Wednesday, April 21, 2021

Soeman Hs, Sang Pelopor Penulisan Cerita Detektif

 


Tokoh besar Indonesia ini terkenal sebagai sastrawan Angkatan Balai Pustaka yang menulis jenis cerita detektif. Adapun nama panjangnya adalah Soeman Hasiboean. Dia lahir bulan April 1904 di daerah Sibuhuan, Hutanopan, Tapanuli Selatan, Sumatra Utara. Kedua orang tuanya berasal dari sana. Ayahnya bernama Wahid, keturunan Raja Mandailing. Ibunya bernama Turumun Lubis.

Potensi kepengarangannya berawal dari
kegemarannya membaca buku. Buku-buku
yang disukainya ialah buku cerita detektif, seperti terjemahan dari bahasa Prancis karya Sir Arthur Coonan Doyl. 

Kemudian, setelah membaca karya Arthur tersebut timbul niatnya untuk menulis. Itulah sebabnya, dia disebut sebagai pelopor penulisan cerita detektif di Indonesia.
Selain itu, kepengarangannya muncul karena
mendapat dorongan dari M. Kasim, gurunya, sering menceritakan pengalamannya dalam menulis sehingga timbul keinginan Soeman Hs. untuk menjadi pengarang, Soeman Hs. mulai mengarang pada waktu tinggal di Siak Inderapura. 

Tahun 1930-an merupakan masa jayanya kepengarangan Soeman Hs. Karyanya adalah Kasih Tak Terlarai (Balai Pustaka, 1930), Mentjari Pentjoeri Anak Perawan (Balai Pustaka, 1932), Pertjobaan Setia (Balai Pustaka, 1932), Kawan Bergeloet (Balai Pustaka, 1939), dan Tebusan Darah (Balai Pustaka, 1939).

Dalam menulis, karya-karyanya tidak hanya berbentuk novel dan cerita pendek. Dia juga menulis puisi yang dimuat dalam Majalah
Pandji Poestaka dan Poedjangga Baroe. Pada tahun 1993 novel pertamanya, Mentjari Pentjoeri Anak Perawan, diangkat ke layar televisi untuk dijadikan sinetron. Tentu saja hal itu berarti bahwa kemunculan Soeman Hs. dan karyanya ikut mengembangkan sastra
Indonesia. Novel Mentjari Pentjoeri Anak Perawan menceritakan keuletan seseorang dalam mencari pencuri gadis. 

Bisa dikatakan bahwa Soeman Hs. adalah salah seorang pemula pengarang cerita pendek. Dia bersama M. Kasim menulis cerita pendek yang berindukkan latar belakang kebudayaan Melayu. Dia juga berpendapat bahwa ada beberapa faktor yang kurang diperhatikan oleh pengarang sastra Indonesia. Salah satu faktor tersebut adalah kurangnya perhatian masyarakat pada bahasa Melayu.
Padahal, bahasa Melayu merupakan induk
bahasa Indonesia. 

Hal itulah yang menyebabkan sastra Indonesia menjadi rancu dan kurang diminati pembaca. Menurutnya, setiap karangannya berusaha "mendobrak" kekolotan adat-istiadat Melayu agar adat itu lebih longgar. Dirinya juga berpendapat bahwa dunia sastra harus digeluti dengan pikiran yang jernih, tanpa beban, dan jujur. Sastra tidak hanya diharapkan sebagai cermin, tetapi juga harus mampu berperan sebagai kompas. Sebagai sastrawan, Soeman Hs. menghasilkan banyak karya. 

Pada masa tuanya dia lebih disibukkan dengan kegiatannya sebagai pendidik, terutama pada yayasan yang didirikannya. Sebagai orang muslim, dia sudah melaksanakan ibadah haji.Soeman Hs. meninggal dunia dalam usia 95 tahun, tepatnya hari Sabtu, 8 Mei 1999, di rumahnya Jalan Tangkubanperahu, Pekanbaru. 

---------------------------------------------------

Sumber tulisan: Ensiklopedia Sastra Indonesia Modern

Sumber foto: Wikipedia


0 comments: