Thursday, January 3, 2019

Tip Menulis Cerita agar Diterima dan Diminati Anak (Bagian 2)



4.  Memasukkan Unsur Humor yang Cerdas

Siapa yang tidak suka humor? Asalkan tidak berlebihan seperti lawakan tanpa batas, saya yakin siapa pun menyukainya. Maka, tak salah kalau kita menggunakan unsur ini. Humor bisa kita munculkan dari dialog antar tokoh yang bermakna. Misalnya dialog seorang kakak yang menggoda adiknya hingga terjadi balas kata yang diakhiri dengan canda tawa, dapat diartikan sebagai bagian rasa sayang kakak pada adiknya. Atau, bisa juga menghadirkan tokoh lucu seperti badut dalam pesta ulang tahun. Humor seperti itu membuat pembaca tersenyum. Untuk bacaan anak idealnya hindari lelucon tak segar sepertil memilih nama lucu pada tokoh tertentu yang menjadi bahan tertawaan atau memunculkan tokoh laki-laki berpakaian wanita.


5.  Membuat Ilustrasi yang Menarik

Yang tak kalah pentingnya adalah ilustrasi. Anak-anak pada umumnya menyukai hal-hal visual. Dengan ilustrasi gambar ini, menjadikan anak lebih tertarik membaca isinya sambil membayangkan ceritanya sesuai gambar yang dia lihat. Hal ini sangat membantu anak masuk ke dunia imajinasi penulis dan memudahkan mereka untuk memahami ceritanya.


6.  Memperhatikan Keterbacaan Teks (Mengukur Keterbacaannya)

Keterbacaan dapat diartikan sebagai perihal dapat dibacanya teks secara cepat, mudah dipahami, dan diingat. Keterbacaan anak tingkat dasar tentu berbeda dengan tingkat mahasiswa. Itulah sebabnya, cerita anak yang kita buat idealnya tingkat keterbacaannya yang sesuai dengan anak tingkat dasar. Hal ini agar cerita yang kita tulis dapat mereka cerna dengan mudah sehingga mereka berminat membacanya sampai akhir.

Ada berbagai formula atau rumus untuk mengukur tingkat keterbacaan teks atau tulisan ini. Salah satu yang paling dikenal adalah grafik fry. Formula yang diperkenalkan Edward Fry ini mendasarkan pada dua faktor, yakni panjang-pendeknya kata dan tingkat kesulitan kata yang ditandai oleh jumlah suku kata yang membentuk setiap kata dalam cerita. Berikut adalah grafik fry beserta penjelasannya.

(Grafik Fry)


Deretan angka 2.0, 2.5 dan seterusnya di bagian samping grafik fry itu menunjukkan data rata-rata jumlah kalimat per 100 kata (sampel). Sedangkan deretan angka 108, 112, dan seterusnya di bagian bawah itu menujukkan data jumlah suku kata per 100 kata (sampel). Sementara angka-angka yang berderet di bagian tengah grafik dan berada di antara garis-garis penyekat dari grafik tersebut menunjukkan perkiraan peringkat keterbacaan tulisan yang diukur. Angka 1 menujukkan peringkat 1 yang artinya tulisan tersebut cocok untuk pembaca dengan level peringkat baca 1. Di Indonesia, angka 1 itu bisa berarti kelas 1 SD.

Daerah berwarna gelap yang terletak di sudut kanan atas dan di sudur kiri bawah grafik, merupakan wilayah invalid. Artinya, jika hasil pengukuran keterbacaan tulisan jatuh di dua daerah itu, maka tulisan tersebut kurang baik karena tidak cocok untuk peringkat baca mana pun.
  
Ada lima langkah  dalam penggunaan grafik ini

1. Pilihlah sampel dari tulisan yang akan kita ukur tingkat keterbacaannya sebanyak 100 kata. Kata dalam hal ini diartikan sebagai sekelompok lambang bahasa (berupa angka dan huruf) yang kiri dan kanannya berpembatas spasi datar. Misalnya tangan, 2017, dan FKIP.
2. Hitunglah jumlah kalimat dari sampel 
Contoh sampel:

Pada suatu hari Inu ikut ayahnya ke bank. Di bank itu banyak orang. Di loket tabungan ada yang mengambil uang. Ada juga yang menyimpan uang. Di loket yang lain orang-orang juga antri. Ada juga beberapa petugas bank duduk di luar loket-loket antrian. Mereka melayani orang-orang yang bertanya tentang cara-cara menabung atau hal-hal lain. Ayah Inu berada di barisan loket tabungan. Inu menunggu ayahnya di ruang tunggu. Dia memperhatikan kesibukan orang-orang di tempat itu. Waktu Inu melihat satu kursi kosong di depan petugas yang melayani pertanyaan, dia segera berdiri. Inu mendekati kursi itu. Petugas pun mengerti, lalu dia mempersilakan Inu duduk dan menawarkan bantuan yang mungkin dapat dia berikan.

(Diambil dari buku Lancar Berbahasa Indonesia 2 untuk SD kelas 4, karangan Dendy Sugono)

Pada contoh di atas, kalimat terakhir, yakni kalimat ke-13 tidak seluruhnya terpakai ke dalam hitungan seratus. Kata keseratusnya jatuh pada kata duduk. Kata tersebut merupakan kata ke-8 dari 16 kata yang terdapat pada kalimat terakhir itu.

Dengan demikian, jumlah kata dalam kalimat sisa tersebut yang masuk dalam sampel, ada 8 kata. Kedelapan kata itu adalah, Petugas pun mengerti, lalu dia mempersilakan Inu duduk. Nah, 8 kata itu dibagi dengan jumlah keseluruhan katanya, yang berjumlah 16 kata dalam kalimat tersebut. Untuk lebih jelasnya lihat penghitungan ini: 8 / 16= 0,5.

Adapun jumlah kalimat utuh dalam contoh di atas itu ada 12, maka total kalimat yang ada dalam 100 kata adalah 12 + 0,5= 12,5 kalimat.
3.  Hitunglah jumlah suku kata dari sampel (100 kata)

Dari sampel di atas, terdapat 228 suku kata. Karena grafik ini semula digunakan untuk mengukur teks berbahasa Inggris, maka diperlukan pemodifikasian. Caranya dengan membandingkan suku kata bahasa Inggris dan suku kata bahasa Indonesia. Berdasarkan penelitian, perbandingan suku kata antara dua bahasa itu adalah 6:10 (6 suku kata bahasa Inggris sama dengan 10 suka kata bahasa Indonesia). Dengan begitu, jika dalam sampel ada 228 suku kata, jumlah itu dikali dengan 6:10 atau 0,6, yakni 228 x 0,6= 136,8 atau dibulatkan 137 suku kata.

4.  Plotkan jumlah kalimat dan jumlah suku kata tersebut di atas hingga mendapatkan titik temu pada grafik fry

Titik temu ini menunjukkan tingkat kelas pembaca yang diperkirakan mampu membaca tulisan yang dihitung keterbacaannya ini. Titik temu antara jumlah kalimat (12,5) dan jumlah suku kata (137) jatuh di wilayah 4, artinya teks ini cocok di kelas pembaca 4. Angka 4 untuk di Indonesia bisa kita maknai kelas 4 SD.

5.  Menambah dan mengurangi satu angkat dari peringkat baca

Grafik fry ini sifatnya hanya perkiraan. Dapat saja menyimpang ke atas, maupun ke bawah. Itulah sebabnya, peringkat keterbacaan yang didapat dari penghitungan hendaknya ditambah atau dikurangi satu angka. Maka, dari sampel itu 4-1=3 dan 4=1=5. Artinya, teks sampel tersebut cocok untuk anak kelas 3, 4, dan 5 sekolah dasar.


0 comments: