ROSIHAN ANWAR lahir di Kubang Nan Dua, Sirukam, Kabupaten Solok, 10 Mei 1922--meninggal di Jakarta, 14 April 2011 Merupakan sastrawan Angkatan '45. Dan, istilah “Angkatan 45” itu sendiri dalam kesusastraan konon berasal dari Rosihan.
Selain itu, dia adalah tokoh pers, sejarawan, dan budayawan Indonesia. Rosihan merupakan salah seorang yang produktif dalan menulis.
Tentang pengalamannya di bidang sastra, dimulai dengan mempublikasikan puisi-puisinya di berbagai media massa pada waktu itu, antara lain, di Majalah mingguan politik dan budaya Siasat, serta, Surat Kabar Asia Raya dan Merdeka.
Kemudian, beberapa puisinya juga dimasukkan H.B. Jassin ke dalam bukunya Kesusastraan Indonesia di Masa Jepang.
Dirinya menerjemahkan pula puisi-puisi asing ke dalam bahasa Indonesia. Di antaranya, puisi yang ditulis oleh pahlawan kemerdekaan Filipina, Yose Rizal, yang berjudul Mi Ultimo Adios (salamku yang terakhir), diterjemahkan Rosihan menjadi Selamat Tinggal.
Sementara terjemahan Rosihan yang lain adalah sebuah puisi dari Henriette Roland Holts, penyair Belanda yang sangat terkenal di Indonesia pada tahun 1940-an. Adapun puisi yang diterjemahkan oleh Rosihan tersebut, kemudian, dipasang menghiasi tugu batu pualam Taman Makam Pahlawan Taruna, Tangerang.
Berikut puisi pilihan karyanya.
kepada Perjurit
Di sudut saja tempatku tegak....
Selurus sikapnya "lukisan" nyata:
Contoh manusia
Insafkan diri
Berharga tinggi,
tak sudi
Diperkuda-kuda....
Beginikah harus Pemuda selalu
Penuh percaya kesanggupan diri
Jiwa utama pendirin pasti
Kuat bercita bertujuan suci....
Walaupun engkau tidaklah tahu:
Tapi di hati kutanam janji
Bersaudara kita semenjak kini
Sambut tanganku, satu tujuan:
Mari menyusun Kemenangan!
Lamalah sudah Bangsa menanti...!
Trem meluncur ke Tanah Abang....
Sumber: Kesusastraan Indonesia di Masa Jepang (Balai Pustaka, 1975)
Di bawah ini video pembacaan puisi di atas:
------------------------------------------------------
Sumber tulisan: Wikipedia dan buku Lautan Waktu
Sumber foto: Wikipedia
0 comments:
Post a Comment