Thursday, January 10, 2019

Dari Mimpi Lahirlah Karya Sastra, Benarkah?



Siapa orang yang tidak pernah bermimpi dalam tidurnya? Agaknya semua orang pernah bermimpi.

Menurut Sutejo dalam Paryono (2008: 224) mimpi merupakan lorong rahasia menuju alam kesadaran lain, di luar tingkat gelombang alpha menuju tingkat tidur delta dan theta. Banyak tokoh dunia seperti R.L. Stevenson dan Stephen King mengaku bahwa karya-karya besar mereka lahir dari mimpi yang indah. Bahkan, Bette Nesmith Graham menciptakan liquid paper (tipp ex) sesudah suatu mimpi memberikan dia ide tersebut. Ciptaannya itu menghasilkan jutaan dolar AS menjelang kematiannya pada tahun 1980 (Paryono, 2008:224).

Di antara mimpi-mimpi manusia, ada mimpi yang berkesan (baca: baik) dan biasanya diceritakan secara lisan kepada orang lain. Bisa kepada teman, kekasih, adik, kakak, ayah, ibu, atau pasangan resmi Anda. Yang terakhir tadi, biasanya akan disertai canda dan tawa. Setidaknya senyum bahagia. Terlebih jika mimpi tersebut berhubungan dengan keromantisan yang dapat meningkatkan keharmonisan keluarga.

Nah sekarang pertanyaannya adalah, pernahkah terbesit di benak Anda kebiasaan itu dituangkan dalam bentuk karya sastra?

Tentu saja tidak hanya secara lisan. Tidak pula sekadar cerita biasa. Secara mudahnya begini, saya ingin mengatakan bahwa kita boleh memanfaatkan mimpi untuk membuat cerpen, puisi, novel, atau naskah drama. Pernahkah terpikirkan oleh Anda?

Hal di atas bukan tanpa alasan. Dalam mimpi, kita melihat tokoh-tokoh yang berperan sebagai tokoh antogonis dan tokoh protagonis. Tempat kejadian, konflik, dan alur cerita juga ada dalam mimpi kita. Meskipun terkadang semua itu tidak terlalu jelas. Akan tetapi, masih bisa digunakan dalam penceritaan atau pengungkapan kembali di alam sadar pascatidur kita.

Sebagai catatan, karya sastra yang dilahirkan tidak harus sama persis dengan mimpi yang dialami. Bahkan, boleh saja alurnya menjadi beda. Hal ini karena unsur kreativitas dengan sendirinya akan berperan dalam proses penulisannya. 

Seminimalnya, mimpi dapat menjadi tema dasar untuk pengembangan karya sastra yang menghibur dan bermanfaat.  


Bagaimana menurut Anda?  Tertarik? Dan, untuk menjawab judul di atas, Anda sendirilah yang membuktikannya. (Admin)


0 comments: