Monday, August 24, 2020

Segala yang Meninggalkan Jejak Rindu Adalah Keindahan, dan Maaf Itu Hanyalah Suara


Ketika kau berada di pegunungan atau tempat-tempat spesial lainnya, akan sangat terasa indah. Lalu saat kau tak berada di sana lagi, yang tertinggal ialah rindu. Entah kapan kau ke tempat itu lagi, akan menjadi pertanyaan yang ingin sekali kau jawab, "Tunggu aku! Sesegera mungkin aku akan menemuimu kembali!" 

Begitulah segala yang meninggalkan jejak rindu adalah keindahan. 

Suatu pagi, saya pernah berada di tempat seperti itu juga. Sebuah alam yang sangat subur. Hijau tumbuhannya dan sejuk udaranya. Seakan itulah surga dunia di belantara Kalimantan. 

Sehari, dua hari, ada kerinduan untuk berada di sana kembali, menemui alam yang indah tersebut. Mendekapnya dalam hangat dan enggan beranjak meninggalkannya.

Tapi, bagaimana jika yang disebut keindahan tersebut sirna? Lenyap tak tersisa?

Hutan, pegunungan, dan tempat-tempat lain tidaklah abadi, termasuk kita. Semua pasti akan rusak dan hancur. Meski demikian, relakah keindahan dihancurkan oleh tangan-tangan tak bertanggung jawab?

Lihatlah pepohonan di hutan telah banyak ditebang seperti rerumputan yang dipotong dengan mesin-mesin tanpa berpikir panjang. Lantas, bagaimana dengan anak cucu nanti? Generasi penerus perlu makrokosmos yang sehat. Bukan yang telah rusak. 

Kerusakan alam bukan sekadar menyebabkan banjir, rumah-rumah yang ambruk, dan kematian. Tetapi juga telah meluluhlantakkan segala keindahan hidup. Maka, tak ada pilihan lain, manusia harus bergerak melestarikan alam. 

Beberapa hari lalu, saya masih diberi kesempatan berada di suatu tempat sambil menikmati keindahannya. Ada bunga-bunga liar yang mekar, ada kesejukan udara, dan suara-suara hewan yang riang. Saya berharap keindahannya masih tetap ada di sana dalam waktu yang lama. 

Di bawah ini video rekaman dari sisa alam indah yang saya kunjungi itu. 


Usaha pelestarian alam tentu akan bertabrakan dengan oknum-oknum dengan ambisi yang besar. Bagi sebagian orang kelestarian alam memang tidaklah penting dengan dasar bahwa uanglah yang utama dalam hidup. Selama bisa diusahakan menjadi uang, hutan rusak pun tak mengapa bagi mereka. Itulah tantangannya. Ya, melestarikan alam berada di antara oknum-oknum perusak. Jika pun ada kata maaf dari mereka, hanyalah suara. Alam tetap dijarah. 

Lalu, akankah alam bertahan? Semoga demikian! Setidaknya harus ada usaha dari masyarakat dan pemerintah untuk terus melestarikannya. 


0 comments: