Monday, December 23, 2019

Bisa Jadi yang Kita Benci Merupakan Hal Terbaik, Buktinya Saya Berhasil Buat Bakpao


Sejak kecil saya gemar memasak, meski hasilnya tak perlu ditanyakan. Dan, waktu itu saya diam-diam melakukannya. Alasannya satu, ibu saya melarangnya karena khawatir kalau terjadi kebakaran. Ya, ibu saya memang sering mengkhawatirkan banyak hal.

Pernah semasa anak-anak pula, saya bermain gitar dan ibu saya juga melarangnya. Kalau yang terakhir ini saya kurang paham alasannya. Padahal ayah saya sangat gemar bermain gitar dan mengajarkannya di sekolah. Tentunya juga alat-alat musik lainnya kepada orang yang haus seni.

Lantas ada apa dengan judul di atas? Benci dan bakpao?

Begini ceritanya. Dulu, sewaktu saya masih remaja, sering mengatakan ke teman-teman bahwa sesuatu yang disenangi bisa jadi malah buruk bagi kita. Sebaliknya, yang dibenci atau tidak disukai malah berakibat baik bagi kita.

Teman-teman saya pun bertanya contohnya. Dan saya sebutkah semisal saat kita senang dengan gadis cantik dan "jadian" dengannya, mungkin kita akan melakukan banyak dosa. Tapi, kalau kita belajar dengan guru yang sudah tua, kita akan mendapatkan kebaikan, yakni ilmu pengetahuan.

Nah, ini pula yang pernah saya alami soal memasak. Jujur, saya suka bakpao. Berkali-kali saya mencoba membuatnya. Meski begitu, hasilnya tetaplah menyedihkan.

Suatu hari saya duduk dan berbincang santai dengan seorang nenek. Beliau mengaku sudah berusia 60 tahun ke atas. Dalam perbincangan kami, tanpa direncanakan, beliau membahas soal kue bakpao. Saat itu saya percaya saja tentang yang dikatakan sang nenek. Tanpa pikir panjang, langsung saja saya tanyakan resepnya. Beruntung, nenek ini begitu bermurah hati mengatakan alur pembuatannya. Setelah saya praktikkan, waw hasilnya sangat memuaskan.

Terkait persoalan yang kita benci dan senangi di atas, sebenarnya itu terjemahan ayat ke-216 dari Surah Al-Baqarah. Ayat itu menjadi begitu berkesan saat saya membacanya sewaktu remaja dalam sebuah buku pengantar tasawuf yang ditulis Prof. Dr. KH. Aboebakar Atjeh. 

Intinya, yang kita lihat, dengar, dan Indra lainnya belum tentu seperti yang kita pikirkan.


0 comments: