Wednesday, May 15, 2019

Puisi-Puisi Ramadan 1440 Hijriah dari Hari Pertama—Kesebelas Karya Rusdi Fauzi



BULAN SUCI RAMADHAN

Syakban engkaukah itu berlalu
di ujung sana di pelataran waktu
saat mentari tenggelam di kaki langit
Ramadan bulan yang suci dijemput

Di situ engkau tergelincir
dengan menghela napas azan Magrib
bulan suci bulan yang amaliah
marhaban ya ramadhan


Menyambut bulan suci Ramadan
dadaku terasa sesak bergetar
menahan rindu pada belaian mesra
kugenggam iman di bulan penuh berkah
Petikan rasa rindu bulan Ramadan
mataku nanar menantimu tiba
semerbak wewangian surga
jiwa ragaku lebur dalam keimanan.

Barabai, 6-5-2019



MARHABAN YA RAMADHAN

Angin kini mulai mengembuskan rasa dingin 
dari terpaan awan yang kini menampilkan tariannya
menyambut malam
menyambut gelap
menyambut saat terindah tarawih di hari kedua

Gema syair kerinduan
kerinduan akan rida Ilahi
kini mulai mengisi relung kalbu

Kupersiapkan segalanya
buat malam seribu bulan
malam yang penuh keberkahan

Barabai, 7-5-2019

RAMADHAN YA RAMADHAN

Andai kau tahu ini Ramadan terakhir
tentu siangnya engkau sibuk berzikir
tak akan jemu melagukan syair rindu
mendayu merayu pada Tuhan yang satu

Tentu salatmu kau kerjakan di awal waktu
salat yang dikerjakan sungguh khusyuk lagi tawadu
bersatu memperhamba diri tubuh dan kalbu
menghadap Rabbul Jalil, menangisi kecurangan janji

Innasholati wanusuki wamahyaya 
wamamati lillahirabbil’alamin
sesungguhnya salatku,ibadahku,hidupku,dan matiku
kuserahkan hanya kepada Allah Tuhan seru sekalian alam.

Barabai, 8-5-2019


INDAHNYA RAMADHAN

Kini Ramadan tak lagi diam 
tadarus merdu dikumandangkan
memecah kegelapan malam 
hiasi semesta penuh keindahan

Dalam diam aku dengarkan 
suara siapakah gerangan
melenting indah dari kejauhan
menyentuh hatiku merinding di badan

Indah dan terang malam Ramadan
menyadarkan aku dari lamunan
untuk segera kusucikan badan 
bersujud syukur pada-Mu Tuhan.

Barabai, 9-5-2019
  

MENGINGAT PADAMU TUHAN

Alhamdulillahi rabbil’alamin ya Tuhan
kuterima berkah-Mu dengan rasa syukur
sampai di saat ini masih memiliki napas 
menikmati berbagai sajian dan rida-Mu

Malam adalah yang penuh renungan
tarian bintang berkelap kelip berzikir 
mendoakan insan agar selalu bahagia 
bersama cobaan nafsu yang membara

Kagum akan perjalanan hidup manusia
dan kagum akan kekuatan iman manusia
yang selalu terbebas dari muslihat setan
terbebas dari berbagai bisik dan rayuan

Berzikirlah wahai jiwa-jiwa yang tenang
karena zikir itu adalah doa-doa terpendek
tapi sangat memiliki berbagai keutamaan 
hingga dapat menutup pintu-pintu neraka.

Barabai,10-5-2019


MENATAP DALAM KEHENINGAN RAMADHAN

Ku terdiam dalam keheningan
mataku menatap dari kejauhan
lintasan cerita pada kenangan
merajut asa dan juga harapan

Teriakanlah pada keremangan
agar pudar segala kegelisahan
bisikan pada saat terlihat bayu
bahwa aku masih berada sisimu

Mengarungi di dunia yang fana
lenyap di saat tertutupnya mata
biarkanlah, diriku akan bersandar
di pundak kasih-Mu tak kan pudar

Menatap bintang yang gemerlap
membiaskan cahaya dalam gelap
betapa indahnya tanpa rembulan
pabila ku bersujud pada-Mu Tuhan.

Barabai, 11-5-2019


INGIN DISANJUNG

Sepertinya manusia
ingin disanjung
ingin dihargai
ingin dimuliakan
ingin diagungkan
ingin dihormati

Akhirnya jadi manusia agung
tapi setelah napas tak mendengung
manusia enggan memuji
menyentuh semua harta pangkat sirna
isteri salehah, suami saleh pun ditinggal
dikala tanah diam menunggu

Tapi apa yang dimau
hanya amal baik disanjung
ingatlah
hidup sejenak tak seperti benalu
Tuhan tersenyum pada engkau
jika jadi manusia beruntung.

Barabai,12-5-2019


RINDU YA RAMADAN

Seperti agungnya ketika tiba waktu sang malam 
yang menyimpan berjuta petuah dalam gelapnya
lenyap diam merapal murka dikala sejuknya kelam
lirih tajuk hening menyisi sepi menyelimuti semesta

Membenamkan angkara dalam sujudnya raga
mengikhlasi setiap jalan untuk mengakhirinya
mengharap di dalam tangisan perih kini terasa
mengerti jiwa yang berlumur noda tak kuasa
Layakkah hamba ini menyapa-Mu Ya Robbana
membeku diri terdiam menyesali tiada berarti
mengharap dari-Nya menyentuh kalbu nurani
tertunduk menyesali, mengeluh diri memuja

Terlambatkah hamba kini mencari jalan pulang 
di dalam naungan-Mu Yang Maha Penyayang
berserah pasrah seberapa lama kini bertahan
itulah kiranya hidupku rindu rumah-Mu Tuhan.

Barabai,13-5-2019


PUASAKU UNTUKMU

Sudah sembilan hari puasa
betapa putihnya wajahmu
dalam getar telapak tanganku
kugenggam hingga beduk berbuka

Dengan membaca basmalah
tenggorokan basah seteguk air 
Ya Robb terimalah puasaku
ini telah kuniatkan untuk-Mu

Bermacam godaan telah melintas
angin siang membujuk cintanya
pada mentari napasku bersahutan
kini aku sedang menjalani puasa.

Barabai,14-5-2019


DI MALAM SEPULUH RAMADAN

Bulan bersujud membenam diri
selamat datang di hati yang menunggu 
aku menyambutmu ya ramadan
dan telah kubisikkan janji setia untukmu

Bunyi beduk terdengar bertalu-talu
pintu-pintu surga tersingkap lebar
jangan terlewatkan dan gegabah
karena kita lah pemegang kunci itu

Ramadan berdimensi tiga
bulan penuh cahaya rahmat
bulan penuh ampunan dosa 
bulan pembebasan dari api neraka

Terima kasih Ya Rahman Ya Rahim
sudah sepuluh ramadhan dilalui
seperti doa-doa silam
pertemukan aku di malam seribu bulan 
dalam jasmani dan rohani sehat wal afiat
dengan sisa tenaga ingin duduk di pangkuannya

Barabai, 15-5-2019


BEDUK BERBUKA BERGEMA

Adan Magrib pun membahana
awan di ujung sore terbelah dua
langit terlihat kemerah-merahan
gumpalan senja sedang berwudu

Percakapan terhenti sejenak
terdengar beduk berbuka puasa
senyuman dan iman menyatu
demi mengharap karunia Ilahi

Sejenak bersyukur memanjatkan doa
seteguk air membasahi kerongkongan
betapa nikmatnya menjalankan puasa
senikmat di kala kita sedang berbuka.


Barabai, 16-5-2019


Sekilas tentang Rusdi Fauzi


Rusdi Fauzi
 dikenal sebagai salah seorang sastrawan dari Kalimantan Selatan. Ia kelahiran Barabai pada  tanggal 11 Agustus 1971. Selain menulis, ia juga aktif sebagai pelatih tari tradisional dan penyanyi lagu-lagu Banjar. Rusdi Fauzi hingga kini tercatat sebagai pengurus dan anggota berbagai sanggar seni dan budaya Kabupaten Hulu Sungai Tengah di antaranya sanggar Tari MELATI (1980), sanggar Musik MERATUS (1991), Sanggar Sastra LALAYA (2013) dan tercatat sebagai pendiri cikal bakal Lapak Seni Dan Sastra Dwi Warna Kabupaten Hulu Sungai Tengah.

Karya-karyanya pernah di muat dalam Antologi Puisi ASKS X di Banjarbaru dan Antologi Puisi ASKS XI di Tapin/Rantau, Suara 5 Negara (Kumpulan Puisi Penyair Lima Negara), Nyanyian Kacincirak (Antologi 6 Penyair Hulu Sungai Tengah/2015). Rusdi Fauzi mempersiapkan buku antologi Haiku pribadinya yang berjudul Aksara Yang Terlarung Di Sungai Mimpi.


0 comments: