Tuesday, March 16, 2021

Puisi-Puisi Handoko F Zainsam dalam Puisi-Puisi MUNSI


AKU TANAM PISAU DI KEPALAKU

Aku tanam pisau di kepalaku
Untuk menikam setiap rasa
Yang bangkit lantaran kenang
Sebelum kembali menetes air mata.

Aku tanam pisau di kepalaku
Untuk menghujam setiap pikiran
yang meragukan kebenaran Tuhan
sebelum jatuh hari penghabisan.

Aku tanam pisau di kepalaku
Untuk melayat jiwa
yang tak mampu membedakan
Hitam putih segala hidup
Sebelum datang kesendirian.

Jakarta, Juli 2013-2016.


AKU FANA

Menghitung derajat panas di kacaunya pikiran-pikiran
tentang kekuatan tanpa padanan membiaskan
apa
yang aku lihat kini adalah kesemuan yang kerap
menjebloskanku ke persimpangan-persimpangan
pikir dan rasa. Kepercayaan pada fana melupakanku
tentang kenyataan sesungguhnya. Keabadian.

Aku duduk di tepian jurang
Memandang bulan menggantung di pesisir barat langit
Desau suara angin dan benturan ranting cemara
Mengajakku untuk mengenyahkan ketakutan
tentang Tuhan dan iblis yang datang bergantian.

"Aku tak akan terjebak!"

Jakarta, 2015.


Tentang Penyair

HANDOKO F. ZAINZAM lahir di Madiun merupakan penggagas dan pendiri Komunitas Mata Aksara, dan menjadi salah satu pendiri Perhimpunan Sastra Budaya Negara Serumpun (PSBNS) 6 Negara. 

Karya-karya tunggalnya dalam bentuk karya sastra antara lain "I'm Still A Woman" (sebuah novel, terbit tahun 2005), "Kota Sunyi Tahajud Cinta Kunang-kunang" (puisi, terbit tahun 2009), "Ma'rifat Bunda Sunyi" (puisi, terbit tahun 2010), “Love in Anomaly" (Kumpulan Cerita, terbit tahun 2013), "Suluk Nang! Ning! Nung!" (puisi, terbit tahun 2014), “Dua Tanda Kurung (Novel, terbit tahun 2016), dan  “Risalah Suwung" (puisi, terbit tahun 2016).

----------------------------------------------------

Sumber tulisan: Puisi-Puisi MUNSI
Sumber ilustrasi: Pixabay

0 comments: