Friday, October 2, 2020

Mendirikan Komunitas Sastra Lebih Mudah daripada Mempertahankannya, Benar atau Benar?

 


Dua hari lalu saya "chatting" dengan salah seorang teman. Ia guru matematika yang juga bergelut di bidang seni, yakni sastra dan fotografi. Saya berasumsi ia tertarik dengan komunitas seni di daerahnya yang konon belum ada. 

Jorong. Sebuah wilayah di Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan, memang jauh dari hingar bingar sastra. Sejauh yang saya tahu, selama ini belum ditemukan ada kantong sastra di sana. Begitu pun dengan dunia fotografi. Masih adem ayem.

Dan, benar dugaan saya. Dirinya tertarik, tetapi ada alasan yang bisa dibilang klise, yakni mencari dan mendapatkan orang-orang yang mau ikut serta itu susah. Ini yang paling sering dirasakan sebagian orang ketika hendak mendirikan sebuah komunitas, sebutlah salah satunya dalam bidang seni. 

Dulu, saya pernah diajak salah seorang teman mendirikan sebuah komunitas sastra di salah satu daerah. Waktu itu, saya dan beberapa teman yang lain mau bergabung dan komunitas tersebut berdiri dengan apa adanya. Langkah pertama yang kami tempuh adalah dengan memperkenalkan diri di surat kabar. Saya ditugasi membuat artikel perkenalan tersebut, mulai dari ide awal hingga berdirinya komunitas kami. Artikel itu dimuat di salah satu koran cetak yang menyediakan ruang sastra. 

Bulan demi bulan kami jalani dengan diskusi-diskusi kecil dan penerbitan beberapa buku. Seiring waktu dan banyaknya kesibukan masing-masing, pertemuan kami pun mulai jarang. Dan akhirnya komunitas itu pun bubar. Yang tersisa adalah buku-buku dan juga sebuah laman komunitas kami di dunia maya.

Apa yang dapat dipahami dalam berkesenian seperti itu? 

Adalah mendirikan komunitas seni semisal seni sastra lebih mudah daripada mempertahankannya. Meski demikian, kadang orang berpikir memulai jauh lebih sulit.

Kembali ke "chat" kami dua hari lalu, saya menyarankan kepadanya untuk mengajak para siswa di tempat ia mengajar menjadi bagian dari komunitas yang akan didirikan itu. Setelah berdiri, mulailah dari hal-hal paling sederhana dalam suasana yang menggembirakan. 

Dengan adanya komunitas seperti itu, semangat berkesenian menjadi lebih stabil dan condong meningkat. Sebab, selain diskusi dan dukungan sesama anggota, informasi-informasi terkait kesenian pun kian mudah didapatkan. Alhasil, jiwa diliputi keinginan untuk terus beraktivitas seni yang sehat dan kuat.


0 comments: