Tuesday, February 11, 2020

WHO: Coronavirus Harus Dilihat sebagai "Musuh Publik Nomor Satu di Dunia"


Ada yang mengatakan korban meninggal akibat virus Corona Wuhan atau yang kini bernama COVID-19 telah melebihi angka 50 ribu orang. Namun, catatan resmi baru mencapai angka di atas seribu.

Sementara itu Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan vaksin untuk virus COVID-19 itu bisa 18 bulan lagi baru tersedia.

Terlepas dari angka kematian yang ditimbulkannya, COVID-19 merupakan ancaman yang sangat serius bagi kelangsungan hidup manusia di bumi. Virus jenis baru ini telah melumpuhkan kota-kota di China daratan dan menyebar luas ke banyak negara lainnya.

“Virus dapat memiliki konsekuensi yang lebih kuat daripada tindakan teroris apa pun,” kata Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus, setelah pertemuan internasional yang terdiri dari 400 ilmuwan dan pakar lainnya berkumpul di Jenewa untuk mencari solusi bagi krisis, seperti terlansir The Guardian, (11 Feb 2020, 15.36 GMT).

Ia menambahkan, "Kita harus melakukan semuanya hari ini menggunakan senjata yang tersedia." Meningkatnya jumlah diagnosis pada pasien yang belum pernah mengunjungi China menurutnya bisa menjadi "puncak gunung es".

Sementara itu, Tedros menjelaskan mengenai alasan pemberian nama virus itu dengan COVID-19, yakni untuk menghindari stigma dan nama-nama lain yang mungkin tidak akurat. Berdasarkan pedoman yang dikeluarkan pada tahun 2015, WHO menyarankan agar tidak menggunakan nama tempat penyakit itu pertama kali diidentifikasi, dan nama-nama orang yang biasanya merujuk pada para ilmuwan yang mengidentifikasi penyakit, juga dilarang, seperti "istilah yang memicu ketakutan yang tidak semestinya" seperti "tidak diketahui" atau "fatal".

Selain itu, ahli epidemiologi kesehatan masyarakat terkemuka Hong Kong, salah satu ahli yang dipanggil ke Jenewa untuk pertemuan itu, mengatakan kepada Guardian bahwa epidemi virus korona dapat menyebar ke sekitar dua pertiga dari populasi dunia jika tidak dapat dikendalikan.

Prof Gabriel Leung, Ketua Kedokteran Kesehatan Masyarakat, Universitas Hong Kong, mengatakan pertanyaan utamanya adalah untuk mengetahui ukuran dan bentuk gunung es. Sebagian besar ahli berpikir bahwa setiap orang yang terinfeksi akan menularkan virus ke sekitar 2,5 orang lainnya. Itu memberi "tingkat serangan" 60-80%.

Ia menambahkan penjelasannya, "60% dari populasi dunia adalah jumlah yang sangat besar," kata Leung kepada Guardian di London, dalam perjalanan ke Jenewa pada hari Selasa.

Selanjutnya, dirinya mempertanyakan apakah 60-80% populasi dunia akan terinfeksi. Kemudian perihal penguncian China, ia mempertanyakan beberapa hal terkait ekonomi, pendidikan, dan kehidupan nyata lainnya. Bagaimana saat orang-orang di Wuhan telah bekerja? Seberapa lama bisa menutup sekolah? Atau, berapa lama kita bisa menjauhkan orang-orang di sana dari mal? Dan, jika kita menghapus "pembatasan" itu, apakah semuanya (virus COVID-19) akan segera kembali dan mengamuk lagi?

0 comments: