Sumber South China Morning Post |
Beberapa hari belakangan ini Cina (Republik Rakyat Cina) dan Australia memiliki komunikasi yang hangat, bahkan mengarah dalam situasi panas. Dan, belum lagi hal itu terselesaikan, Cina membuat permusuhan baru dengan Selandia Baru.
Apa penyebabnya?
Bisa dikatakan, hubungan Cina dengan sebagian negara lain memang kurang harmonis. Sebutlah sebagian besar negara di kawasan Asia Tenggara, seperti Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam. Lalu Australia dan terbaru adalah Selandia Baru.
Cina memang dikenal sebagai negara super power yang sedang berambisi besar dalam hal pengaruh militer dan ekonomi terhadap negara-negara lain. Mungkin kalau bisa mencakup seluruh negara di dunia (hegemoni internasional).
Khusus Selandia Baru, Cina memulai konflik dengan
memarahi dan mencaci negara itu. Alasannya sangat sederhana, yakni karena Selandia Baru secara logis mendukung tawaran Taiwan untuk status sebagai pengamat WHO.
Seperti terlansir South China Morning Post, Senin (11/5/2020), juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Zhao Lijian, mengatakan bahwa dukungan Selandia Baru itu adalah pelanggaran berat terhadap prinsip satu Cina.
China pada Senin memarahi dan mencaci Selandia Baru atas dukungan negara tersebut bagi partisipasi Taiwan di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dengan mengatakan negara itu harus "berhenti membuat pernyataan yang salah" tentang masalah ini untuk menghindari kerusakan hubungan bilateral Cina-Selandia Baru.
Sementara itu, diketahui Taiwan dengan dukungan kuat dari Amerika Serikat, telah meningkatkan lobi untuk diizinkan mengambil bagian sebagai pengamat pada Majelis Kesehatan Dunia (World Health Assembly/WHA), yakni badan pembuat keputusan WHO, minggu depan.
Adapun bentuk dukungan Selandia Baru yang membuat Cina marah dan mencaci itu adalah komentar positif dari Menteri Luar Negeri Selandia Baru, Grant Robertson.
Katanya bahwa Taiwan telah menjadi pengamat di WHO di masa lalu, dan saya pikir di masa pasca krisis Covid-19 ini, ada ruang bagi mereka untuk kembali ke sana.
Ia menambahkan, "Taiwan memiliki sesuatu untuk ditawarkan di WHO saat ini."
Robertson juga mengatakan Taiwan telah menggunakan sejumlah metode yang berhasil dalam menangani virus dan memiliki sejumlah ahli epidemiologi dan kesehatan masyarakat yang telah memberikan banyak nasihat yang mendapat banyak manfaat dari banyak negara.
Selain itu, di Taipei, Menteri Luar Negeri Taiwan-- Joseph Wu--mengatakan kepada parlemen pada hari Senin bahwa untuk dapat menerobos pengaruh Cina pada badan itu (WHO) perlu ada "kekuatan paru-paru internasional yang lebih kuat."
Katanya lagi, "Atmosfer internasional tahun ini relatif bermanfaat bagi partisipasi Taiwan, dan karena itulah tekanan pada sekretariat WHO dan China semakin besar."
Sebagai informasi tambahan, Taiwan hanya melaporkan 440 kasus koronavirus dan tujuh kematian, berkat upaya pencegahan dan pengendalian penyakit yang dini dan efektif. Jadi, sebenarnya sangat masuk akal Taiwan menjadi pengamat di WHO.
0 comments:
Post a Comment