Tuesday, December 11, 2018

Puisi-Puisi Asrizal Nur




Jangan Tanya Lagi

Jangan tanya lagi
muasal air direguk
bila hujan asal satu langit
laut
gunung
jarak
hanya memisah badan
sedang kalbu dapat terbang dijulang angin
mengantar rindu hati satu

jangan tanya lagi
muasal darah netes
bila tanah
dari satu bumi
tanyakan kemana tujuan?

Ini hari
kita masih berlari dilangkah semula
terseret waktu lalu
dengan dada luka
lantaran letih toreh nama diri
sementara di lebuh raya
kita tak mampu menebak tapak siapa
sembraut mengacak jejak
dulu pernah digores darah
airmata

sudah lama kita ditipu muslihat nanah
berbau darah
sekarang pekikkan kembali
tanah air dengan hati satu

bedakan mana darah
mana nanah

bila kau darah
kemarilah!

bila kau nanah
berambuslah!

jangan tanya lagi
muasal darah netes
tanyakan hati
aku :
darah
atau
nanah?

Depok, 7 Mei 2008
  


Ziarah Diri

Ziarah diri
jiwaku pucat
matakalbu raba gelap

di padang debu
kelahiran usung diri
ke bui tubuh musim

lalu aku sepakati upacara hidup
sebagai narapidana waktu
bab demi bab karma usia

Pemilik pintu
menitip kunci jalan kembali
sering aku patahkan jadi abu

pada setiap bab hidup
aku merindu jalan muasal
dipandu kunci jalan kembali

bila lonceng terakhir menjemput
aku bergegas pulang
kebebasan itu piala
  


Sipengerajut

Anak-anakku pandanglah jubah lebar ini
aku merajutnya dengan darah airmata
berpuluh benang waktu
berjutakali helaan napas

jangan hanya pandang indah sulamnya
bagai emas berkilau
lalu orang memuji rajutannya

tapi lihat sipengrajut itu
jemari hidupnya penuh lobang
jarum yg ditusukan penguasa
lewat darahnya berharap warna
memberikan debar negeri
dari denyut jantungnya

Sedangkan sipengrajut setiap waktu
napasnya tinggal satu dua, tiada yang tahu

Bila ia pergi
tanpa terompet pelepasan
hanya doa dari orang-orang pernah berselimut jubah indahnya
dan kenangan nama : "Sipengrajut" di batu nisan pusara

  

Pintu

Di pintu
ada sepatu
tapaknya berdarah
bernanah

tak ada penjaga ramah
cuma pemintaminta
tak ada penawar bunga
hanya penjaja duka

pintu
tak lagi mudah diketuk
bila diketuk
dia mengetuk
bila ditanya
dia bertanya
bila diharap
dia mengharap
bila kau sedih
kau yang diperih
bila kau masuk
kau diluar

kemana pintu
tempat masuk itu?
tinggal jejak
berdarah
bernanah

Depok, September 2009
Generic Banner


ASRIZAL NUR. Tahun 2009 ia mementaskan puisi-puisinya dengan Spektakuler  di Graha Bhakti Budaya Taman Ismail Mazuki Jakarta, Kolaborasi pembacaan  : Tari, Teater, Musik, audiovisual, diberi nama nama Konser puisi Multimedia Asrizal Nur.

Membaca puisi dalam dan luar negeri, antara lain pembacaan Sajak Melayu Asia Tenggara di Kepulauan Riau (2006), baca Sajak Panggung Apresiasi Presiden Penyair di TIM ( 2007), baca Sajak Panggung Apresiasi Temu Sastrawan se-Indonesia di Jambi (2008), baca Sajak Internasional di JILFEST, Jakarta (2008) membaca Puisi Portugal, Indonesia, Malaysia di Universitas Indonesia (2009). baca puisi Radio Televisi Brunei Darussalam pada Pertemuan Penyair Nusantara IV (2010), membacakan puisi dan pemutaran Video Konser Puisi Multimedia Asrizal Nur di Dewan Bahasa dan Pustaka Brunei (2010), sebagai pembimbing/pengajar Bengkel Pelestarian Budaya Melayu di Dewan Bahasa dan Pustaka Brunei (2010). Konseptor, Sutradara Teaterrikal Puisi Islam Multimedia di Radio Televisi Brunei (2010). Baca Puisi pada Malam puncak Temu Sastrawan Indonesia III di Tanjungpinang (2010). Baca Puisi di Panggung Puisi Multimedia Pertemuan Penyair Nusantara di Palembang 2011, Pembacaan Puisi Internasional di Jakarta Internasional Literary Festival – JILFEST (2011), Baca Puisi di Hankuk University dan Kota Hansan Korea Selatan ( 1-3 Juni 20012), ), Baca Puisi Malam Puncak Dialok Teluk Brunei di UBD (11 Juli 2012), Baca Puisi di Sekolah Menengah Yayasan Hasanal Bolkiah Brunei Darussalam (18 Juli 2012),   Baca Puisi Pada Kongres Bahasa(2013),Baca Puisi di Festival Wayang dan Topeng Internasional di Bandung (2014) Pertemuan Penyair Nusantara VII di Singapura (2014), Festival Pulara 2014 di Pangkor, Malaysia.

Bukunya yang telah terbit Percakapan Pohon dan Penebang (YPM, 2009). Antologi puisi bersamanya antara lain Antologi Puisi Nusantara (2006), Rampai Melayu Asia Tenggara (2006), Kumpulan puisi Portugal, Malaysia dan Indonesia (2008), Musi, Pertemuan Penyair Nusantara V (2011),  Kumpulan Puisi dan Cerpen Internasional Jilfest : Ibu Kota Keberaksaraan (2011), Lambaian Nusantara Dari Kota Singa, Antologi puisi bersama Pertemuan Penyair Nusantara VII (2014)

Kini mengelola Rumah Seni Asnur, Ketua Yayasan Panggung Melayu, pendiri dan Sekretaris Jenderal Yayasan Hari Puisi Indonesia.

Sumber foto: www.pixabay.com (gratis)


0 comments: