Friday, December 11, 2020

Puisi-Puisi Jamal T. Suryanata dalam Menyampir Bumi Leluhur



Setelah Pertemuan

pertemuan itu, ya, pertemuan senja itu
telah menyemaikan berjuta tunas anggur
memekarkan kuncup jadi mahkota bunga
dengan segala wewangiannya

pertemuan itu, kekasih, pertemuan itu
telah membangun kubah-kubah hijau
di segala penjuru dan ceruk terdalam
keindahan samudera cintaku

kini, tak ada yang dapat kulakukan
selain terus merinduimu sehabis-habis rindu
menyebut namamu indah di lubuk hatiku
karena cinta tak pernah mengenal harga
maka kucintai engkau tanpa perhitungan lagi
tak'kan kubagi cemburuku pada sesiapa
wahai, biarkan aku sendiri, kekasih
menanggungkan gelisah dalam sakit rindu ini
agar ia terlunaskan dipanggang api cintaku

biarkan, biarkan aku sendiri, kekasih
menggelepar luruh dalam tragika rindu ini
agar tak sempat aku berpaling dari cintamu

Pelaihari, 3 Maret 2010


Semesta Rinduku

bukankah telah kautebarkan ayat-ayatmu, kekasih
dari negeri bersulam kabut bertatah intan rahasia
kepada pekat malam yang menanti purnama tiba
kepada laut biru yang menekuri amuk gelombang
kepada langit jingga yang merelakan matahari senja
kepada segala perindu yang lelah mengeja dunia

bukankah telah kauembuskan api cintamu, kekasih
yang melepas burung-burung pada liar kepaknya
membiarkan dingin sungai mengekalkan arusnya
menciumi aroma bunga di jelang layu kelopaknya
mendahagakan kapal mimpi di lepas jangkarnya
melarutkan berjuta kata bagi para penyair gila

ya, kekasih, akulah musyafir yang haus belai cintamu
akulah penyair yang gila pada keindahan bahasamu

ya, kekasih, kalau kau memang sedekat urat leherku
mengapa gelora rindu ini tak pernah terlunaskan?

Pelaihari, 12 Februari 2010


Biodata Jamal T. Suryanata


Lahir di Kandangan, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, 1 September 1966. Peserta Writing Program Majelis Sastera Asia Tenggara (1999) dan Ubud Writer's and Reader's Festival (2004). Bukunya yang sudah terbit, antara lain, Untuk Sebuah Pengabdian (1995), Di Bawah Matahari Terminal (2001), Problematik Pembelajaran Bahasa dan Sastra (2003), Galuh (2005), dan Boneka untuk Brenda (2005).

Puisinya terhimpun dalam antologi bersama Festival Puisi Kalimantan (1992), Mimbar Penyair Abad 21 (1997), dan Seribu Sungai Paris Barantai (2006). Bukunya yang baru terbit adalah antologi puisi Debur Ombak Guruh Gelombang (2010) dan antologi cerpen Bintang Kecil di Langit yang Kelam (2010). PNS Dinas Pendidikan Kabupaten Tanah Laut dan Wakil Ketua Dewan Kesenian Kabupaten Tanah Laut di Pelaihari. Menerima Hadiah Seni (Sastra) Gubernur Kalimantan Selatan (2006) danP PenghargaanSastra Balai Bahasa Banjarmasin (2007).

Sumber tulisan: buku Menyampir Bumi Leluhur (Bunga Rampai Puisi Aruh Sastra Kalimantan Selatan VII Kabupaten Tabalong 2010)

Sumber foto penyair: Independent


0 comments: