Friday, December 6, 2019

Jasmerah Kebudayaan Islam


Jasmerah atau jangan sekali-kali meninggalkan sejarah lekat sekali dengan Sang Proklamator kemerdekaan republik ini.

Semboyan itu seakan penyemangat dalam menyongsong masa depan yang makmur sentosa. Begitulah setidaknya yang menjadi cita-cita para pejuang waktu dulu.

Bicara dulu, tentu terbentang rentetan sejarah panjang yang kait-mengait. Dan, membahas perjuangan merebut kemerdekaan Indonesia tak lepas dari jasa umat Islam. Sebab, suka tidak suka, mau tidak mau, umat Islam berkontribusi sangat besar dalam mengusir penjajah masa lalu.

Nah, terkait umat Islam, pastinya terhubung langsung dengan sejarah kebudayaan Islam itu sendiri.

Kalau memperbincangkan kebudayaan Islam sebenarnya kita sedang bergumul dengan segala yang dihasilkan oleh kekuatan akal manusia yang beragama Islam. Ya, dengan kata lain, pergerakannya berada di lingkup muamalah.

Itulah sebabnya, di dalam kebudayaan Islam tercakup bidang sosial, ekonomi, ilmu pengetahuan, politik, hukum dan lainnya yang berkaitan dengan hubungan antarmanusia. Sifatnya pun selalu mengalami perkembangan, ada perubahan-perubahan menuju kemajuan.

Dalam hal ini, para ahli sejarah telah membagi sejarah kebudayaan Islam dalam beberapa periode. Berikut adalah periodisasi tersebut.

1. Zaman ideal. Zaman ini meletakkan dasar-dasar pertama kebudayaan Islam. Masanya sepanjang 40 tahun. Termasuk di dalamnya adalah masa Nabi Muhammad saw, yakni sejak hijrah ke Madinah hingga beliau wafat (selama 10 tahun). Kemudian diteruskan ke masa Khulafaur Rasyidin selama 30 tahun.

2. Zaman perkembangan. Masa berkembangnya kebudayaan Islam mencakup tiga benua, yakni Asia, Afrika, dan Eropa. Adapun masa ini terjadi pada masa Amawiyah yang pusatnya di Damaskus selama 90 tahun.

3. Zaman keemasan Islam. Masa ini kebudayaan Islam mencapai puncaknya. Ada dua masa di dalamnya, yakni masa Abbasiyah I yang pusatnya di Baghdad selama seratus tahun dengan para khalifahnya yang berkuasa penuh, berpikir maju, dan pencinta Ilmu. Masa kedua adalah Abbasiyah II.  Masa kedua ini setiap ibukota provinsi berlomba memajukan lapangan kebudayaan, khususnya ilmu pengetahuan dalam rangka menyaingi Baghdad.

4. Zaman perluasan wilayah.

5. Zaman kemunduran. Masa ini dimulai dengan kegemilangan Otsmaniyah, Syafawi, dan Mughal. Lalu diakhiri dengan penjajahan hampir seluruh dunia Islam oleh Eropa Barat.

Lantas, apa yang dapat kita pelajari dari kebudayaan Islam ini?

Kalau kita perhatikan, Islam dengan segala kebudayaannya terus melesat dan berhasil mencapai masa keemasannya. Saat jaya itulah lahir persatuan yang kuat dari berbagai bangsa di bawah naungan Islam. Ilmu pengetahuan pun berkembang dengan pesatnya. Sebutlah ada nama besar Al-Fazari sebagai astronom Islam yang pertama kali menyusun astrolobe atau alat untuk mengukur tinggi bintang.

Kemudian berangsur mengalami kemunduran yang diawali dengan persaingan antarprovinsi. Dan,  lama-kelamaan kalah dan terjajah.

Hal menarik di sini ialah bahwa kemajuan didapat melalui persatuan umat Islam yang kukuh. Sebaliknya, dengan tercerai-berai, maka hancurlah bangunan yang semula kukuh tersebut.

Pertanyaannya, apakah umat Islam mampu bersatu kembali untuk kejayaan Islam dengan budayanya yang tinggi (peradaban Islam)  seperti dulu, bahkan lebih maju lagi? Jawabnya adalah akan. Sementara tahun pastinya kita belumlah tahu.


0 comments: