Thursday, May 13, 2021

Mesin Tik Merah, Puisi Afrizal Maina



tuan, apakah saya boleh menghapus lendir di hidungmu. karena ada lubang di hidungmu. saya ingin menggadaikan mesin tik saya, saya membelinya tahun 1930. musim dingin terlalu lama ya di sini, tuan. Karena ada lubang di hidungmu. tapi musim dingin itu tidak terbuat dari lubang hidungmu. mungkin musim dingin itu datang dari lendir di hidungmu.

lihat, tuan, mesin tik saya. mesin tik yang menyimpan sejarah tuan sendiri. mesin tik ini berwarna merah. tuan takut bukan dengan warna merah, karena ada lubang di hidung tuan. jangan takut, tuan. pasar yang bankrut lebih mencekik jantung tuan daripada mesin tik yang berwarna merah.

mesin tik ini saya beli di amsterdam, tuan. warnanya memang merah, seorang buruh yang telah mencatnya menjadi merah, mesin tik ini saya temukan dalam sebuah tempat pembuangan sampah. katanya pernah digunakan seorang lelaki berjanggut. lihat mesin tik ini, seluruh huruf-hurufnya memiliki mata. mata yang lelah setiap melihat lubang hidungmu yang mengeluarkan lendir itu.

saya ingin menggadaikan mesin tik itu, tuan. saya memerlukan uang untuk membayar listrik dan susu buat 2 anjing saya di rumah. mesin tik ini tidak memakai listrik, juga tidak memakai bensin. jangan takut ada pasar yang bankrut dalam mesin tik ini, tuan.

lihat, tuan, kita hanya berjalan sedikit menikung, berjalan di atas pita hitam mesin tik itu: massa yang terbuat dari sumbu kompor. dan detak jam di bawah tanah. suaranya halus sekali di bawah langkah-langkahmu.


Tentang Penyair

Sosok sastrawan Indonesia yang satu ini lahir di lakarta, 7 Juni 1957. Pendidikan akhir Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara (tidak selesai). Buku-bukunya yang telah terbit antara lain: Abad Yang Berlari diterbitkan tahun 1984 (mendapat penghargaan Hadiah Buku Sastra Dewan Kesenian Jakarta,1984), Arsitektur Hujan diterbitkan tahun 1995 (mendapat penghargaan dari Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI tahun 1996), Teman-Temanku dari Atap Bahasa diterbitkan tahun 2008 (mendapatkan penghargaan Man of The Year dari Majalah Tempo dan SEA Write Award dari Bangkok 2010), dan Museum Penghancur Dokumen diterbitkan tahun 2013 (mendapatkan Kusala Sastra Khatulistiwa 2013).

Ia juga memberikan diskusi teater dan sastra di berbagai  universitas, baik dalam maupun luar negeri, serta mengikuti berbagai iven kesusasteraan  nasional-internasional.

----------------------------------------------------------------

Sumber puisi: Sauk Seloka

Sumber biodata: Wartamantra

Sumber ilustrasi: Pixabay

0 comments: