Tuesday, December 17, 2019

Sastra dan Uighur


Judulnya mungkin terkesan seperti menuliskan dua hal yang tidak saling bersentuhan. Sastra dan Uighur.

Bicara sastra seakan tidak ada hubungannya dengan kesukuan, kebangsaan, atau sekat-sekat agama. Bagi sebagian orang, sastra malah dikenal akrab dengan induk ilmu, yakni filsafat. Bahkan, konon para mahasiswa sastra saat tidak ada mata kuliah, ikut masuk kelas filsafat sebagai tambahan wawasan dan membuka pikiran mereka agar lebih luas lagi.

Sampai di sini apa hubungan sastra dan Uighur yang merupakan sebuah suku beragama Islam yang hidup di kawasan Republik Rakyat China (RRC) itu?

Bicara Uighur, jujur, saya langsung teringat dengan mata pelajaran Sejarah Islam. Dan, bagian materinya yang paling saya sukai adalah sejarah Islam di daratan China. Mulai Dinasti Tang hingga Republik Rakyat China. Di sana, ada kalanya mengalami kemajuan, ada pula Islam mengalami masa sebaliknya.

Yang paling saya ingat dari sejarah tersebut ialah, Kaisar Hongwu atau Raja Zhu. Pendiri Dinasti Ming yang bernama lengkap Zhu Yuanzhang itu malah sempat menuliskan sebuah puisi berisi sanjungan kepada Nabi Muhammad saw. Sungguh luar biasa.

Lalu, di dunia sastra, saya menemukan sebuah novel bagus. Judulnya "Ma Yan" yang ditulis oleh Sanie B. Kuncoro. Novelis bernama asli Susan Ismiati ini begitu apik menyajikan Ma Yan. Novel ini diangkat berdasarkan kisah nyata. Nama tokoh sentral yang dituliskan sebagai judulnya tersebut merupakan seorang muslimah yang tinggal di RRC. Ia seorang gadis kecil dari Suku Hui (Suku Muslim selain Uighur). Dengan kehidupan yang sulit, Ma Yan terus berjuang menggapai cita-citanya.

Dalam hal ini sastra berhasil membidik sisi kemanusiaan yang dialami Ma Yan dan muslim lainnya dari Suku Hui. Ya, mereka berjuang untuk hidup di bawah kekuasaan pemerintah yang berpaham komunis.

Sebenarnya, bukan hanya sisi itu, melainkan sastra mencakup segala ragam aneka kehidupan. Tentunya termasuk Uighur. Bisa dari sisi perjuangan hidup mereka, sikap pemerintah RRC terhadap suku tersebut, atau hal lainnya untuk disajikan kepada dunia.

Lantas bagaimana menemukan data-datanya yang valid tentang Uighur? Yang terbaik pastilah datang langsung di sana untuk mendapatkan data primer secara apa adanya. Lalu ditulis dengan penuh kejujuran. Bisa pula menggunakan data sekunder dari video-video, foto-foto, atau beragam tulisan tentang suku itu.

Terakhir, seandainya data-data kedua di atas diragukan, setidaknya sajikan tulisan yang menggugah dunia membongkar peristiwa-peristiwa nyata yang dialami muslim Uighur di bawah kekuasaan Pemerintah Republik Rakyat China.

Berminatkah menuliskannya?


0 comments: