Thursday, May 6, 2021

Puisi-Puisi Makhmud Darwish dalam Kembang Para Syuhada


BANGGA DAN MURKA

Kampung halamanku! Bagai rajawali
Menukik lewat jeriji sel
Paruh runcingmu mencucuk mataku!
Menjelang maut, yang kumiliki
Adalah rasa
Bangga dan murka
Warisanku: jantungku,
Biar ditanam jadi pohon kayu
Dahiku, tempat unggas bertengger
Aku tak pantas jadi gejolak api
Kampung halamanku!
Kami lahir dan besar dalam lukamu
Dan makan buah pepohonanmu
Seraya menyaksikan lahirnya fajar
Wahai rajawali yang terbelenggu
Wahai maut yang dicari sejak dulu
Paruh runcingmu masih membenam di mataku
Serasa pedang yang menyala
Tak pantas aku jadi sayapmu anggun
Menjelang maut, yang kupunya
Hanya rasa
Bangga dan murka.

(Terjemahan Taufiq Ismail)


BURUNG TAK BERKELEPAK

Anak-anak kami berserakan
         tanpa rumah, tanpa sandal
hilang, semua jalan menuju kesesatan
padam, dalam derita dan kemiskinan
demi mereka, demi masa depan mereka
         aku belajar berjuang!

Hingga musim bunga mereka kembali
hingga mereka pulang dengan keranjang
berisi segala jenis hasil tanaman
karena itu matahari teruntuk anak-anak
teruntuk hari esok, teruntuk kebenaran
         dan angan-angan.

(Terjemahan Abdul Hadi W.M.)


KEPADA IBUKU

Aku merasakan kerinduan ibuku
dan bau harum kopinya
serta semua yang ia sayangi
Anak kecil membesar dalam diriku
hari demi hari
dan aku begitu mencintai diriku
sebab jika aku mati
aku akan malu disebabkan air mata ibuku
Jika suatu kali aku kembali
Jadikanlah aku kerudung bulu matamu
Selubungilah tulang belulangku dengan tetumbuhan
Karena sorga ada di telapak kaki ibu
Kembalikan kepadaku bintang-bintang masa bocahku
Supaya aku bisa berhimpun
dengan burung-burung kecil
dalam perjalanan pulang
di mana engkau menunggu.
ke sarang

(Terjemahan Abdul Hadi W.M.)


Tentang Penyair

Makhmud Darwish. Ia lahir pada tahun 1942 di Al-Barwa, dekat Akra. Makhmud Darwish tinggal di Haifa dan pernah menjadi editor surat kabar dwimingguan Al-Ittihad. Kemudian tinggal di Kairo,

Dirinya telah banyak menulis puisi berkenaan dengan penderitaan orang-orang Palestina. Bisa dikatakan ia merupakan penyair dari generasi yang paling pahit, karena dibesarkan pada masa pendudukan Israel di Palestina.

-----------------------------------------------------

Sumber tulisan: Kembang Para Syuhada (Puisi-Puisi Palestina, Afganistan, dan Dunia Islam)

Sumber ilustrasi: Pixabay


0 comments: