Tuesday, December 22, 2020

Puisi-Puisi Eko Suryadi Ws



Elegi Negeri Seribu Ombak

Di negeri seribu ombak
     kubangun kota-kota peradaban
Kutaburkan mimpi daun, sungai, cakrawala, hujan
     Lewat kasih sayang bunga

Kuhisap udaramu
     kuhirup sungaimu
           kupijak bumimu
                 kukayuh lautmu

     menjadi semestaku.

     Di sini perarakan musim datang dari segala penjuru membawa mimpi peristiwa
     dari nol kilometer ke kilometer lima puluh tiga kusapa duka lara.

     Tangismu melarutkan jembatan kekinian
Air matamu meruntuhkan beton-beton
Menisbikan sejarah yang lahir dari doa-doa leluhur
Kuburnya ditenggelamkan para pengembara
      Kota-kota telah dibakar para perambah
Mimpi musim pun diseret putaran waktu:
      tak pernah kembali
      tak pernah tersisa

Adakah semestaku.

Mereka lukai negeri ini
Mereka hirup darahnya
Dengan rasa haus dan mata terpejam


Di negeri seribu ombak
Burung-burung pemangsa meninggalkan bangkai

     setelah pesta

Kotabaru, Juni 2003


Bajau


Atas nama nenek moyang
laut kau tugali dengan sampan
     Nasib membawamu kepada pengembaraan

Berlayarlah menuju musim
     mencari jati dirimu

Atas nama cinta
kau kayuh samudera mendekatkan semesta
     mata angin pijar olehnya.

Kau curi utara kau tanak barat
Kau tenggelamkan selatan kau tiduri timur
Lautmu adalah kelahiran
Daratan mimpi kematian
Berlayarlah dengan waktu
Tak kembali kembali

Juriatmu pengayuh
     menegakkan cinta dalam ruh

Kotabaru, 2008


Tentang penyair


Eko Suryadi WS lahir di Kotabaru, Kabupaten Kotabaru, 12 April 1959. Bekerja di lingkungan Pemerintah Kabupaten Kotabaru. Buku kumpulan puisi tunggalnya yang telah terbit: Di Balik Bayang-bayang (1982), Sebelum Tidur Berangkat (1983), Di Batas Laut (2005) dan Elegi Negeri Seribu Ombak (2010).

Puisinya juga terdapat dalam antologi bersama: Dahaga- B.Post 1981 (1982), Ulang Tahun (1984), Tamu Malam (1993), Kesaksian (1996), Wasi (1999), Kasidah Kota (2000), Jembatan (2000), Reportase (2004), Stasiun Waktu Kilometer Lima Puluh Lima (2005), Seribu Sungai Paris Barantai (2006) dan Konser Kecemasan (2010). Hikayat Sa-ijaan dan Ikan Todak adalah cerita rakyat Kabupaten Kotabaru yang disusunnya bersama H.M. Sulaiman Najam dan M. Syukri Munas (2008).

 Ketua Umum Dewan Kesenian Daerah (DKD) Kotabaru dua periode (1995-1998, 1998--2004) ini mengikuti Baca Sajak Serumpun Melayu di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta (2006), Kongres Komunitas Sastra Indonesia (KSI) di Kudus, Jawa Tengah (2008) dan Temu Sastrawan Melayu di Tanjung Pinang, Kepulauan Riau (2008). Menerima penghargaan Bupati Kotabaru sebagai Pembina Seni (1999) dan Tokoh Seni (2001). Ketua Komunitas Sastra Indonesia (KSI) Kabupaten Kotabaru. Menerima Hadiah Seni (Sastra) Gubernur Kalimantan Selatan (2006).


Sumber tulisan: Buku Menyampir Bumi Leluhur
Sumber foto penyair: Facebook

0 comments: