Negeri Paman Sam terkenal sebagai "polisi dunia". Bagi pemimpin-pemimpin di negara kecil atau setidaknya berkembang, jika tak hati-hati, harus bersiap-siap menghadapi gempuran negara super power tersebut.
Saddam Hussein di Irak dan Mu`ammar al-Qadzdzāfī di Libya adalah dua contoh pemimpin negara yang hancur setelah berhadapan dengan Amerika Serikat. Mereka dicap sebagai penguasa yang otoriter terhadap rakyat dan pantas dihukum.
Akan tetapi, kasus menjadi lain atau sebutlah sebagai pengecualian saat Israel menghajar rakyat Palestina.
Ke mana Amerika Serikat? Di mana Sang Paman Sam?
Bahkan, saat Israel berencana melakukan aneksasi di Tepi Barat hari ini, Amerika Serikat tak juga melarangnya.
Sampai-sampai ratusan warga Palestina menggelar unjuk rasa di Jalur Gaza pada Rabu untuk memprotes rencana Israel mencaplok wilayah Tepi Barat yang diduduki seperti terlansir Anadolu Agency, Rabu (1/7/2010).
"Aneksasi itu merupakan ancaman bagi Palestina dan melanggar resolusi legitimasi internasional," kata Saadi Abed, dari Uni Demokratik Palestina (FIDA) dikutip media itu.
Menurut Abed, pencaplokan tanah akan membuka jalan bagi intifada baru Palestina.
Dia mengajak warga Palestina untuk merapatkan barisan dan mengakhiri keretakan untuk menghadapi rencana aneksasi itu.
Abed juga meminta Otoritas Palestina untuk berupaya meminta pertanggungjawaban Israel di depan Mahkamah Pidana Internasional atas kejahatannya terhadap rakyat Palestina.
0 comments:
Post a Comment