Masa pandemi disebut-sebut sebagai masa turunnya bala bagi manusia. Pernyataan itu benar saja karena hidup di dalam masa ini memang banyak cobaannya. Mulai dari penyakit akibat COVID-19 hingga urusan mengepulkan dapur.
Akan tetapi untuk menjadi manusia sejati, perlu ditempa terlebih dahulu oleh berbagai cobaan. Dan, banyak orang memanfaatkan masa pandemi dengan kegiatan yang menguntungkan. Sebut saja berjualan masker kain, tempat air berkeran, dan berkebun di rumah.
Khusus yang terakhir ini menarik dan sangat bagus untuk melestarikan alam yang sudah kian parah. Seperti sudah menjadi rahasia umum bahwa berbagai polusi sudah terlampau jauh dari batas kewajaran. Terlebih jika musim kemarau tiba, beberapa wilayah sering terjadi kebakaran hutan dan lahan. Akibatnya, polusi udara berupa kabut asap benar-benar menjadi momok menakutkan bagi manusia dan hewan-hewan di sekitarnya.
Dengan berkebun, alam setidaknya terbantu lebih ramah, lebih hijau, dan sejuk. Berkebun bisa dilakukan dengan media tanam berupa tanah, maupun air. Syaratnya tercukupi kebutuhan pokok tanaman, yakni seperti nitrogen, pospor, kalsium, dan unsur-unsur tambahan lainnya.
Dalam masa pandemi, banyak orang tertarik berkebun dengan hidroponik. Secara ringkas, teknik menanam ini menggunakan media air dengan dicampurkan nutrisi yang dikenal dengan nutrisi dari pekatan AB Mix. Maksudnya, ada pekatan nutrisi A dan pekatan nutrisi B yang dicampurkan ke dalam air dengan takaran pas, yakni sesuai kebutuhan jenis tanamannya. Untuk mengukurnya diperlukan alat ukur khusus yang dikenal dengan TDS meter (Total Dissolved Solid) dalam satuan PPM.
Nah, tahukah Anda, sebenarnya berkebun dengan hidroponik yang sering dilakukan orang di pekarangan rumah juga berfungsi ganda. Ya, selain sebagai sarana mendapatkan sayuran dan buah, juga sebagai pendidikan bagi anak-anak. Artinya, para orang tua dapat mengajak anak-anak untuk melestarikan alam melalui berkebun jenis ini. Ada hal-hal menarik saat mempraktikkannya. Jika berkebun dengan media tanah mungkin terkesan kuno, maka dengan hidroponik, anak-anak akan mendapatkan pengalaman baru. Misalnya menyemai benih dengan rockwoll, menyiapkan netpod sebagai tempat media tanam, mencampur pekatan nutrisi, dan tentunya memanen hasilnya.
Lalu, bagaimana cara memulainya?
Sebenarnya ada beberapa sistem yang dapat digunakan dalam berkebun dengan hidroponik. Sebutlah beberapa sistem yang ada seperti, sistem sirkulasi nutrisi atau sistem NFT (Nutrient Film Technique), sistem DFT, sistem rakit apung, dan sistem sumbu (wick system).
Dalam artikel sederhana ini, saya akan membagikan empat langkah utama dalam memulai berkebun dengan hidroponik menggunakan sistem sumbu (wick system) disertai video masing-masingnya.
Langkah pertama adalah penyemaian. Hal mendasar yang diperlukan dalam langkah ini berupa bibit, rockwoll sebagai media semai, nampan, kain (idealnya kain flanel), dan tentunya air (lebih bagus air sumur). Ikuti langkahnya seperti dalam video berikut.
Langkah kedua, menyiapkan tempat untuk media tanam. Karena media utamanya adalah air yang bernutrisi, maka tempat yang diperlukan berupa wadah penampung air. Anda bisa memanfaatkan kotak nasi styrofoam sebagai tempatnya. Pembuatan tempat penampungan air bernutrisi dapat Anda lihat di video ini.
Langkah ketiga, menyiapkan netpod dengan kain flanel. Netpod merupakan pot kecil dengan lubang-lubang sebagai rongga oksigen dan pergerakan akar. Sementara kain flanel diletakkan di bagian bawah pot dan berfungsi sebagai sumbu. Dengan kain flanel, air bernutrisi akan naik dan mengenai tanaman dalam netpod. Untuk lebih jelasnya tonton video tentang langkah ketiga di bawah ini.
Langkah keempat, menyiapkan larutan nutrisi hidroponik untuk dituangkan ke wadah penampungnya. Tanpa berpanjang lebar, silakan saksikan video langkah keempat berikut.
Semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi Anda dan dalam pelestarian alam, minimal di lingkungan sekitar.
0 comments:
Post a Comment