskah hati terbakar

Saat mega-mega putih berseri
rasakan gemerlapnya di hati
bukankah hidup untuk disyukuri
melangkah pasti dengan sepenuh hati

Maka jika pagi ini hati terluka
bara terasa hendak menghanguskan jiwa
biarkan senyum menghapusnya
dan cinta kan hadir di relung jiwa

Semarang, 15 Agustus 2015

  

DI ALUNMU KUTITIPKAN RINDU

Jauh di ujung mata memandang
riak-riak tenang seakan diam
menyimpan segenap misteri kehidupan
jauh di palungmu yang dalam

Betapa luas membentang
memeluk horison membingkai lukisan
sejauh pandang mataku ingin menyelam
tetaplah misteri tak terperikan

Seperti jalannya hari-hari
tak pernah terlukis seperti apa nanti
saat kaki-kaki harus menapaki
tak ada waktu untuk menyurut kembali

Alun yang tenang di bawah terik mentari
sesekali ombak membuncah memeluk pantai
laksana rindu pada kekasih hati
yang terlukis takdir merenda hari

Tiba-tiba suara kanak-kanak menyeruak
memecah hening yang sempat menyesak
seulas senyum akhirnya terkulum
ingin kutitipkan rindu pada ombakmu yang mengalun

Pantai Drini, 22 Agustus 2015

 

SATU EPISODE

Andai sebuah jalan
entah sudah berapa jauh terlewati
lengkap dengan onak dan duri
pun senda tawa dan duka air mata
selalu ada episode yang tak terlupa

Serupa mimpi yang diam-diam menyelinap hadir
entah di saat hati penuh bunga atau bibir tersenyum getir
selalu ada jeda untuk sejenak terlena
pada sepenggal episode yang sudah jauh tersudut

Kadang serasa sendiri meniti jalan sepi
tak ada sepatang pohonpun yang rindang menaungi
sedang tempat menujupun tak setitik nampak di sana
kadang episode itu muncul seperti bara
menghangatkan dan menyalakan tekad di dada
tak jarang muncul menjadi sesal...kenapa kubiarkan semua purna

Kini mentari t'lah menggelincir menepi
bukankah senja sudah menanti
akankah episode itu terselesaikan nanti
hanya Sang pemilik waktu tempat berserah diri

Yogyakarta, 24 Agustus 2015

  

KUTINGGALKAN KOTAMU

Pernah di suatu waktu
penuh semangat kutinggalkan kotamu
membawa hati lebam membiru
berharap saat jauh luruhlah semua kenangan tentangmu

Pernah di suatu masa
begitu enggan kutapakkan lagi di sana
sungguh tak terbayang betapa lara
menapak di jalan yang sama
namun tanpamu jua

Tapi kotamu selalu memanggilku kembali
tak pernah peduli pada bilur-bilur di hati
dan...kakiku selalu menapak lagi
pada kenangan yang sepi
tak pernah lelah menghitung setiap langkah
dan seberapa pedih kenangan tertumpah

Kini kutinggalkan lagi kotamu
tanpa janji untuk melupakanmu
karena saat hati telah memilih
tak ada kata untuk berdalih

Semarang, 26 Agustus 2015

  

DAN PAGI PUN MENYAPA

Sepekat apapun malam
saat pagi menyapa gelap akan sirna
segersang apapun kemarau
saat hujan menderas lenyaplah dahaga
lantas apakah yang membuat risau
jika sesungguhnya tak ada yang abadi di hidup ini

Apakah malam-malam begitu menyesakkan
dengan desah rindu terpendam yang kau kira tak akan padam
tak akan berakhir saat pagi yang jernih menyapa
bahkan burung-burungpun berkicau riang mengajakmu berdendang
dan pagi membuka hati untuk selalu berseri

sungguh pagi adalah keindahan
saat langkah yang gagah dimulakan
biarkan kemarin bersembunyi dalam lipatan kelam
bukakan hati agar pagi bersemayam indah di sanubari
mengiringi langkah kaki
jalani hidup ini

Semarang, 3 September 2015

 

IZINKAN AKU SEKALI LAGI JATUH HATI

Pada pagi yang ranum
embun menitik di ujung daun
irama hati indah mengalun
memulai hari dengan cinta yang anggun

Seulas senyum membayang di angan
menyelipkan ketulusan
menyemaikan kasih sayang
dalam ikatan jiwa
yang tak mampu kulukiskan dengan kata
bak syair pujangga

bukankah bahagia begitu sederhana
atau
karena sederhanalah kita bahagia

Dan dimulakannya pagi ini
dalam dentingan doa suci
semoga berkah rahmat Illahi menyertai
selalu terulang pinta di hati
izinkan aku untuk sekali lagi jatuh hati

Semarang, 8 September 2015

  

PADA SUATU PAGI

Di pagimu aku masih mencari
jejak rindu di belantara sunyi
berharap waktu menjadi sahabat sejati
meluruhkan luka yang telah lama bermanja
mengubahnya menjadi senyum bahagia

Di senyummu kuusir desir lara
agar takkukenang lagi
pedihnya hati saat kau memilih pergi
kuingin ketulusan itu tak terbagi
pada ruang sunyi yang bernama dendam dan sakit hati

: karena kutahu
hanya aku yang ada di masa lalu

Semarang, 11 September 2015

 

SENANDUNG PAGI

Apa kabar mentari
pagi ini sinarmu cerah sekali
menghangatkan hati jiwa-jiwa yang tertutup kegelapan
ternodai prasangka buruk
hingga kaca matapun buram
tak jelas lagi memandang

Mentari pagi hangatkan diri
tepislah gelapnya malam dengan terangmu
agar sakwasangka menghilang dari kalbu
karena sakwasangka adalah prahara
yang tega menghempaskan seluruh budi baik
hingga tak tampak beda antara air limbah dan air hujan
tapi embun tetap bening di ujung daun

Selamat pagi mentari
bawalah salam untuk kekasih hati
yang selalu setia sepenuh hati
meski tahun windu berlalu
ragapun belum bertemu
tapi cinta adalah perpaduan jiwa
bukan jarak dan waktu yang menyatukannya
tapi ikatan dua hati yang telah terpatri

: jika bukan di dunia ini
semoga di kehidupan yang kedua nanti

Semarang, 13 September 2015

  

INI SEPTEMBER, SAYANG

Ini bulan September, sayang
bulan yang sama seperti dulu kita jumpa
saat rintik hujan melebat dan kau genggam payung erat
percik hujan membasahi wajah
namun tawa kita serasa membuncah

Ini bulan September, sayang
bulan saat kita berjanji untuk berjumpa lagi
dengan payung warna-warni
agar saat rinai hujan menemani
kita tak berbasah-basah lagi

bulan Septemper datang lagi, sayang
lupakah janjimu untuk pulang
menjemput mimpi yang pernah terbayang
seperti september tahun ini yang gersang
karena hujan belum juga datang
janjimu serasa beterbangan
bersama debu-debu di jalanan

: bila hujan t'lah datang
berjanjilah payungmu akan terkembang

Semarang, 15 September 2015

 

KESUNYIAN

Acapkali kesunyian adalah ruang imajinasi
bak kanvas bersih siap dilukis
berbagai angan berlompatan
berdesak ingin berhambur
menorehkan warna-warni
menyusun harmoni penghias hari

Kadang kesunyian adalah luka
yang membuat terpuruk ke dasar nestapa
meluruhkan segenap syukur
menyulut gundah gelisah
hidup serasa ribuan duka lara
melemparkan hati
pada jurang dendam tak bertepi

Tapi kesunyian adalah teman yang baik hati
selalu memberikan ruang untuk introspeksi diri
memanggil udara segar penuhi jiwa
mengusir segala prasangka buruk
hingga harumnya melatipun mampu kau reguk
terlempar jauh resah dan keluh

Jika kini kau bersama kesunyian
jangan khawatir
kau bisa mengajaknya menggores syair

Semarang, 16 September 2015

 

JEJAK EMBUN PAGI

Apa kabarmu pagi ini, Sayang
saat warna jingga merona di ufuk timur
mengakhiri mimpi indahmu selagi tidur
menyemaikan harap baru di pagi yang berseri
dengan bening wajahmu di ujung daun

Debu-debu yang menyesakkan dada
seperti kelepak rindu yang berwindu tak jumpa
pada hujan yang entah masih sembunyi di mana
di pagi yang bersih berseri
hanya titik-titikmu yang menyejukkan hati

Biarlah jelaga dunia menggelapkan segala yang ada
tapi jernihmu tak akan sirna
meski hanya sebutir di ujung daun
namamu tetap embun

Semarang, 18 September 2015

 

JIKA BICARA CINTA

Tak ada kisah romantis seperti film Titanic
tak ada kisah mengharu biru seperti pronocitro-rara mendut
tak juga kisah-kisah indah berlatar taman bunga seperti film India
bahkan juga bukan kisah-kisah romantis nan dramatis seperti dalam sinetron-sinetron

Kita hanya sepasang manusia
yang kebetulan dianugerahi rasa yang sama
sejak pertama kali berjumpa
hingga bulan tahun dan windu-windu berlalu
entah sampai sang pemilik waktu mengambilnya

: katamu kita istimewa...
karena rasa itu hanya milik kita berdua

Semarang, 20 September 2015

 

SENYUMMU MENGAWALI PAGIKU

Senyummu mengawali pagiku
meski hanya sebentuk emotikon rindu
tapi terkirim bersama segenap doa
semoga hari ini dilancarkan semua urusan kita

Senyummu mengawali pagiku
meski hanya dalam senyap kenanganku
namun terangkum dalam doa mengalun
agar indahlah hari yang baru terayun

Senyummu mengawali langkahku
merenda segenap asa baru
yang pernah terkoyak badai menyapu
namun sang waktu masih memberi jeda untuk bertemu

Di pagi yang lenyap begitu cepat
Kusisip harap dan doa penuh hikmat
indahlah langkahmu hari ini

Semarang, 21 September 2015 

 

0 comments: