Mungkin sebagian
orang setuju bahwa kenangan tak mesti berkaitan dengan kekasih saja. Kenangan bisa juga berhubungan dengan hewan kesayangan, rumah, desa, kota atau yang lainnya.
Begitulah pula dengan kenangan yang masih
membekas dalam ingatan saya pada dua tempat, yakni Desa Bantuil dan Kota Marabahan.
Keduanya terletak di Kabupaten Barito Kuala (Batola). Sebuah kabupaten
di Kalimantan Selatan yang berbatasan langsung dengan Kalimantan Tengah.
Nah, karena kedekatannya dengan
provinsi tetangga itu, sebagian orang lalu menduga hal
tersebutlah yang menjadi penyebab
salah satu media sosial memasukkan Kota Marabahan ini dalam wilayah Kalimantan
Tengah. Tapi, entahlah? Mungkin bisa juga karena hal yang lainnya.
Baiklah, kita
tinggalkan perkara dugaan itu. Kita kembali ke dua tempat tersebut di atas. Jujur saja, saya masih teringat, saat di Desa Bantuil pernah terlahir satu
ide penulisan di kepala saya. Tepatnya pada tahun 2008 lalu. Kala itu, saya pun bertanya-tanya, mengapa tidak saya tulis saja
sebuah novel berlatar Batola. Toh, dari sekian kabupaten dan kota yang ada di
Kalsel, kabupaten ini begitu kental dengan
hubungan harmonis antara tiga suku besar yang hidup berdampingan. Ada Suku Banjar,
Suku Bakumpai, dan Suku Jawa. Ini menarik. Maka, saya
pun menuliskannya dan alhamdulillah selesai pada tahun 2011.
Ada Anggapan Desa Bantuil Sepi?
Bisa
dikatakan Ini adalah anggapan
hampir semua orang bahwa yang namanya desa tentulah sepi, termasuk Bantuil.
Jika kita bicara sepi, barangkali lebih tepat jika disematkan pada pribadi masing-masing. Mengapa? Sebab, secara psikologis, di tempat ramai pun kalau seseorang sedang kehilangan, sebut saja pacar misalnya, maka yang bersangkutan akan merasa sepi. Bahkan, mungkin juga sangat sedih dan terpikir untuk bunuh diri. Dan, sebaliknya bagi orang-orang tertentu, sebut saja sastrawan, tempat paling sepi adalah tempat paling ramai. Betapa tidak? Ketika sastrawan bersunyi-sunyi di tempat sepi, jutaan ide berduyun-duyun datang kepadanya.
Jika kita bicara sepi, barangkali lebih tepat jika disematkan pada pribadi masing-masing. Mengapa? Sebab, secara psikologis, di tempat ramai pun kalau seseorang sedang kehilangan, sebut saja pacar misalnya, maka yang bersangkutan akan merasa sepi. Bahkan, mungkin juga sangat sedih dan terpikir untuk bunuh diri. Dan, sebaliknya bagi orang-orang tertentu, sebut saja sastrawan, tempat paling sepi adalah tempat paling ramai. Betapa tidak? Ketika sastrawan bersunyi-sunyi di tempat sepi, jutaan ide berduyun-duyun datang kepadanya.
Jadi, menjawab
pertanyaan apakah Bantuil sepi? Maka jawabannya tergantung pada siapa yang
bersentuhan dan berdekatan dengannya. Yang jelas, rumah-rumah dan penduduknya di pusat desa sudah lumayan banyak
dan hidup dengan rukun.
Bagaimana dengan Marabahan?
Adalah kota di
pinggir Sungai Barito sekaligus Ibukota Barito Kuala. Untuk mencapainya, jika kita dari Banjarmasin, dapat
ditempuh lewat jalur darat dan sungai. Saat ini, jalur daratlah yang banyak
dipilih orang. Selain murah, juga cepat karena adanya jalan beraspal yang
bagus.
Bahkan, untuk mencapai kota ini tidak perlu lagi menggunakan feri saat menyeberangi Sungai Barito. Kita cukup menggunakan Jembatan Rumpiang yang terawat dengan baik.
Bahkan, untuk mencapai kota ini tidak perlu lagi menggunakan feri saat menyeberangi Sungai Barito. Kita cukup menggunakan Jembatan Rumpiang yang terawat dengan baik.
Sesampainya
di jantung Kota Marabahan, kita disuguhi
pemandangan Sungai Barito sebagai objek wisata utamanya. Di sungai ini ada
pusaran air kecil yang dinamai ulek Marabahan. Perahu-perahu yang meilintas sebisanya dihindarkan dari ulek tersebut agar selamat. Pada gambar paling atas tulisan ini adalah papan nama yang menandai bahwa di dekat situ ada ulek yang menjadi salah satu objek wisata di sana.
Tak jauh dari tempat itu sebuah masjid besar berdiri kukuh. At-Taqwa namanya. Jadi, bagi umat Islam (yang sedang tidak berhalangan) bisa dengan mudah salat di dalamnya.
Tak jauh dari tempat itu sebuah masjid besar berdiri kukuh. At-Taqwa namanya. Jadi, bagi umat Islam (yang sedang tidak berhalangan) bisa dengan mudah salat di dalamnya.
Ada juga taman
kota yang sejuk. Sesekali kita bisa mengistirahatkan diri di sana. Selain itu,
ada pasar tradisional dan hotel yang memadai untuk pendatang yang melancong di kota ini.
Memang tidak bisa
disamakan dengan Bali dalam hal kedatangan orang-orang dari luar kota. Akan
tetapi, kenyataan itu bukan berarti Marabahan minim pendatang. Ada
kepentingan-kepentingan lain yang menyebabkan mereka mengunjungi tempat ini.
Salah satunya selain berlibur adalah, meneliti. Ya, ada objek-objek yang dapat
menjadi bahan penelitian di Marabahan dan sekitarnya. Jika pun di luar kota,
misalnya saja Kecamatan Kuripan, para peneliti itu juga kadang menginap di
Marabahan sebelum melanjutkan perjalanan mereka berikutnya.
Nah,
jika Anda ingin bertualang ke dua tempat yang membuat saya terkenang dan saya tuliskan
secara ringkas di atas, maka jangan ragu. Langkahkan kaki Anda menuju keduanya.
Kemudian ambil hikmah yang ada. (MJA)
0 comments:
Post a Comment