Friday, January 4, 2019

Tip Menulis Cerita agar Diterima dan Diminati Anak (Bagian 3/Terakhir)


7.  Membuat Judul yang Merangsang Minat Baca Anak

Memang ada pepatah bahwa jangan pilih luarnya, tapi pilihlah isinya. Namun alangkah baiknya membuat baik luar dan dalam.  Seperti buah manggis. Lima di luar, lima di dalam. Bahkan, sebenarnya yang di luar merupakan gambaran yang di dalam. Maka, buatlah judul  yang menarik minat baca anak. Judul tidak perlu panjang. Judul tidak perlu ada singkatan yang tidak umum. Tapi, buatlah judul yang merangsang keingintahuan anak. Sebab, anak-anak pada umumnya memiliki rasa ingin tahu yang besar.


8.  Menyikapi dengan Positif Hal-Hal yang Tidak Diharapkan agar Tulisan yang Dihasilkan Lebih Menarik

Saat menulis atau saat ingin menulis ada saja hal-hal yang tidak diharapkan muncul di hadapan kita. Idealnya seorang penulis tidak tergesa-gesa menyikapinya. Sifat tergesa-gesa hanya akan membuat tulisan menjadi kacau sehingga tidak menarik.

Nah, apa saja hal-hal yang tidak diharapkan itu dan bagaimana cara menyikapinya?

-       Susah Saat Memulai
Pernahkah Anda mengalaminya?

Kalau pernah itu wajar. Bukan hanya rasa malas yang muncul saat kita hendak mulai menulis. Akan tetapi, rasa bingung hendak memulainya dari mana. Maka, sikapilah dengan cara-cara positif, yakni antara lain:

Pertama,  membuat kerangka karangan seperti yang sudah kita bahasa di atas tadi.

Kedua, menulis sebaik mungkin paragraf pembuka.  Selain sebagai pemancing minat baca, sebenarnya kalimat pembuka sangat berperan dalam memunculkan kata-kata selanjutnya. Paragraf pembuka bisa dikatakan sebagai perangsang otak kanan untuk memproduksi kata-kata.

Ketiga, menyalin paragraf dari cerita karya orang lain ke dalam lembar kerja kita. Sebenarnya cara ketiga ini termasuk ekstrim. Akan tetapi, hal ini bukan sebuah pelanggaran. Bukan termasuk plagiat. Mengapa? Karena, penempatan paragraf orang lain ini hanya sekadar merangsang otak kanan lantaran kesusahan membuatnya sendiri. Setelah tulisan selesai dibuat, paragraf awal dari orang lain itu dihapus. Maka, jadilah karya sendiri, bukan jiplakan.

-       Mendapatkan Nama-Nama Tokoh yang Bagus Plus Karakter Masing-Masingnya

Nama-nama tokoh cerita idealnya disesuaikan dengan bagian-bagian lainnya. Misalnya saja latar. Sebut saja latar tempatnya di Banjarmasin, tidak cocok nama-nama tokohnya seperti Kenta, Haruka, Han Yo Ra, atau Park Shin Hye. Akan tetapi, lebih cocok dengan nama-nama seperti  Musdalifah, Anasabiqatul Husna, dan Jahdiah. Kecuali kalau ada tokoh pendatang bisa dipakai nama seperti Purnomo, Jimmy Lin, atau Le Min Ho.

Mengenai karakter, tentu berkaitan dengan perwatakan tokoh. Untuk bacaan anak, usahakan membuat perwatakan yang tidak berpotensi membuat anak menjadi nakal, terlalu manja, dan sifat-sifat buruk lainnya. Dengan penggunaan nama yang bagus seperti itu, diharapkan wataknya juga bagus. Hal ini menjadi unsur pendidikan terhadap anak agar berakhlak mulia sesuai nama baik yang dipakainya.

Bagaimana dengan tokoh antagonisnya? Agar cerita menarik, memang tokoh ini idealnya dimunculkan. Akan tetapi, tidak serta merta perwatakannya menjadi contoh buruk untuk pembacanya. Dari sifat buruk tentulah tersimpan nurani yang baik. Di situlah tugas kita sebagai penulis menampilkannya tanpa adanya unsur menggurui.

-       Kebuntuan Ide atau Writer Block

Apa yang paling ideal kita lakukan saat terserang virus wb ini? Selain membuat kerangka karangan, berdasarkan pengalaman, yang terbaik adalah tinggalkan lembar kerja penulisan. Otak perlu refreshing. Kita bisa berjalan-jalan keluar rumah, atau ambil air wudu lalu salat. Biasanya ketika kita lepas dari kegiatan menulis, ide akan muncul kembali. Setelah muncul itulah, kembali ke meja tulis. Atau jika belum muncul juga, bacalah surat kabar atau bacaan lainnya sebagai upaya kita mendapatkan ide-ide baru.

-       Menciptakan Klimaks dan Menyudahi Cerita

Ini bisa kita atasi dengan pembuatan kerangka karangan seperti yang sudah kita bahas tadi. Sebuah cerita bisa kita analogikan sebagai sebuah bangunan yang utuh. Kalimat demi kalimat, paragraf demi paragraf  di dalamnya ibarat bagian-bagian sebuah bangunan. Maka, bangunlah cerita dengan rapi.


9.  Melakukan Hal-Hal Tambahan Setelah Cerita Anak Selesai Ditulis
-       Mencetak cerita pada lembar kertas
-       Menyunting cerita
-       Membacanya kembali
-       Mengukur keterbacaannya
-       Meminta teman untuk membacanya
-       Menyikapi dengan baik tanggapan teman yang membacanya
-       Mengirimkan ke media massa atau penerbit

Demikianlah tip menulis cerita agar diterima dan diminati anak Selebihnya memerlukan kerja sama dari berbagai pihak. Misalnya ilustrator yang andal, desainer grafis, penyunting, redaktur, dan pihak lainnya. Akhirnya saya sampaikan, “Selamat menulis dan wassalam!”

0 comments: