Thursday, February 7, 2019

Tambi Uwan dengan Bawin Pampahilep, Cerita Rakyat Dayak Ngaju


Beratus-ratus tahun yang lalu di Sungai Tanginin, di sebelah hilir Kampung Jabiren, tinggal suatu keluarga besar yang mendiami kurang lebih lima buah rumah. Sesepuh mereka adalah seorang nenek bernama Nenek Uwan.

Pada suatu hari Nenek Uwan dengan dua orang cucunya memancing di simpang Sungai Tanginin, dengan membwa penangguk dan bakul tempat ikan. Menjelang tengah hari hujan turun disertai badai, kilat, dan halilintar. Ketiga orang itu tersambar halilintar dan menjelma menjadi batu. Para anak dan cucu yang di rumah cemas dan berusaha mencari mereka. Setelah sampai di tepi simpang Sungai Tanginin mereka melihat batu yang menyerupai seorang nenek dan dua anak kecil berpelukan. Mereka yakin bahwa batu itu adalah ketiga orang yang mereka cari.

Karena takut akan kemungkinan terjadinya musibah yang serupa, mereka berusaha mencari tempat baru yang aman. Tempat baru yang mereka temukan adalah di dekat Sungai Palabangan. Semua harta diangkuti ke tempat baru itu, setelah didirikan rumah betang. Akan tetapi, tidak lama kemudian ada berita bahwa akan datang perampok dari hulu Kahayan merampok harta mereka.

Mereka pun meminta bantuan kepada makhluk halus. Kemudian turunlah makhluk halus perempuan bernama Pampahilep yang bersedia membantu dengan syarat mereka dilarang membuang gabah dan dedak di Palabangan dan diharapkan mereka memindahkan tempat tinggal ke hulu Sungai Palabangan, agar kokok ayam dan suara babi mereka tidak terdengar gerombolan perampok. Mereka menuruti apa yang dikatakan Pampahilep.

Mereka hidup tenteram di tempat baru yang disarankan Pampahilep. Mulai saat itu pula sebagai tanda terima kasih kepada Pampahilep, mereka sering bernazar dan berpesta di hulu Sungai Palabangan. Sampai sekarang di tempat itu masih terdapat sebuah tanggul kayu besar yang disebut Tunggul Balu. Begitu pula dengan batu yang menyerupai seorang nenek dan dua anak kecil di simpang Sungai Tanginin dan dinamakan Saka Batu.

0 comments: