Friday, October 18, 2019

Bangsa Indonesia Perlu Belajar dari Cetbang


Mungkin judul di atas terlalu bombastis. Memangnya siapa cetbang? Mengapa bangsa Indonesia harus belajar darinya?

Cetbang bukanlah manusia. Itu yang pasti. Lantas? Bingung? Buka Kamus Besar Bahasa Indonesia? Tidak usah. Sebab, membukanya, lalu mencari kata cetbang, Anda tidak akan menemukannya dalam kamus itu.

Nah, jika Anda gemar membaca sejarah, khususnya yang berhubungan dengan peradaban nenek moyang bangsa ini, kata itu tidaklah asing. Ya,  keberadaan cetbang merupakan bagian yang sangat penting dalam sejarah tanah air kita

Bahkan, Bangsa Eropa yang datang dan berperang melawan para leluhur orang--orang Jamrud Khatulistiwa ini, terheran-heran. Kalau secara mudahnya, mereka bertanya-tanya, "Kok, di negeri timur yang jauh dari barat ada senjata api sehebat itu?"

Benar, cetbang adalah senjata sejenis meriam. Meriam kuno. Senjata api ini diproduksi dan digunakan pada era Kerajaan Majapahit dan kerajaan-kerajaan di Nusantara setelahnya. Bisa dikatakan, nenek moyang kita sudah mahir dalam pembuatan dan penggunaan senjata api.
Meriam cetbang Majapahit yang tersimpan di The Metropolitan Museum of Art di New York, Amerika Serikat. Perhatikan lambang Surya Majapahit. - Wikipedia

Cetbang sebenarnya  juga merupakan meriam yang unik. Selain bahannya dari perunggu (tahan karat), juga dibuat ruang dan tabung peluru di bagian belakangnya sehingga dikenal sebagai meriam terbuka. Ini yang membuat cetbang berbeda jika dibandingkan dengan meriam Eropa dan Timur Tengah.

Begitu waw, 'kan nenek moyang kita? Mereka luar biasa dan setara dengan bangsa-bangsa di Eropa!

Lalu bagaimana keturunan mereka sekarang? Ya, kita. Siapa lagi? Apakah masih lantang menyuarakan bambu runcing? Bangga dengan produk impor? Bahkan, lebih senang melakukan aktivitas impor daripada mendukung pembuatan dan penggunaan produk-produk dalam negeri?

Agaknya itu hanyalah sebagian saja. Tentu masih ada anak negeri ini yang menghendaki adanya kemandirian dalam segala sendi kehidupan.

Pertanyaannya, apakah pemerintah Indonesia sudah mendukung penuh kemandirian di dalam negeri sendiri?

Sebentar lagi ada pelantikan presiden dan wakilnya di negara kita. Dan, adakah harapan selama lima tahun hingga 2024 ada kemandirian di Indonesia yang dapat diwujudkan?

Tampaknya ada benarnya kata banyak orang, "Waktulah yang akan menjawabnya."

0 comments: