Wednesday, May 27, 2020

Kabar Gembira, RUU untuk Mengakui Kemerdekaan Tibet Diperkenalkan di Kongres AS


Bendera Negara Tibet - Wikipedia


Penjajahan di atas dunia harus dihapuskan! Ini pernyataan yang universal. Semua manusia pastilah ingin hidup merdeka dan berdaulat dalam sebuah negara yang mandiri. Terlepas dari penjajahan oleh negara mana pun.

Sebutlah para pahlawan kita dulu, silih berganti berjuang dari masa ke masa untuk membebaskan diri dari cengkeraman kaum penjajah Eropa dan Jepang. Atas usaha tersebut dan atas izin Allah swt, terbentuk dan merdekalah Indonesia, serta diakui oleh negara-negara lainnya semisal negeri-negeri Arab yang baik hati.

Itu Indonesia. Lalu bagaimana dengan negara lain yang masih dalam masa penjajahan hingga saat ini? Sebutlah Manchukuo, Tibet, Mongolia, dan Turkistan Timur yang masih dijajah oleh negeri tirai bambu. Tentu mereka hidup di bawah bayang-bayang Partai Komunis Cina yang berkuasa. Mereka tidak bebas. Mereka teraniaya.

Itulah sebabnya, seperti terlansir Tibetan Journal (25/5/2020) RUU untuk mengakui kemerdekaan Tibet telah diperkenalkan di Kongres AS dalam perkembangan terakhir. Menurut RUU yang diusulkan, kepala negara atau presiden akan diberi wewenang untuk mengakui kemerdekaan Tibet dari Republik Rakyat Cina. Ini adalah upaya yang sangat kuat dari pembuat hukum AS untuk memobilisasi langkah revolusioner untuk Tibet.

Dilaporkan oleh media itu, perwakilan DPR AS Scott Perry, dari Pennsylvania memperkenalkan undang-undang (HR 6948) yang akan "memberi wewenang kepada Presiden untuk mengakui Daerah Otonomi Tibet Republik Rakyat Cin sebagai negara yang terpisah, mandiri, dan untuk tujuan lain". RUU itu dirujuk ke Komite House Urusan Luar Negeri 19 Mei tahun ini.

Ini adalah RUU revolusioner dari pembuat hukum AS karena tidak pernah ada pengakuan kemerdekaan Tibet AS. Sepanjang sejarah panjang dukungan AS untuk Tibet, selalu mengakui klaim Cina bahwa Tibet menjadi bagian dari Cina. Langkah yang kuat telah muncul ketika hubungan China - AS berada pada posisi yang sangat rapuh.

Seperti yang kita ketahui bahwa hubungan antara Amerika Serikat dan Cina merupakan perjalanan yang sulit terutama terkait dengan perkembangan baru-baru ini. Sementara ada hubungan perdagangan yang terus memburuk di antara keduanya, Cina telah dikritik karena berurusan dengan pandemi Coronavirus. AS telah berada di garis depan untuk membanting tanggung jawab Cina yang menyebabkan krisis kesehatan besar di seluruh dunia.

Terlepas dari hubungan kedua negara adidaya itu, harapan kita bersama adalah terbebasnya manusia dari segala bentuk penjajahan, termasuk di Tibet dan bagian bumi lainnya.

0 comments: