Tuesday, April 14, 2020

Ketegangan China di Asia Tenggara Meningkat dan Meluas dalam Jaringan Internet


Thailand, Hong Kong, dan Taiwan. Ketiganya tampak saling mendukung di Internet. Meme tentang ketiganya juga muncul di akun-akun media sosial.

Bahkan, seperti terlansir Reuters, Selasa (14/4/2020), kemarahan kaum nasionalis China di media sosial atas komentar seorang model cantik Thailand, Weeraya Sukaram, di internet tentang COVID-19 telah memicu badai dan menyatukan para pegiat pro-demokrasi melawan pejuang dunia maya pro-Beijing, dengan hinaan dan ejekan meme.

Dengan adanya perang itu, telah membuat para pengguna internet Asia Tenggara bergabung dengan mereka yang berada di Taiwan dan Hong Kong yang telah menyoroti ketegangan lama antara China dan tetangga-tetangganya yang lebih kecil yang dipicu oleh munculnya coronavirus baru asal Wuhan.

Dalam media itu disebutkan bahwa analis dan aktivis politik mengatakan perang online (daring), yang dimulai pada akhir pekan, unik dalam hal volume dan penyebaran regional pada saat semakin banyak kehidupan yang dipaksa secara daring.

"Ini adalah perang Twitter geopolitik transnasional pertama yang dilakukan Thailand," kata Prajak Kongkirati dari Universitas Thammasat di Bangkok.

"Kami melihat orang-orang mempertanyakan tindakan dan pengaruh China ... Masalah selebriti adalah puncak gunung es."

Tagar di Twitter terkait hal itu telah menghasilkan lebih daripada dua juta tweet dan tren secara global. Halaman penggemar untuk tagar utama, #Nnevvy, memiliki lebih dari 63.000 pengikut Facebook.

"Nnevvy" adalah moniker media sosial model Weeraya Sukaram dan awal perang tersebut dimulai setelah dia dituduh telah berbagi pesan Twitter Thailand yang mempertanyakan apakah COVID-19 berasal dari laboratorium China. Sebuah pertanyaan wajar, tapi menjadi begitu sangat sensitif bagi China daratan.

Netizen China yang marah kemudian mengatakan Weeraya pernah muncul dalam sebuah postingan di Instagram menyuarakan bahwa Taiwan bukan bagian dari China. Beijing mengatakan pulau yang diperintah sendiri itu adalah bagian tak terpisahkan dari wilayahnya.

Tapi, Weeraya tidak menanggapinya dan kemudian tak satu pun dari komentar itu terlihat di akunnya.

Tak berhenti sampai di situ, akun China kemudian menuduh pacar Weeraya, Vachirawit Chivaaree, pernah menyukai postingan yang mengidentifikasi Hong Kong sebagai negara. Ini kian menyulut perang di dunia maya. 

Selanjutnya, para nitezen China ini menyerukan boikot terhadap acara TV hit-nya.

Tak tinggal diam, dalam menghadapi rentetan pro-China tersebut, dukungan mengalir bagi para selebritas Thailand dari aktivis dan politisi anti-Beijing, termasuk juru kampanye pro-demokrasi Hong Kong, Joshua Wong, dan seorang walikota Taiwan.

Wong memposting foto menyaksikan pertunjukan Vachirawit dan mendesak Hong Kong untuk "berdiri bersama teman-teman Thailand kami yang mencintai kebebasan".

"Mungkin kita bisa membangun jenis baru solidaritas pan-Asia yang menentang semua bentuk otoritarianisme!" dia menulis dalam postingannya itu.

Masih dari sumber yang sama, aktivis mahasiswa pro-demokrasi Thailand, Netiwit Chotiphatphaisal, mengatakan dia dan Wong telah berkomunikasi dan bahwa Thailand tidak nyaman atas pengaruh Cina yang meningkat sejak kudeta 2014 di Thailand, yang pemimpinnya, Prayuth Chan-ocha, memenangkan pemilihan yang disengketakan tahun lalu.

"Tagar memberikan kesempatan untuk berbicara," kata Netiwit kepada Reuters.

Sedang beberapa pengguna di Filipina mengambil tagar untuk menyerang tindakan China di Laut Cina Selatan yang disengketakan.

Reuters menemukan bahwa beberapa akun pro-China telah dibuat dalam beberapa hari terakhir dan hanya berisi komentar tentang peperangan tersebut.

"Sementara #Nnevvy dimulai sebagai perang Twitter semalam yang intens antara Thailand dan Cina, sekarang berubah menjadi keterlibatan diplomatik yang bermakna dengan Hong Kong dan Taiwan," kata Tracy Beattie dari Institut Kebijakan Strategis Australia.

Penghinaan dari nasionalis China terhadap pemerintah dan raja Thailand ditertawakan oleh para pegiat Thailand yang menyerang pemerintah sendiri sebagai tidak demokratis. Raja telah menghadapi kritik daring yang belum pernah terjadi sebelumnya baru-baru ini meskipun hukuman hingga 15 tahun penjara bagi siapa pun yang menghinanya.

Pemerintah Thailand menyadari pertempuran media sosial antara akun Thailand dan China dan mendesak pengguna internet Thailand untuk mengekspresikan diri mereka dengan alasan, kata wakil jurubicara pemerintah Ratchada Thanadirek.

Poster-poster Thailand, menggunakan satu meme internet terkenal, melabeli karakter yang mengancam ketika orang-orang Cina berusaha melukai perasaan orang-orang Thailand dengan menghina negara mereka.

Sementara itu, pengguna Thailand mengejek Cina untuk pemerintahan otoriter dan menyamakan Presiden Xi Jinping dengan Winnie the Pooh, perbandingan yang dilarang di Cina.

Pada nada yang lebih ringan, meme lain merayakan Thailand, Hong Kong dan Taiwan sebagai "Aliansi Teh Susu" karena kesukaan yang sama terhadap minuman es.

0 comments: