Sunday, September 22, 2019

Tanggapan Hensat tentang Cerita Karhutla, Sepatu Kotor, dan Kakek Ramah Cucu


Sebuah cerita, terkadang bisa begitu terkenal dan menghasilkan keuntungan yang sangat besar. Sebut saja cerita berjudul Laskar Pelangi karya Andrea Hirata atau Ayat-Ayat Cinta karya Habiburrahman El Shirazy.

Cerita akan menjadi terkenal atau sebaliknya tentu tidak bisa dilepaskan dari takdir yang telah digariskan Tuhan semesta alam.

Terkait dengan cerita, Analis Politik Universitas Paramadina--Hendri Satrio --memberikan pandangannya terhadap  posisi Jokowi dalam dinamika politik nasional akhir-akhir ini.

Seperti terlansir RMOL, Senin 23/8/2019), dirinya menyampaikan bahwa reputasi tercipta dari keberhasilan individu memengaruhi orang lain untuk percaya. Bila cerita sudah tidak menarik kemudian gagal pula pengaruhi orang lain, maka reputasi individu tersebut diambang ketidakpopuleran.

Ia menambahkan, bila gagal di satu cerita bukan berarti kiamat lantaran reputasi langsung buruk.

Artinya masih ada usaha, yakni membuat cerita lain yang beda topik tapi punya daya gedor kuat.

Dalam hal ini, Hendri Satrio (Hensat) memberikan contohnya, yaitu
 Jokowi dinilai telah gagal mengkontrol reputasi RUU KUHP atau bahkan gagal di cerita Karhutla dan sepatu kotor, maka harus segera ada cerita baru.

Khusus untuk hal ini Jokowi pada Minggu (22/9) kemarin mengajak cucunya Jan Ethes berjalan-jalan menikmati udara segar. Dan, cerita terbaru ini berakhir kontroversial.

Terkait kegagalan cerita karhutla, sepatu kotor, dan kakek Ramah cucu, Hensat menjelaskan, "Tapi sutradara harus menanggung beban kegagalan ini yang dapat berimbas pada kepuasan publik. Nah, siapakah sutradaranya?"

0 comments: